Day 7: Rabu, 20 Februari 2013
Agenda hari ini adalah wisata
keliling Pulau Lombok. Kami harus berkumpul pukul 08.00. Wah, PHP nih panitia.
Di rundown, kami akan berkeliling Pantai Kuta, Pantai Senggigi, Sade, Taman
Nasional Gunung Rinjani. Ternyata Senggiginya dibatalkan. Coba tebak, naik apa
kami keliling Lombok? Kami Genk Genbi sudah mengincar mau naik bis Pemkab
Lombok Timur yang kursinya empuk dan ber-AC. Ternyata tidak. Kami adalah tim
pertama yang berangkat, jadi kami harus naik mobil TNI-AL, persis seperti mobil
patroli polisi. Ya sudah, yang penting ada AC-nya, alias Angin Cendela, hehe. Di
mobil ini, ada satu pemandu dari panitia yang merupakan orang Lombok asli
sehingga bisa menjadi tour guide kami,
namanya Mbak Rizki.
Yeah, kami sampai juga di
destinasi pertama, yaitu Pantai Kuta. Saya punya target, dalam sekali perjalanan
ini, saya harus menyambangi dua Kuta: Kuta Lombok dan Kuta Bali. Hmmm, Pantai
Kuta Lombok ini begitu asri, masih sepi. Yang bikin saya heran, pasirnya
gede-gede, segede pakan ikan. Di sini saya juga membeli kain songket asli
Lombok dengan hasil tawar-menawar: Rp 65.000,00, berkat bantuan Shiva yang anak
Lombok asli. Saya menang untuk kain songket. Oh, ternyata tidak! Hurin
mengalahkanku dengan angka Rp 60.000,00.
Baju ijo: Khairi. Sebelah kiri saya: Ana, Genbi UGM |
Berangkat lagi yuk ke tujuan
selanjutnya: Desa Sade, tempat pembuatan kain songket tenun. Di sini, banyak
rumah adat Lombok, yang berdinding kayu, beratap rumbai. Ada satu ruangan di
rumah-rumah ini yang unik. Lantainya bersih banget, wangi lagi. Tahukah Anda
bagaimana membersihkannya? Pakai kotoran sapi! What??? Yes, that’s the fact! Saya membeli kain sarung tenun Lombok
di sini dengan penawaran Rp 35.000,00. Saya pun membeli 2 buah. Sampai mobil,
oh ternyata ada yang mengalahkan saya. Nia berhasil membeli kain sarung seharga
Rp 50.000,00 dapat 2 buah. Waaahhh...
Bersama Habib, Genbi Undiksha |
Lanjut lagi, tujuan selanjutnya
adalah Otak Kokok, yang termasuk Taman Nasional Gunung Rinjani. Jaraknya cukup
jauh, harus ditempuh sekitar 2 jam. Nah, pada satu jam pertama, tiba-tiba ada teman
kami, sebut saja namanya Novan, kuliah di UNY, asalnya Palembang, berpindah tempat
duduk yang semula di belakang, ke depan. Kami heran dengan tingkahnya. Dia
seperti akan meminta sopir mobil untuk berhenti. Waduh, susah juga
memberhentikan mobil TNI. Kenceng banget! Dia pun semakin gelisah. Ada apa sih?
Banyak yang bertanya. “kebelet pipis”, katanya. Masya Allah, kenapa nggak pipis
tadi waktu masih di Sade? Sudah, katanya, tapi sekarang kebelet lagi. Ya sudah,
dengan keisengan cowok-cowok Genbi, mereka menyodorkan botol air mineral
kosong. Padahal, di bagian depan ada cewek-cewek: Taris, Mei, dan Nia. Akhirnya
cowok-cowok membantunya menutupinya dengan kain songket Uda Budi dan handuk
merah Habib. Cewek-cewek diminta untuk menutup mata. Tapi Novan masih ogah.
Alasannya, muat nggak botolnya? Oh my God!!!! Dia pun antara ya dan tidak untuk
menerima bantuan cowok-cowok. Kalau harus ditahan, Otak Kokok masih satu jam lagi.
Kalau pipis di sini, hancur sudah reputasinya!
-no comments- |
Novan masih dengan muka gelisahnya
menahan pipis. Oh, cepatlah mobil ini berhenti, please!! Akhirnya, Novan memutuskan untuk tetap menahan pipis
sampai tiba di Otak Kokok. Tolong kasih jalan buat Novan biar bisa turun
duluan! Novan pun lari ke toilet begitu turun dari mobil.
Sampai di Otak Kokok, hujan deras.
Tiba-tiba saya di-SMS oleh Presiden Mahasiswa saya, Yanuar, untuk mengumpulkan
anak Advokasi sore ini juga, ada aduan dari PKL Pujale. Ya Allah, lindungilah
teman-teman saya di UGM.
Cuaca sudah tidak mendukung lagi
buat jalan-jalan, kami masuk mobil lagi. Mobil TNI tidak tertutup dengan
sempurna karena jendelanya terbuka. Jadilah banjir di lantai mobil. Pada saat
kami pulang pun, hujan masih cukup deras. Sebelum turun hujan, lantai mobil
bisa digunakan untuk duduk bagi yang tidak kebagian tempat duduk. Tapi karena
lantainya banjir, ya sudah, cowok-cowok sebaiknya berdiri saja. Otak Kokok ada
di dataran tinggi, sehingga jalannya naik-turun, berkelok-kelok. Kami masih
bingung bagaimana caranya mengeluarkan air banjir yang kotor di lantai mobil
ini. Semoga ada tanjakan sehingga air banjirnya bisa mengalir ke pintu kelar.
Dan benar! Ketika tanjakan, airnya mau keluar. Eh, balik lagi. Kami semua
mengangkat kaki ketika air mengalir di bawah kami. Apa yang dilakukan
cowok-cowok yang berdiri? Mereka bergelantungan di pegangan mobil!
Horeee..airnya mau keluar lagi. Eh, balik lagi. Setiap kali kami harus
mengangkat kaki, kami cekakakan. Yeee...
Peristiwa banjir mobil sudah
berakhir, air banjir sudah mulai banyak yang keluar. Tapi hujan masih belum
reda juga. Nah, di sepanjang jalan pulang ini, kami merasa, ini tanggal berapa
sih, lagi musim kawin apa ya? Ada di suatu daerah yg sedang pesta pernikahan. Ada
sepasang pengantin yang diikuti oleh pager ayu dan pager bagus (kalau adat
Jawa), kemudian di belakangnya ada sekelompok pemuda yang njoget-njoget dangdut
koplo. Kata Habib dan Indra yang anak Lombok, acara ini adalah ketika si
pengantin laki-laki mendatangi rumah pengantin perempuan. Sepanjang jalan ini,
total ada 5 acara pernikahan ini. Berarti kami menemukan 5 pasangan pengantin
baru. Oya, di mobil kami, ada spanduk dari BKKBN “Dua anak lebih baik”. Yeah,
sekalian iklan ya buat Mas dan Mbak pengantin baru.
Capek? Ya, tapi seru. Nyatanya,
anak-anak pramuka masih tetap semangat menampilkan pertunjukan istimewanya.
Malam ini yang tampil dari Jawa Tengah, Lampung II, Gorontalo, Sulawesi
Selatan, dan Banten. Yang paling membuat kami takjub adalah penampilan dari
Banten dengan menampilkan debus.
Saya juga belum capek bercerita. Tanggung
ah, keburu jadi sampah di dada.
Next: Selamat tinggal, Lombok! Klik:
http://cipukoya.blogspot.com/2013/02/the-diary-of-pelantara-6.html
Next: Selamat tinggal, Lombok! Klik:
http://cipukoya.blogspot.com/2013/02/the-diary-of-pelantara-6.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar