Kamis, 28 Februari 2013

The Diary of Pelantara (10)


Day 12: Senin, 25 Februari 2013

Boleh lah hari-hari kemarin kami ketawa-tawa. Tapi hari ini, sebaliknya.

Kami berlima check out dari hotel pukul 03.45. Mana sempat saya mandi. Emang sengaja sih, toh nanti jam 7 sampe rumah, hehe. à Alibi males mandi, masih dingin. Jadwal keberangkatan pesawat saya pukul 06.00 WITA, sedangkan Hurin pukul 10.00. Karena check-in paling lambat 90 menit sebelum jadwal keberangkatan, maka pukul 04.30 mau tidak mau kami harus sudah sampai bandara.


Saya sangat berterima kasih pada Dede. Sang fotografer ini yang mengurus koper dan ranselku, membawakannya ke motornya. Sampai tiba di bandara pun, dia yang membawakan dengan trolley. Sampai akhirnya, pukul 04.15, kami sudah sampai di depan pintu pemeriksaan tiket. Dede pun menghentikan trolley, disusul Hurin, Bli Yudi, dan Adrin. Kami sejenak hening, sampai akhirnya saya angkat bicara, “udah nih, sampai sini aja?” Mereka bingung.
“Ya udah, Puk. Silakan”
Saya tengok ruangan di dalam, saya toleh ke mereka berempat. Tengok lagi ke dalam, toleh lagi ke mereka. Saya pandangi wajah mereka satu per satu. Tiba-tiba, mata ini banjir secara otomatis.
“Kapan kita ketemu lagi???” aku benci sama peristiwa ini.
“iya Puk, besok pasti kita ketemu lagi kok.” Jawab Dede.

Saya menarik nafas panjang, harus sabar sama ujian perpisahan yang diberikan oleh Allah ini. Kalo mau heroik, saya bisa saja membatalkan penerbangan ini dan ingin tinggal lebih lama di Bali. Tapi enggak, Puk. Temen-temen BEM KM menanti di Jogja.

“Semuanya, makasih banyak ya. Mohon maaf kalo selama ini ada salah. Hmmm, Dede baik banget. Bli Yudi, sampai jumpa. Adrin juga. Hurin, sampe ketemu di UGM. Suksma.” “Om santi santi om, Dede dan Bli Yudi. Assalamu’alaikum, Hurin dan Adrin.”

Saya pun mendorong trolley masuk ke ruangan pemeriksaan tiket. Begitu sampai di dalam, saya tengok ke belakang. Mereka masih memperhatikan saya. Kami pun melambaikan tangan. Saya kemudian shalat shubuh di mushola Gate 17. Saya mendapatkan SMS dari Dede dan Hurin, hati-hati katanya. Sampai pesawat sudah di atas awan, saya mau tidur, tapi nggak bisa. Tiba-tiba terbayang wajah mereka. Yah, nerocos lagi.

Dede, Genbi Undiksha

ki-ka: Akang Oki (UIN), Mas Niki (UGM), Adi (UIN), Dede (Undiksha), Alit (Undiksha), Dewa (UNS)

Bli Yudi "Doraemon" dan Hurin "Dorami"

Genbi Undiksha: ki-ka: Alit, Taris, Dede, Mei

Apakah ceritanya sampai di sini? Tidak. Saya mendarat di Bandara Adisucipto pukul 06.20 WIB. Saya buka hp, ada SMS dari Mbak Tya: “Nok, pesawate jam 6 pagi apa 6 sore?” Masya Allah, ternyata miskomunikasi nih. Padahal kemarin saya sudah bilang kalau pesawatnya Senin pagi jam 6 WITA. Ya sudah, Mas Ucik dan ibuk langsung menjemputku di bandara. Padahal, jarak rumah dengan bandara itu satu jam! Semedi dulu, ah.

Yeah, itu tadi catatan perjalanan Bali-Lombok saya. Kalau kata Pramudya Ananta Toer, tulisan itu abadi. Tulisan akan selalu dikenang meskipun penulisnya menghilang. Saya tidak ingin kenangan Pelantara ini hilang begitu saja. Dengan hilangnya kenangan ini, sama saja saya melupakan sahabat-sahabat baru saya ini beserta kebaikan-kebaikan yang telah mereka lakukan. Maka dari itu, saya menuliskannya.

Ya Allah, eratkan terus tali silaturahmi di antara kami. Berikanlah kami kesempatan untuk berjumpa kembali. Lindungi kami semua, Ya Allah. Aamiin.

Nyanyi dulu ah.
Bersama rinduku walau kita jauh, kawan ..
Suatu saat di Kuta Bali..

Jalannya miring kok kayak kepiting
Cak uwoo uwoo... Cak uwoo uwoo...

-The End-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar