Rabu, 27 Februari 2013

The Diary of Pelantara (2)


Day 3: Sabtu, 16 Februari 2013

Kami bersiap-siap untuk mengikuti pelepasan peserta Pelantara di Kantor BI. Kami memakai kaos polo Genbi warna biru dongker plus jas almamater masing-masing. Wah, bis penjemput sudah datang sejak pukul 5.30 WITA. Padahal langit masih gelap, jalanan masih sepi. Hajar, gan!


Pukul 6.30 WITA, kami sudah tiba di kantor BI. Beberapa saat kemudian, perwakilan dari Genbi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) dan Universitas Udayana (Unud) pun datang. Dari Undiksha ada 12 orang, sedangkan Unud hanya 1 orang. Lengkap sudah, total Genbi Jogja Solo Bali yang akan berangkat Pelantara ini ada 29 orang.


Sebelum pelepasan dimulai


Pelepasan peserta Pelantara ini ternyata dimulai molor, yaitu sekitar pukul 8.00. Pelepasannya cukup menarik. Sama seperti upacara bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan ikrar Generasi Baru Indonesia oleh Taris, dan pembacaan doa oleh Adi. Kemudian, dilanjutkan dengan kata sambutan dari perwakilan BI dari Jakarta yang menjelaskan tentang pentingnya kita berwirausaha. Saat ini, sudah bukannya zamannya lagi seorang sarjana ditanya “sudah diterima di kantor mana”, tetapi “sudah punya bisnis apa”. Dengan semakin banyaknya pengusaha, perekonomian Indonesia akan naik.

Sambutan selanjutnya adalah dari Perwakilan dari TNI AL, Kolonel Laut Syahbudi. Kolonel menjelaskan tentang kegiatan Pelantara yang sudah dijalani oleh para peserta yaitu anggota Pramuka Saka Bahari sejak dari Jakarta, kemudian apa saja yang mereka lakukan selama di kapal. Ternyata, mereka diberikan ceramah oleh pimpinan dari lembaga-lembaga terkait, seperti TNI, Kemenpora, KPK, BKKBN. Kemudian, sambutan selanjutnya saya lupa dari mana, hehe. Setelah sambutan, dilanjutkan dengan serah terima secara simbolik oleh perwakilan dari BI kepada Kolonel Laut Syahbudi sebagai tanda bahwa kami telah dilepas oleh BI untuk mengikuti Pelantara. Setelah itu, sarapan pagi bersama, dan ehem..pembagian uang saku. Oya,  kami juga memilih ketua kelompok ini, dan terpilihlah Oki dari UIN Sunan Kalijaga Jogja yang medhok Sundanya kentel pisan, euy!

Kami ber-29 pun meninggalkan kantor BI pukul 11.00 WITA menuju Pelabuhan Benoa. Di sana telah ada KRI Surabaya-591 yang ditambatkan di pinggir dermaga. Wah, ramai sekali. Dari kapal itu, anak-anak Pramuka yang berjumlah kurang lebih 500 orang berbondong-bondong turun. Rupanya, mereka sedang ada kegiatan wisata di Bali, seperti Tanah Lot, Sanur, dll. Kemudian, kami dipersilakan untuk naik ke KRI setelah anak-anak Pramuka turun.
Anak-anak Pramuka yang turun dari kapal untuk wisata di Bali.


Kami disambut oleh Kak Eben dan... (saya lupa namanya) yang memberikan pengarahan tentang KRI Surabaya-591, seperti hal-hal yang harus kami patuhi selama berada di kapal. Setelah itu, kami dipilihkan kamar untuk tidur. Yang cewek sih enak, di dalam kamar. Tapi yang cowok? Selamat! Tank deck! Haha. Namun, toilet dan kamar mandi di sini saya rasa tidak representatif. Hipster banget, bro! Kamar mandinya terbuka semuanya! Masih mending yang ada di kamar mandi VVIP, ada tirainya satu-satu.Tapi asiknya, ada panggung musiknya. Alat musiknya lengkap: gitar elektrik, gitar akustik, bass, dram, dan keyboard. Kemudian, kami makan siang dengan menu ayam dan sayur. Kami juga diberi kaos seragam lagi dan topi.

Pukul 17.00 WITA, kami bersama anak-anak Pramuka harus berkumpul di helideck untuk melaksanakan upacara pemberangkatan. Sesaat kemudian, kapal sudah berlayar. Tujuan akhir pelayaran ini: Pelabuhan Labuhan Haji, Lombok Timur. Beberapa saat setelah itu, kami didatangi oleh Bu Riana dari TNI dan Bu Wulan dari tim kesehatan TNI. Mereka membagi pengalaman serta wejangan-wejangan untuk kami.
Suasana setelah upacara pemberangkatan di heli deck. Itu Bu Riana & Bu Wulan


Wow! Mual sekali rasanya ketika kapal sudah berlayar. Berjalan pun rasanya kayak orang mabuk, terhuyung-huyung. Yang paling lucu adalah ketika shalat jama’ maghrib-isya’. Berdiri tegak rasanya sulit. Badan ini seperti terombang-ambing. Setelah shalat isya’, kami makan malam dengan menu ikan dan sayur. Kemudian, ada sesi materi dari TNI tentang Maritim Indonesia. Wah, tapi ombak ini enak banget mengayun kami, berasa seperti dinina-bobokkan. Alhasil, saya pun nggak ngerti apa yang disampaikan oleh pemateri karena tidur.

Pemateri dari TNI AL



Day 4: Minggu, 17 Februari 2013


Kami bangun, shalat shubuh, mandi dan mengenakan kaos seragam warna cokelat dan sarapan dengan menu telur dan sayur. Tahukah Anda, ternyata menu makan di kapal ini sudah pasti. Pagi: telur, siang: ayam, malam: ikan. Semuanya ditambah sayur berkuah. Sepertinya anak-anak Pramuka sudah cukup bosan dengan menu ini. Rasanya? Hmmm hambar sih, maklum TNI bukan chef. Anyway, bersyukur sajalah. Kami sudah diajak ke sini, ya sudah, jangan protes sama apa yang diberi.

Pagi yang cerah di atas Selat Alas. Wow! Di seberang sana sudah terlihat Pulau Lombok. Kami pun iseng naik ke ruangan tempat para ABK bekerja. Kami bertanya apa fungsi dari alat ini, itu, dsb. Saya juga sempat melihat dengan teropong melihat Pulau Lombok. Wah, eksotis ternyata Lombok itu!

Inilah ruang nakhoda & ABK


Kami ingin mengeksplore lagi kapal ini, melihat tempat yang belum kami jamah. Ternyata ada tempat yang sangat asik, yaitu haluan depan. Tempat ini persis seperti haluan depan Titanic yang sangat fenomenal itu. Jelas sekali pemandangan laut dari haluan depan ini. Subhanallah, laut biru terhampar dengan indahnya. Namun sayang, kami telat, tidak bisa berkesempatan melihat lumba-lumba di laut ini.

Pukul 09.00, kami diminta untuk berkumpul di tank deck dan bersiap-siap melabuh di Labuhan Haji. Karena kedalaman laut di pantai di Labuhan Haji itu cukup landai, kapal sebesar KRI Surabaya tidak bisa merapat di pinggir dermaga. Maka, KRI cukup berhenti di perairan yang agak dalam, sedangkan kami para penumpangnya akan diturunkan dengan kapal LCVP dan LCU (semacam sekoci).

Selama menunggu giliran turun melalui LCVP, hawa kebosanan pun mulai menyerang kami. Tapi, untungnya ada hiburan di sekitar kami. Lihatlah, sebagian besar kontingen menyanyikan yel-yel mereka. Yang paling seru adalah dari Gorontalo. Mereka menyanyi, berjoget dengan dipimpin oleh seorang pembina yang miriiip sekali dengan Sule. Saya pun berpikir, apakah orang yang bermuka seperti ini, memang sudah ditakdirkan untuk memiliki bakat menghibur?

Suasana tank deck. Inilah tempat tidur cowok!


Pukul 11.00 WITA. Yap! Sekarang giliran kami dari Genbi untuk turun. Kapal LCVP sudah menunggu di bawah. Kami harus mengenakan life jacket saat naik LCVP. Jarak antara KRI dengan pantai Labuhan Haji cukup jauh, sekitar 500 meter. LCVP merapat ke dermaga Labuhan Haji. Serem juga lompat-lompatan dari LCVP ke dermaga. Tapi untung awak TNI siap menolong kami.

Suasana di LCVP, memakai life jacket


Alhamdulillah, untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Pulau Lombok. Btw, tapi kok panasnya minta ampun ya??

Tak perlu berlama-lama, anak-anak Pramuka langsung mendirikan tenda di bumi perkemahan di pinggir pantai. Kami dari Genbi justru bingung karena kami tidak pernah diminta oleh BI untuk membawa tenda atau peralatan kemah lainnya. Saya sendiri juga baru menyadari kalau ternyata akan ada kemah di Lombok. Saya pikir, kami Cuma berlayar dan ketika di Lombok, menginap di rumah warga, seperti KKN. Ya sudah, akhirnya kami diminta untuk menempati tenda TNI.

Masalah selanjutnya datang. Bagaimana alas tidur kami? Bagaimana lampu penerangannya kalau malam hari? TNI hanya memberikan pinjaman tenda. Itu saja, tidak lebih. Tapi untungnya, ada anak Genbi Undiksha, yaitu Indra, meminjamkan kami karpet. Ternyata Indra rumahnya tidak jauh dari lokasi perkemahan. Wah, terima kasih banyak, Indra! Ada salah satu dari kami bilang “ini namanya bukan hotel berbintang lima, tapi hotel beratap bintang-bintang.” Haha.

Karena tenda kami belum kondusif untuk shalat, untuk sementara kami menumpang shalat di tenda tim kesehatan dari Lombok Timur yang juga merupakan bagian dari panitia. Saya berkenalan dengan seorang perempuan perempuan yang baik hatinya lagi cantik parasnya, yaitu Khairi. Dia adalah warga asli Lombok, kuliah di Stikes Lombok Timur kalau tidak salah. Dia mengikuti kegiatan perkemahan ini bersama tim kesehatan Lombok Timur. Khairi inilah yang memperkenalkan saya dengan Lombok. Nanti akan saya ceritakan lagi.


Malam harinya, ada pentas seni di panggung utama. Memang sudah ada jadwalnya untuk para penampil. Malam pertama ditampilkan oleh kontingen dari Bali, Lampung, dan Sulawesi Barat. Kontingen dari Lampung cukup menghebohkan nih. Mereka menampilkan Tari Gajah, kemudian di akhir penampilan, jadi modern dance. Bayangkan, dengan kostum tradisional, njoget modern dance! Semua peserta tumpah ruah di sini saat pentas seni. Hmmm, memang di sini sudah seperti miniaturnya Indonesia. Peserta dari Sabang sampai Merauke ada.

Lanjut baca, akan berasa 'lebih Indonesia' -> The Diary of Pelantara (3), klik:
http://cipukoya.blogspot.com/2013/02/the-diary-of-pelantara-3.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar