Jumat, 31 Oktober 2014

Jilbab dan Stigma




 Minggu ini, netizen sedang ramai membicarakan kabinet baru Jokowi – JK yang bernama Kabinet Kerja. Pro-kontra berdatangan. Ada yang meragukan, ada pula yang berharap banyak. Namun, ada seorang menteri yang cukup nyentrik dan menjadi the most wanted woman minggu ini. Beliau adalah Susi Pujiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan.
Yang membuatnya ramai digunjingkan adalah perilakunya yang dipandang kurang sopan sebagai pejabat negara. Saya pun merasa demikian. Saya langsung menganggap sebelah mata kepada perempuan yang merokok dan bertato, meskipun beliau pernah bersekolah di SMA yang sama dengan saya. Namun, ternyata di balik itu semua, Bu Susi adalah perempuan yang kuat. Beliau memimpin maskapai penerbangan perintis Susi Air. Susi Air adalah pesawat yang telah berkontribusi banyak untuk Indonesia. Kisah membanggakan dari Bu Susi adalah ketika beliau dengan pesawatnya mampu mendistribusikan bantuan untuk korban tsunami Aceh 2004 silam. Hanya pesawat Susi Air yang bisa mencapai Aceh waktu itu karena kondisi Aceh akibat tsunami cukup parah. Beliau juga langsung membuat gebrakan baru pada hari pertama masuk kerja di Kementrian Kelautan dan Perikanan, yaitu mengubah jam kantor menjadi pukul 07.00 – 15.00 dengan alasan agar para pegawai tidak terkena macet dan bisa mempunyai waktu lebih untuk keluarga di sore hari.

Selasa, 28 Oktober 2014

Sesungguhnya, Batin Saya Menjerit




Hari ini, handphone saya tidak berhenti berdering. Banyak notifikasi dari Facebook yang masuk. Kebanyakan memberi respon atas postingan saya yang membagikan tulisan dari seorang blogger tentang keresahannya atas media abal-abal. Yang dirasakan oleh blogger tersebut cukup mewakili keresahan yang selama ini saya pendam. Maka, saya pun membagikan blog tersebut ke News Feed Facebook. Saya kira, itu hanyalah hal sepele. Ternyata respon yang masuk begitu luar biasa. Sekitar 40 orang memberi like, juga beberapa mengajak berdiskusi. Saya cuma mau curhat di sini. Izinkan saya nyampah ya, hehe.
Sejak Pemilu 2014, setiap membuka Facebook saya selalu perang batin. Saya bingung, sangat bingung, dengan perkembangan teknologi informasi saat ini. Berita apa saja bisa dibagikan, tidak peduli apakah itu bohong atau fakta. Seolah, Indonesia sedang terpecah belah menjadi dua, yaitu golongan capres nomer 1 dan capres nomer 2. Saya pun mengambil langkah, sekitar bulan Juni-Juli saya tidak membuka Facebook sama sekali. Saya hanya membagikan postingan melalui link Instagram. Saya lebih senang membuka Twitter. Paling tidak, Twitter lebih tenang. Analisis dari beberapa analis politik lebih cerdas daripada orang-orang yang berkeliaran di News Feed Facebook saya.