Sabtu, 30 Januari 2010

Sang Rakyat (Lagu untuk SBY dan Budiono)

Dulu kami sejahtra
Dulu kami tenteram
Dulu kami kaya raya
Yang selalu engkau bangga
Kini roda telah berputar

Kini kami kau rusak
Kini kami kau abai
Jauh dari hidupmu
Kini kami sengsara
Roda memang telah berputar

Mana janji manismu
Jalankan program sratus hari
Kini engkau pun pergi
‘Kan beli pesawat pribadi
Kamilah sang rakyat
Kamilah sang rakyat

Sakit teriris sepi
Ketika program tak berhasil
Kamilah sang rakyat
Kamilah sang rakyat

Mana janji manismu
Slesaikan kasus Bank Century
Kini kau beralibi
Hadapi smua kritik dan aksi
Mana janji manismu
Jalankan program sratus hari
Kini engkau pun pergi
‘Kan beli pesawat pribadi
Kamilah sang rakyat
Kamilah sang rakyat
Kamilah sang rakyat

Mana janji manismu...

(Lagu oleh Nidji berjudul “Sang Mantan” yang telah saya ubah liriknya. :p )

Srandakan : Dulu, Kini, dan Nanti

Masa kecilku, masa yang paling indah. Bersama teman-teman di kampung halaman tercinta, Srandakan.

Masa TK, di TK PKK 23 Srandakan. Bersama Dek Lis, Kayan, Untsa, berjalan berdampingan sambil menggoda anjing Pak Karsidi dan kami pun lari terbirit-birit karena dikejarnya. Hal inilah yang membuatku trauma dengan ANJING!! Sekali waktu, kami iseng mengintip orang mandi di rumah Pak RT dan kami pun kena marah beliau. Masa yang tidak akan kulupakan.

Masa SD, di SDN Srandakan 1. Bersama Dek Lis, Kayan, Untsa juga, kami berjalan menuju sekolah. Pulang sekolah, karena rumahku di sebelah utara jalan, diseberangkan oleh Bu Guru di depan SD, kemudian aku pulang bersama Nana, Dape. Kadang, kami mampir ke posko PDIP di sebelah timur rumahnya Mas Manto. Kalau tidak salah, di situ ada pohon rambat dan kami memanfaatkannya untuk membelit tubuh kami sendiri. Lalu, di dekat situ, ada studio musik. Studio inilah yang mengajakku untuk mulai nge-band.

Pulang sekolah, bermain bersama Dek Niken, Novi, Yuli, Diah, dkk di kebon belakang rumah, bermain pasaran. Di bawah pohon yang rindang sambil menikmati sejuknya bumi ini dan memanfaatkan sumber daya yang ada: daun pisang, daun jati, daun ketapang, dan daun wora-wari. Kadang, kami juga bermain perang-perangan, memanfaatkan tangkai dari pohon kelapa untuk dijadikan pedang. Atau, jika nyali kami kuat, memanjat pohon waru yang bengkok, berimajinasi seolah itu kuda. Aku juga pernah menguburkan Pupus, kucing kesayanganku dulu di kebon ini. Yach, masa kecilku, masa yang paling indah.

Sore hari, berangkat ke masjid, bersama Mbak Riya dan Dek Niken. Kami melewati sisi gedung serbaguna dengan hamparan pohon mahoni yang tinggi, besar, dan berserakan daunnya. Sungguh indah pemandangan dedaunan pohon mahoni yang berjatuhan itu, seperti di Amerika ketika musim gugur. Biji mahoni yang ringan itu pun bisa kami mainkan. Kami terbangkan ke atas, dan ketika akan jatuh, biji mahoni itu berputar-putar seperti baling-baling bambu doraemon. Di dalam gedung serbaguna, ada anak-anak yang berlatih pencak silat. Dalam hatiku, ingin sekali aku seperti mereka. Namun sayang, orang tuaku tidak mengizinkanku ikut silat. Jika hari Minggu, aku bersama teman-teman yang suka badminton, bermain badminton di dalam gedung serbaguna ini. Gedung ini juga dimanfaatkan untuk pentas seni dan shalat ied warga Srandakan jika hujan.

Minggu pagi, aku bersama ayah bersepeda melewati Jalan Pandansimo menyusuri indahnya Kali Progo, atau menikmati jalan Srandakan yang sejuk karena pepohonan perindang tumbuh subur, ada pohon mangga, pohon waru, dan pohon mahoni yang digalakkan oleh Pak Camat. Segala puji bagi Allah, masa kecilku sangat indah.

Kini, aku telah remaja, telah duduk di bangku kuliah. Aku jarang di rumah karena SMA dan kampusku jauh dari rumah. Sungguh hancur hati ini melihat kenyataan yang terjadi. Ketika aku duduk di bangku kelas 1 SMA, gedung serbaguna dan hamparan pohon mahoninya ludes dibabat manusia. Di situ, akan dibangun bunderan dan pelebaran jalan. Akhirnya, dengan terpaksa kami harus merelakan gedung serbaguna dan pohon-pohon mahoni. Akan tetapi, kalau dipikir, seharusnya pelebaran jalan itu tidak sampai merenggut pohon mahoni, apalagi sampai gedung serbaguna. Atau, bibir jalan hanya berjarak sekitar 1 meter dari kaki pohon mahoni. Jadi, aku pikir, 1-2 pohon mahoni masih bisa diselamatkan. Namun, nasi telah menjadi bubur. Tak ada satu batang pohon mahonipun yang tersisa.

Kini, jika kami berangkat ke masjid, tak ada lagi suasana musim gugur. Apalagi jika siang hari, yang ada hanya suasana musim panas di Gurun Sahara. Aku pikir, akan ada pengganti pohon yang telah ditebangi itu, misalnya pohon yang ditanam di tengah bunderan. NO, ACTUALLY !! Anak-anak yang biasa berlatih silat di dalam gedung harus pindah ke balai desa. Yang biasa badminton, harus pindah ke gedung serbaguna yang baru di dekat Lapangan Kedungbule. Aku pun malas badminton lagi karena gedung serbaguna yang baru itu jauh dari rumah. Para pedagang yang mencari rezeki di terminal dekat gedung serbaguna itu juga harus pindah.

Kemudian, ini yang lebih tragis. Jalan Srandakan yang dulu banyak pohon perindangnya, juga tak luput dari tangan proyektor. Aku kaget ketika pada suatu sore, aku pulang dari Jogja, mulai melewati daerah Tegallayang. Loh, kok jadi begini? Mau dibuat apa ni lahan pinggir jalan? Mana warung Kliwon yang jualan gorengan itu? Mungkin, akan dibuat pelebaran jalan juga, pikirku. Pemandangan menyedihkan ini terhampar sampai di Srandakan dekat Tokonya Pak Karsidi. Namun, sampai sekarang, pelebaran jalan belum juga dilakukan. Jadi, sudah sekitar 3-4 bulan kami kehilangan pohon perindang pinggir jalan. Jika dipikir lagi, daripada menunggu pelebaran jalan yang tak pasti, mending jangan tebang pohon-pohon yang sangat bermanfaat untuk kita, mencegah pemanasan global dan mengurangi polusi.

Aku tengok ke kebon belakang rumah, sejenak bernostalgia mengenang masa kecil bersama Novi dan Yuli yang telah pindah rumah ke Jambi. Mana pohon waru kuda-kudaanku? Ditebang oleh seseorang. Alasannya, agar anak-anak tidak memanjatnya. Sungguh alasan yang tidak logis! Kuburan Pupus juga tak terawat. Populasi pohon di kebon berkurang juga, tapi alhamdulillah masih sejuk, meski tak seasyik dulu. Posko PDIP sebelah timur rumah Mas Manto dan kebun di belakangnya telah berubah menjadi bangunan ber-AC yang bisa memicu global warming juga. Studio musik juga sudah tidak ada.

Manusia telah merusak taman masa kecilku. Tak ada lagi tempat bernostalgia. Kini, global warming telah melanda Srandakan. Setiap hari kami mengeluh, mengapa bumi semakin panas. Hal ini tidak terlepas dari ulah manusia. Salah siapa menebangi pohon yang sudah kami rasa sangat nyaman melindungi kami. Di rumah, hanya tiga pohon besar milik keluargaku yang masih selamat dari penebangan: dua pohon mangga dan satu pohon mahoni kurus di selatan konter. Aku berdoa, semoga ketiga pohon itu akan selamat sampai akhir zaman dan pohon mahoni kurus itu bisa menjadi pohon mahoni yang tinggi besar seperti pohon mahoni di samping gedung serbaguna dulu. Adapun pohon-pohon milik tetangga juga lumayan, masih ada yang utuh, meski pohon waru depan warung Mbah Sudi suka ditebang dahannya. Aku sebenarnya tidak setuju dengan tebang-tebangan, meskipun hanya rantingnya. Biasanya, orang-rang yang suka menebang ranting itu beralibi karena ada ular. Ular juga makhluk hidup, mereka juga butuh tempat tinggal.

Paling parah, ketika aku mencucikan motor di Pak Bardi. Pohon mangga dekat situ menjadi korban pelebaran jalan seperti yang kuceritakan tadi. Jadi panas kalau menunggu di situ. Cakruk depan rumah simbah juga sudah hilang diterkam proyektor. Padahal, itu tempat bersejarah bagiku. Banyak kenanganku bersama Mbah Putri yang telah meninggal kurang lebih 10 tahun yang lalu. Dan pohon mete yang sangat langka telah berubah menjadi bangunan.

Jika penebangan pohon ini masih berlanjut, saya tidak yakin apakah Srandakan masih seindah ini. Kasihanilah Sasa, Corrine, Nisa, Tama, dan anak-anak kecil lain di Srandakan yang tidak sempat menikmati sejuknya bermain di bawah rindangnya pohon mahoni dan berjalan di atas dedaunannya yang gugur. Dan kasihanilah diri kita yang sebentar lagi menghitam karena terpaan sinar matahari secara langsung dan susah pernafasan karena tidak ada lagi pohon yang mampu menyerap CO2 dari kendaraan bermotor.

Lalu, apa solusi kita? Tanamlah pohon, pohon apapun yang bisa mengurangi efek pemanasan global dan polusi udara. NO MORE FELLING TREES!! Jangan ada lagi penebangan pohon!! Kalaupun ada, carikan gantinya, secepatnya! Pemerintah Kecamatan Srandakan atau Desa Trimurti seharusnya lebih peduli terhadap lingkungan Srandakan dan mengajak warganya untuk lebih meningkatkan kesadaran akan bahaya global warming. Semoga Srandakan di masa depan adalah tempat yang hijau oleh pepohonan! Amin.

Senin, 18 Januari 2010

Di Manakah Etika Anggota DPR?

Minggu-minggu terakhir ini, jika kita menonton berita di media elektronik atau media cetak, kita pasti disuguhi sinetron anggota DPR yang menjadi anggota Pansus Century. Bukan karena mereka ganteng-ganteng dan cantik-cantik layaknya pemain sinetron kejar tayang, atau punya joke kocak yang bikin kita ngakak dan jadi pemain figuran di sinetron, tapi karena sifat mereka yang bikin kita mengelus dada. Bahkan, jika kita mencermati sikap mereka, kita mungkin bisa ikutan terbawa emosi juga.

Minggu lalu, ada dua orang anggota DPR yang berdebat saat rapat Pansus Century. Tentu tahu donk, teman-teman. Ruhut Sitompul dan Gayus Lumbun. Oh iya, tadi kan aku ngomongin sinetron, Ruhut Sitompul ini juga mantan pemain sinetron, haha. Pas dech. Gilak, kata-kata Ruhut Sitompul ini benar-benar tidak pantas diucapkan pada saat rapat di DPR. Padahal, rapat ini terbuka untuk umum, jadi masyarakat Indonesia menyaksikan. Masalah Ruhut vs Gayus ini berawal dari sikap Ruhut yang tidak suka cara Gayus memimpin sidang karena terlalu memberikan banyak waktu bertanya untuk Partai Demokrat. Kemudian, Ruhut melontarkan kata-kata kotor. Sebenarnya, Gayus menanggapinya biasa saja, tapi mungkin dia gerah juga kali ya, kemudian bilang, “Diam kau,” Ruhut tidak mau diam, malah membalas, “Diam kau bangsat!” Ooops... Misuh dia, haha..

Kemudian, ketika Jusuf Kalla, Sri Mulyani, Budiono, dan Robert Tantular menjadi saksi di rapat pansus Century pun, menjadi bahan kerasnya sikap anggota DPR yang menjadi anggota Pansus Century tersebut. Mereka bertanya kepada saksi-saksi itu dengan nada keras, lantang, tetapi menyinggung hati para saksi, seolah saksi-saksi itu adalah pesakitan di persidangan. Padahal, mereka hanya sebagai saksi di rapat pansus itu dan dimintai keterangan saja. Rapat pansus Century itu bukan pengadilan dan saksi-saksi itu bukan terdakwanya. Mereka seharusnya membedakan hal tersebut dan ‘asas praduga tak bersalah’ harus digunakan. Memang, tujuan Pansus Century menghadirkan saksi adalah untuk dimintai keterangan dan bukti-bukti yang terkait dengan Bank Century sedetil-detilnya. Akan tetapi, mereka juga harus mempertimbangkan etika atau kesopanan dalam berbicara. Ingat, kaidah sosial tidak hanya kaidah hukum saja, tetapi juga ada kaidah kesopanan, kesusilaan, dan agama.

Menurut saya, saksi yang paling kasihan adalah Jusuf Kalla. Lagi-lagi Ruhut Sitompul berulah. Ruhut bertanya dengan suara lantang dan kata-katanya membuat warga Makassar tersinggung. Ketika JK agak tidak nyaman dengan pertanyaan yang diajukan Ruhut, Ruhut pun berkata,”Daeng jangan marah dulu donk.” JK hanya tersenyum. Lho, yang marah itu siapa, Bang Ruhut? Bukannya Anda sendiri ya? Hehe.. Akan tetapi, ketika anggota Pansus menghadirkan Robert Tantular sebagai saksi, saya sepakat dengan mereka. Robert Tantular memang harus ditanya dengan tegas karena memang jawabannya bertele-tele.

Hari ini, Pansus Century DPR menghadirkan saksi Darmin Nasution (mantan Dirjen Pajak), Ahmad Fuad Rahmany (Ketua Bapepam), dan Marsilam Simanjuntak (Mantan Ketua UKP3R). Apakah mereka masih menggunakan etika? Sepertinya belum. Tadi ada juga, doh siapa tu namanya lupa, juga masih bernada memojokkan sang saksi. Yach, memang, yang dibutuhkan dari Pansus Century bukan masalah etikanya, tetapi keberhasilan mereka dalam mengungkap kebenaran dari kasus Century yang semakin belibet ini.

Berbicara tentang etika, setiap orang harus mempunyai etika masing-masing. Indonesia mempunyai beragam suku bangsa, tentu mempunyai budaya yang berbeda-beda. Etika yang diterapkan di suku A belum tentu berlaku untuk suku B. Jadi, kita harus menghargai etika orang lain yang berbeda suku. Gedung DPR di Senayan berisi orang-orang yang terpilih melalui pemilihan langsung oleh rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa sehingga anggota DPR terpilih juga terdiri dari berbagai suku bangsa. Maka dari itu, di manapun dan kapanpun, etika dan sikap mau menghargai harus selalu dijaga. Tentunya kita tidak mau bukan, jika sikap wakil rakyat yang kasar itu disebut sebagai cerminan dari seluruh rakyat Indonesia yang sesungguhnya? Tidak lah. Anggota DPR yang beretika buruk hanya beberapa. Ini berarti, rakyat Indonesia yang bertika buruk juga hanya beberapa. Masih banyak orang baik di DPR, berarti masih banyak juga orang baik di Indonesia. Yang masih menjadi pertanyaan saya, sikap rendahnya etika anggota DPR itu merupakan cerminan pribadi atau partai?

Saya mencermati kinerja anggota DPR 2009-2014 sejak mereka melakukan gladi bersih pelantikan. Pada saat gladi bersih itu, ada beberapa anggota DPR yang tertidur. Jika teman-teman menonton Metro TV saat itu, mereka dikritik oleh Metro TV, dibuat joke lucu. Mungkin Bang One TVOne juga, tapi saya tidak menonton TVOne. Itu baru gladi bersih. Bagaimana dengan hari-H pelantikannya? Berlangsung hikmat sich, tetapi ada hal yang paling tidak disukai oleh warga Indonesia, terutama warga Sumatra Barat. Hari pelantikan anggota DPR, 1 Oktober 2009, adalah hari kedua pasca terjadinya gempa Sumatra Barat. Seharusnya, jika mereka bijak, dalam pelantikan itu, disinggung tentang gempa Sumbar dan mengucapkan bela sungkawa. Kenyataannya, hal itu sama sekali tidak disinggung sepatah katapun. Adapun seperti yang kita tahu, pelantikan anggota DPR 2009-2014 menghabiskan uang negara sebesar 46 M. Bukan uang yang sedikit untuk sebuah pelantikan yang hanya berlangsung sehari. Berhari-hari jika dihitung bersama persiapan dll. Sebenarnya, biaya pelantikan itu bisa diminamalisasi dan sebagian disisihkan untuk korban gempa Sumbar yang benar-benar membutuhkan banyak dana untuk rekonstruksi. Memangnya, habis buat apa sich uang sebanyak itu? Dari informasi yang saya tahu, anggaran pelantikan itu kebanyakan untuk jas dan konsumsi. Yach, kita aja, kalau ngadain pensi, nggak lebih dari 200 juta kan? Kecuali kalau ngundang Avenged Sevenfold, hehe.. Okelah, untuk pejabat eselon seperti mereka, harga segitu pantas. Anggap saja demikian.

Setelah pelantikan, saya kurang mencermati kinerja mereka lagi sampai melihat berita tentang Maruarar Sirait, anggota DPR dari Fraksi PDIP, mengusulkan diadakannya angket Century untuk membongkar kasus Bank Century. Ya, seperti angin yang menyegarkan bumi yang telah terkena dampak global warming. Dia berusaha mencari dukungan dari semua anggota DPR. Bahkan, ada anggota DPR yang di depan pintu pun dimintai tanda tangan. Akan tetapi, anggota dari Fraksi Partai Demokrat tidak mau menandatanganinya. Mereka ingin menunggu hasil audit BPK dulu. Akhirnya, semua anggota DPR pun sepakat untuk membentuk sebuah panitia khusus (pansus) dan setelah melalui pro-kontra, dipilihlah ketua pansusnya, yaitu Idrus Marham dari Fraksi Partai Golkar. Idrus mengundang pro-kontra publik karena dia berasal dari partai yang berkoalisi dengan pemerintah. Ditakutkan, dia akan menghambat proses pengungkapan kasus Bank Century. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, kinerja Pansus Century membaik dengan menghadirkan saksi-saksi terkait, sampai kita mengetahui jalannya rapat Pansus Century yang membuat warga Indonesia merasa kecewa dengan wakil mereka di Senayan karena etikanya.

Jadi, yang bisa saya sarankan untuk Pansus Century, gali terus kebenaran, tetapi tolong perhatikan etika berbicara. Dan untuk para saksi yang dihadirkan, jangan takut pada Pansus Century. Kalau kalian benar, ungkapkan saja. Tuhan Maha Mengetahui siapa yang benar. Dan harapan kita, masyarakat Indonesia, semoga kasus Century segera berakhir dan Indonesia bisa menata kembali kehidupannya sesuai cita-cita Pancasila.

Minggu, 17 Januari 2010

Jiwa Kepahlawanan dalam Diri Kita

Ngopy paste dari notesku di fesbuk. Notes ini aku buat waktu hari pahlawan.

Gadjah Mada ..
Dg Sumpah Palapamu, Nusantara bersatu.
Bahkan Kau rela tidak akan bersenang-senang sebelum Nusantara dipersatukan di bawah kekuasaan Majapahit.
Tp maafkan kami, Maha Patih yang bijak.
Kerusuhan dan pertikaian antargolongan, antardaerah, bahkan antarlembaga sering menghiasi headline berita di media-media.
Pemimpin-pemimpin kami belum mampu mengucapkan sebuah sumpah sepertimu.

Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Sultan Hassanudin, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Nuku ..
Dengan kebangsawananmu, Kau mampu memimpin rakyatmu untuk mengusir penjajah.
Tapi maafkan kami, Pangeran dan Sultan yang agung.
Pejabat-pejabat kami belum mampu memimpin kami untuk melawan penjajah internal negeri ini.

Dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo.
Dg keprihatinanmu thd kondisi akibat penjajahan, organisasi kebangsaan pertama berdiri.
Tapi maafkan kami, Bapak Dokter.
Kami belum mampu membangkitakan rasa persatuan lewat organisasi.
Kami cenderung individual dan dan malas berkumpul berorganisasi, menutup diri dari keadaan yg terjadi di luar sana.

RA Kartini, Dewi Sartika, Nyi Hajar Dewantara ..
Dg ketangguhanmu meski Kau adalah wanita, Kau perjuangkan emansipasi wanita agar wanita tidak mudah kalah dengan pria dan menjadi wanita yang suci.
Tapi maafkan kami, wahai wanita mulia.
Sebagai wanita, kami belum mampu menjaga kehormatan dan harga diri kami di hadapan pria.
Kami seolah senang jika pria menjajah kami.

Moh Yamin, Moh. Tabrani, Prof. Mr. Sunario ..
Dg jiwa mudamu, Sumpah untuk menyatukan pemuda-pemuda Indonesia lahir.
Tapi maafkan kami, pemuda yg penuh semangat.
Kami belum mampu memanfaatkan masa muda kami, malah kami habiskan untuk bersenang-senang tanpa tahu bahwa amanah besar untuk membangun bangsa yang baik di kemudian hari ada di pundak kami.

Bung Karno, Bung Hatta ..
Dg semangatmu untuk memerdekaan bangsa ini, lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tapi maafkan kami, Sang Proklamator .
Nilai-nilai kemerdekaan semakin luntur dg adanya kultur dan investasi asing yg secara tidak langsung kembali menjajah negeri ini.

RS Soekanto ..
Mungkin Kau tak pernah membayangkan lembaga yang Kau pimpin pada awal berdirinya akan menghadapi persoalan yang sedemikian ruwet di kemudian hari.
Tapi inilah kenyataannya, Bapak Kepolisian Indonesia.
Integritas moral polisi mulai dipertanyakan.
Mereka malah menuduh maling pd orang lain, padahal mereka sendiri malingnya, mengejek lembaga lain spt binatang kecil dan mereka binatang yg jauh lebih besar, padahal mereka mungkin tidak lebih baik dari binatang itu.

Dan Mr. Gatot Taroenamiharja ..
Kau pimpin lembaga ini dg bijak untuk menegakkan hukum di Indonesia.
Atas permintaanmu sendiri, Kau diberhentikan dg hormat oleh presiden karena ini yg terbaik.
Tapi sekarang berbeda, Bapak Jaksa Agung perdana.
Penerusmu dan bawahan-bawahnnya diberhentikan atas permintaan rakyat karena terlibat sebuah konspirasi keruh.

Maafkan kami, pahlawan, bukannya kami ingin mengganggu tidur nyenyakmu.
Tapi kami hanya menyayangkan keadaan yang terjadi di negeri ini.
Sungguh pelik, tuan-tuan, yang diharapkan bisa mengatasi masalah malah membuat masalah, bermain di belakang rakyat bersama uang-uang kotor, membuat sinetron yang lebih tragis dari Titanic untuk melemahkan instansi yang dianggap bisa membinasakan mereka.

Tapi kami ingin bangkit, pahlawan.
Kami yakin kami mampu dan kami tahu betul artinya kalimat ini : BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MAU MENGHARGAI JASA-JASA PAHLAWANNYA.
Akan kami lanjutkan perjuanganmu dan akan kami kobarkan kembali api semangatmu.
Akan kami ubah kata BELUM MAMPU menjadi MAMPU.
Dan jika kelak malaikat Izrail datang menjemput kami, semoga kami telah melakukan sesuatu yg terbaik untuk Indonesia.

HIDUP RAKYAT INDONESIA!!!

Sabtu, 16 Januari 2010

Bahaya mengumpat

Misuh alias mengumpat. Kegiatan ini sudah jadi hobby kita, secara sadar maupun nggak sadar, keras maupun lirih, dengan kata-kata bersih atau kotor. Tapi, emang udah peyorasi ya, yang namanya misuh itu pasti kata-kata kotor. Klo kata2 baik itu namanya bukan misuh, tapi istighfar, hehe ..

Kenapa sich kita harus misuh? Orang2 biasa melakukannya buat melepas penat, amarah, kecewa, sedih, de el el. Rasanya puas gitu ya klo abis misuh. Hasrat mulut kotor kita tersalurkan. Rasanya plong. Ada juga orang yang misuh tanpa pandang bulu, langsung ditujukan ke muka orang lain yang dimarahinya. Sungguh menyakitkan. Tapi ada juga misuh yang udah jadi hobby. Ada kan, kota yang terkenal dengan bahasa misuhnya masing-masing. Mungkin udah jadi hukum kebiasaan kali ya, yaitu kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang dan diterima oleh masyarakat.

Aku sedih aja denger katanya seorang ustadz waktu penutupan AAI. Kata beliau, kota yang paling sering ngumpat/misuh adalah Jogja. Nama-nama hewan di Kebun Binatang di Gembiraloka atau di kandang Pak Tani pun dikeluarkan. Wah, sebagai warga Jogja yang selalu menjaga nama baik Jogja dan kebudayaannya (lebay mode: on), aku nggak terima Jogja dianggap sebagai kota misuh. Jogja kan kota pelajar, kota budaya, kota yang terkenal santun, tutur kata dan perilaku masyarakatnya lembut dan halus (kapas yak ?). Aduh, mencoreng nama Jogja aja nich pisuh-pisuhan itu.

Tapi tahukah kalian teman-teman, kalo kita misuh, kita udah mengusir malaikat-malaikat yang menemani kita. Beberapa hari yang lalu, ak nonton sebuah acara di ANTV, tentang bahayanya misuh. Pak Ustadz bercerita tentang sahabat Rasulullah SAW yang misuh. Kurang lebihnya, gini ceritanya.
Suatu hari, sang sahabat sedang bersama Rasulullah. Lalu, ada orang kafir yang memaki mereka. Sang sahabat membalas makian orang kafir tersebut. Tanpa berkata apapun, Rasulullah meninggalkan sang sahabat. Sang sahabat bingung, dikiranya, Rasulullah marah padanya, kemudian dia mendekati Rasulullah. "Ya Rasulullah, marahkah engakau denganku? Tapi orang kafir itu sungguh keterlaluan." Rasulullah balik bertanya,"Apa kamu sudah tenang sekarang?" "Sudah ya Rasulullah." Rasulullah melanjutkan,"aku tidak marah padamu, tapi aku ingin menghindari syaitan. Tahukah kamu, ketika mereka memakimu, malaikat-malaikat datang mendoakanmu supaya kamu tetap sabar dan tegar. Namun ketika kamu tidak bisa sabar, marah, dan membalas memaki mereka, malaikat-malaikat pergi meninggalkanmu dan gantian syaitan-syaitan yang ada di sampingmu. Maka dari itu, aku juga pergi meninggalkanmu."
Sang sahabat itu langsung istighfar.

Hmmm... Gimana, masih mau misuh? Masih pengen marah? Eh, aku ngomong gini bukannya aku sok sempurna nggak pernah misuh. Aku pun pernah. Tadi siang contoh konkretnya. Mulutku udah terlanjur ngucap pisuhan favoritQ : "k**pr*t", hehe. Ah, masa ada pisuhan favorit sich? Astagfirullah... Tadi bener-bener out of control, aku nggak inget ceritanya Pak Ustadz tu, padahal aku tahu sebelumnya. Tapi, sekarang janji dech, akan mencamkan baik-baik cerita itu di dalam sanubariku, jangan sampai aku misuh lagi. Klo mau misuh, ati-ati aja dech, malaikat pada bubaran, gantian syaitan yang mengerumuni kita. Mau? Nggak lah, bisa-bisa aku didoain yang enggak-enggak sama syaitan. Naudzubillahimindhalik.

Terus soal marah, no more dech. Kan Rasullah pernah bersabda dalam hadist keenam belasnya:

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam : (Ya Rasulullah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Beliau menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah.

(Riwayat Bukhori )


Terus gimana donk cara menghilangkan marah?

1. Duduk, hirup napas dalem-dalem, keluarkan pelan-pelan.

2. Klo masih marah, berbaringlah.

3. Bebaring masih marah? Wudhu, seger kan ..

4. Masih marah yak? Shalat sunat 2 rakaat ajah.

5. Masih marah juga?? Ampun dech....... Ati-ati aja, syaitan udah bercokol di dadamu.

Berdoalah : A'udzubillahiminasy syaithannirrajim. Allahumaghfirli dhanbi wadh hab ghaidla qalbi wa ajirni minasy syaitanirrajim.

