Day 6 : Selasa, 19 Februari 2013
Agenda hari ini adalah bakti
sosial. Semua peserta dibagi dalam 3 kelompok, yaitu kelompok pembagian
sembako, kelompok pembagian buku, dan kelompok peresmian tugu. Sebenarnya
anggota Genbi sudah membagi menjadi dua kelompok. Namun karena instruksi dari
TNI, kami tetap tergabung dalam satu kelompok untuk membagi sembako.
Daerah pembagian sembakonya
ternyata cukup jauh dari lokasi perkemahan. Maka, kami menumpang bis Pemkab
Lombok dan mobil-mobil TNI AL dengan berdesak-desakkan. Demikian juga dengan
kelompok lain karena jaraknya juga cukup jauh. Daerah tujuan kami ini adalah
daerah nelayan di sebelah selatan. Rumahnya masih tradisional, dinding kayu,
dan bertingkat. Namun, bertingkatnya tidak seperti rumah panggung di Kalimantan
atau Sumatera.
Keceriaan bersama anak-anak Lombok saat baksos |
Saat Baksos, kami dikasih jagung putih rebus yang enak sama warga! |
Sepulang dari bakti sosial,
sekitar dhuhur. Hwah, panasnyaaa.... Kami pun beristirahat sebentar di panggung
utama sambil menikmati angin pantai yang sepoi-sepoi. Tiga jam lagi, kami
mengisi materi tentang beasiswa BI. Waduh, terhormat juga ya jadi pemateri,
haha.
Pukul 16.00, anak-anak Pramuka
dibagi menjadi 10 kelompok. Tiap kelompok dipandu oleh 2-3 orang anak Genbi. Kami
mengisi materi di sini. Kami berikan motivasi pada mereka agar tetap rajin
belajar, dan jangan pernah takut untuk bermimpi. Kebetulan, di kelompok saya
ada anak Sumbawa. Mereka tentunya sudah pernah menonton film “Serdadu Kumbang”.
Dalam film itu diceritakan bahwa sekecil apapun kita, jangan takut untuk
bermimpi setinggi-tingginya. Usahakan pendidikan sampai kuliah. Masalah biaya,
Allah sudah mengaturnya. Banyak beasiswa yang bisa didapatkan, salah satunya
adalah beasiswa BI. Kami juga bilang bahwa menjadi seorang terpelajar tidak boleh
hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga orang lain. Jadilah bermanfaat untuk
orang lain. Hal ini sudah dilakukan oleh Genbi dengan mengadakan program Desa
Binaan. Bakti sosial yang dilakukan tadi juga termasuk salah satu kegiatan agar
kita menjadi bermanfaat untuk orang lain.
Ada juga yang menarik dari forum tersebut. Salah satu anak Pramuka dari Kontingen Jawa Barat bertanya pada saya, sudah pada tingkat apa saya di Pramuka. Saya menjawab bahwa saya hanya sampai Penggalang. Pada waktu SMA tidak lanjut lagi karena sudah ikut Pecinta Alam. Namun, saya masih sering diminta oleh SMP saya untuk melatih Pramuka SMP dan dua kali diajak kemah. Anak Pramuka tersebut mengkritiknya. Sesuai UU Kepramukaan, pelatih atau pembina Pramuka seharusnya berpangkat minimal Pandega atau telah mengikuti KMD. Namun, SMP saya meminta saya menjadi pelatih karena memang di SMP saya kekurangan pelatih. Wah, pinter juga nih anak Pramuka.
Setelah materi tadi, kami nongkrong di pinggir pantai sambil foto-foto.
Ada juga yang menarik dari forum tersebut. Salah satu anak Pramuka dari Kontingen Jawa Barat bertanya pada saya, sudah pada tingkat apa saya di Pramuka. Saya menjawab bahwa saya hanya sampai Penggalang. Pada waktu SMA tidak lanjut lagi karena sudah ikut Pecinta Alam. Namun, saya masih sering diminta oleh SMP saya untuk melatih Pramuka SMP dan dua kali diajak kemah. Anak Pramuka tersebut mengkritiknya. Sesuai UU Kepramukaan, pelatih atau pembina Pramuka seharusnya berpangkat minimal Pandega atau telah mengikuti KMD. Namun, SMP saya meminta saya menjadi pelatih karena memang di SMP saya kekurangan pelatih. Wah, pinter juga nih anak Pramuka.
Setelah materi tadi, kami nongkrong di pinggir pantai sambil foto-foto.
Malam lagi, pentas seni lagi.
Jangan bosen bacanya ya, hari
selanjutnya lebih seru. Perut Anda bisa terkoyak.
The Diary of Pelantara (5), klik:
http://cipukoya.blogspot.com/2013/02/the-diary-of-pelantara-5.html
The Diary of Pelantara (5), klik:
http://cipukoya.blogspot.com/2013/02/the-diary-of-pelantara-5.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar