Kamis, 15 Agustus 2013

Stop Massacre in Egypt!


Mesir kini bergejolak lagi. Setelah tragedi Shubuh berdarah tanggal 8 Juli 2013, ada lagi pembantaian 27 Juli 2013. Namun kemarin, 14 Agustus 2013, pembantaian terhadap demonstran pro Mursi lebih sadis! 

14 Agustus 2013, hanya ada darah dan asap

Adalah Rabu pagi, 14 Agustus 2013, jutaan demonstran pro Mursi di Lapangan Rab’ah Adawiyah terkejut bukan main. Tidak pernah mereka sangka, militer antek-antek Jenderal As Sisi akan bertindak kekejam ini. Dimulai dari serangan gas air mata, peluru, dan buldozer. Para sniper berpencar ke segala penjuru medan jihad Rab’ah Adawiyah, menembak siapapun yang berani melawan militer.


Sungguh disayangkan, militer yang seharusnya menjaga keamanan negara dan rakyatnya dari serangan musuh luar, justru membantai rakyatnya sendiri. Masyarakat sipil yang tak bersenjata harus menjadi korban kebrutalan militer. Tak ada rasa kemanusian apalagi rasa iba. Tidak hanya menembaki dengan sniper saja. Militer juga melindas para demonstran dengan buldozer layaknya kecoa. Militer juga tidak peduli lelaki, perempuan, anak-anak, wartawan, bahkan dokter. Semua menjadi korban. Tidak tanggung-tanggung, jumlah korban meninggal sampai saat ini telah lebih dari 6000 orang, puluhan ribu lainnya luka-luka. 

Satu orang rakyat sipil tanpa senjata diserang gerombolan militer bersenjata lengkap
 
Para korban luka-luka Rab’ah Adwiyah itu tidak tahu harus berobat ke mana lagi. Rumah Sakit dibakar. Padahal, ada ribuan pasien dan jenazah di dalam Rumah Sakit tersebut. Akibatnya, semua orang yang terjebak di dalam Rumah Sakit tersebut terbakar hangus. Banyak jenazah yang  sudah dikafani dan siap untuk dikuburkan, akhirnya menjadi gosong.

Kebebasan beragama mereka juga terancam. Mereka tidak tahu harus mencari masjid mana yang aman dari serangan militer. Ada sebuah masjid yang dibakar hangus oleh militer. Al Quran yang selalu mereka pegang juga disita oleh militer. Namun, mereka hanya mempunyai satu keyakinan yang tidak akan bisa dirampas oleh militer, bahwa mereka masih memiliki Allah.
Masjid yang dibakar militer


Masjid yang sama setelah pembakaran
Al Quran demonstran yang disita militer
 
Satu kata kunci dalam artikel ini adalah: “Rab’ah Adawiyah”. Wilayah ini merupakan titik utama para demontran Pro Mursi menyuarakan aspirasinya untuk menentang pemerintah hasil kudeta. Ketika para pengkudeta mengumumkan jajaran kabinet baru hasil kudeta, mereka pikir rakyat Mesir akan menerima. Ternyata tidak. Ikhwanul Muslimin dibantu oleh semua golongan untuk menentang kudeta tersebut dan menggelar demonstrasi di lapangan Rab’ah Adawiyah. Hampir 30 juta orang memadati wilayah itu. Kemudian, diikuti juga oleh wilayah lain yang menggelar aksi serupa.
Lautan manusia di Rab'ah Adawiyah

Shalat jamaah terbesar ketiga di dunia, ada di Rab'ah Adawiyah

Di Rab’ah, tidak ada ketakutan sedikitpun. Mereka tetap beribadah dan berpuasa Ramadhan seperti umat Muslim lainnya. Mereka menggelar sajadah dan selalu shalat berjamaah. Yang paling membuat kita takjub adalah ketika mereka berjamaah shalat tahajud dan tarawih. Saking banyaknya, jamaah di Rab’ah Adawiyah ini menjadi jamaah shalat terbanyak ketiga di dunia setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Berhari-hari, berminggu-minggu, hingga lebih dari sebulan para demostran tetap tegar di medan jihad. Mereka akan tetap menduduki kota-kota strategis di Mesir hingga presiden sah mereka, Muhammad Mursi kembali menduduki kursi presiden. Majalah sekaliber TIME bahkan sampai meliput mereka dan menjulukinya sebagai “The World’s Best Protesters”. Bayangkan, bagaimana caranya mengatur jutaan demonstran dengan tertib dan damai, serta bisa membuat mereka kompak dalam beribadah.
TIME edisi Juli 2013

Mungkin karena keteguhan hati para demonstran Rab’ah Adawiyah itulah, militer sampai bosan melihatnya. Berkali-kali militer melancarkan ancaman-ancaman untuk membubarkan demonstrasi, sampai meledak pembantaian tanggal 27 Juli 2013. Namun, para demonstran tidak juga takut. Akhirnya, dipilihlah jalur paling nakal, yaitu melakukan pembantaian kembali yang lebih sadis, pada hari Rabu pagi, 14 Agustus 2013.

Teriakan-terikan takbir terus menggema. Yang paling membuat merinding adalah teriakan “Dengan jiwa dan darah, kami membela Islam. Dengan jiwa dan darah, kami membela Mesir.” Allahu akbar! Musuh-musuh Islam akan takut mendengarnya.

Ya, itulah kekaguman saya pada para demonstran Pro Mursi. Militer boleh saja merampas Al Quran mereka, membakar masjid mereka, rumah sakit mereka, bahkan melindas anak-anak tak berdosa. Tetapi, militer tidak akan bisa mencabut keyakinan dari dada mereka. Allah akan selalu bersama mereka, insya Allah. Mereka hanya mempunyai dua pilihan: menang atau syahid.

Para demonstran menyusun paving bertuliskan "Laa ilaaha illallah"

 Allahummanshur ikhwanal muslimina wal mujahidina fii Mishr.
Ya Allah, lindungilah para pejuang kebenaran itu. Sembuhkanlah yang luka. Jikalau mereka harus mati, matikan mereka dalam keadaan syahid khusnul khatimah. Pertemukanlah aku dengan mereka kelak di surga-Mu. Aamiin.

Lihat video ini, seorang wanita yang sedang merekam kebrutalan militer, akhirnya ditembak dan terjatuh -->
https://www.facebook.com/photo.php?v=684656594882932&set=vb.261641917248915&type=2&theater

2 komentar:

  1. kalo emang bener2 peduli atas nama kemanusiaan, kenapa kamu TIDAK PEDULI pada teman2 n sodara2 kita korban Lapindo, sodara2 kita korban bencana alam, dan rekan2 lain saudara sebangsa dan setanah air yang kesusahan?? mesir bergolak baru di tahun2 ini, sedang Lapindo sudah bergolak sejak lama.. kenapa kamu tidak peduli?

    BalasHapus
  2. Soal peristiwa lain, biar Allah saja yang mencatat apa yang sudah saya lakukan untuk mereka. Sepertinya Anda belum terlalu ma'rifat sama saya.
    Kalo soal Lapindo, sampe saya bawa ke lomba debat. Adapun soal pertanggungjawabannya, bukan urusan saya karena itu urusan Bakrie.

    BalasHapus