Artinya : Aku berlindung diri dengan Allah dari syaitan yang terkutuk. Ya Allah, ampunilah dosaku, dan hilangkanlah kepanasan hatiku dan lepaskanlah daku dari syaitan yang terkutuk.

amin..

Pemanasan

Halo Bloggers !

Kangen nich ma ma blogQ, sepi banget, aku tinggal 6 bulan, hahaha ..
Coba blog ini, 'Princess Caspian', manusia. Pasti dia udah nelpon, SMS, ato nge-wall aku sekedar nanyain kabarku gimana.

Haha, sori Princess Caspian, aku nggak kenapa-napa kok, I'm fine absolutely, I just had a business with my lecture, and now I'm having holiday! 1 bulan teman, mantap kan? Tapi, kayaknya aku nggak bakalan menikmati liburan ini full dech, coz aku punya kesibukan di kampus&SMA. Yach, bukan Cipuk namanya kalo cuma berdiam diri di rumah, pasti ada aja kesibukan.

Princess Caspian : "so what's your bussiness, Cipuk? You don't care about me! Don't you know I've been lonely 'till you found me again, but you don't care 'bot me, still."

Cipuk : "Oh Sorry, my friend. But I checked you up, didn't I ?"

Princess Caspian : "No. But, you just checked me, that was enough. I wanted more. Look at my skin! It's so out of date, old fashioned! I want you to refresh my display. Some of your friends visited me and they read your posts, but I could read their feeling that they disliked my display. So please , Cipuk. Make me a new look. And give me more your interesting stories"

Cipuk : "Ohohoho, don't cry, honey. How busy I am, I will always remember you, don't you still remember a good song from Narnia's movie "I'll be Remembering You", hehehe... Smile! Okay, I will refresh you up, but I don't have new skin. Maybe my friend does. Well, I will ask her. Just wait, honey.. Okay, while waiting my friend, I will share my stories to you."

Princess Caspian (while cleaning her cheek) : "Oh Cipuk, your bad habit to amuse someone sad is killing me, haha. Okay, I trust you, Cipuk. And will you tell me what your businesses are ?"

Cipuk : " Oh, so many. First, my lecture. Since I'm accepted in Law Faculty of UGM, I'm busy with the activities there, becoming a member of a committee, and of course studying to prepare middle test and final test of semester I."

Princess Caspian : "Waw, those must be interesting."

Cipuk : "Yeah, interesting but exhausting and confusing."

Princess Caspian : "Just enjoy them, Cipuk. I will be ready to listen your jeremiad. Then what else your activities?

Cipuk : "thank you, honey. Mmmm, maybe busy in facebook, hehe.."

Princess Caspian : "What ?? Oh Cipuk. You're dishonest to me !! Hiks.. I know now. You like facebook better than me! Hiks."

Cipuk : "OH, sorry.. I didn't mean to ignore you. Well, I'm gonna share my stories to both of you, fairly."

Princess Caspian : "Swallow that! I don't wanna hear your promise anymore!"

Cipuk : "Oh, you're jealous?"

Princess Caspian : "No. I'm just aware with your loyalty coz I know you have Twitter too."

Cipuk : "Oh my God. Trust me, honey. You know me. So, if I leave you again, who will take care of you?"

Princess Caspian : "Mmmm...Noone."

Cipuk : "That's me! Only me! Now, smile to me, honey. Listen, next month I will marry to Skandar Keynes."

Princess Caspian : "What? Oh, I'm glad to hear that! Congratulation! Where will you marry?"

Cipuk : "You believe it?"

Princess Caspian : "Of course I do."

Cipuk : "You've got punked!"

Princess Caspian : "Hrrrrggghhh....Cipuuuuuuukkkk.. Can you stop your JAYUS ?"

Cipuk : "No, it's me."

Princes Caspian : "Okay, I'm gonna go to London to meet William Moseley."

Cipuk : "I don't trust you, coz you don't have anything to do that."

Princess Caspian : "Hrrrggghhhh..... Enough !"