Secara
keseluruhan, ada beberapa hal menarik yang saya soroti dalam serial Jumong ini:
Idealisme dan Lust of Power
Poin utamanya
adalah “kejayaan Gojoseon di masa lalu”. Bangsa Han yang digambarkan jahat dan
bengis, mencaplok wilayah-wilayah yang dulu dikuasai oleh Dinasti Gojoseon.
Para tahanan perang Gojoseon disiksa bahkan dibantai tanpa ampun oleh Bangsa
Han. Hae Mo Su dan Pangeran Geumwa bertekad untuk mengusir Bangsa Han dari
wilayah yang dulu milik Gojoseon serta membebaskan semua tahanan perang. Namum,
mimpi itu perlahan menghilang ketika Hae Mo Su dibutakan dan dinyatakan
meninggal.
Jumong hidup dalam istana Buyeo yang penuh dengan konflik internal.
Raja Geumwa dan selirnya, Yuhwa, membantu Jumong mengalahkan Bangsa Han. Geumwa
sangat menyayangi Jumong seperti anaknya sendiri, melebihi cintanya kepada anak
kandungnya, yaitu Daeso dan Youngpo. Maka, mereka menjadi pengkhianat Buyeo.
Bangsa Han yang seharusnya menjadi musuh Buyeo, justru dijadikan teman. Mereka
juga membunuh sahabat sejati Geumwa, Hae Mo Su.
Konflik internal di istana Buyeo mulai terjadi ketika Raja Geumwa menginginkan putra mahkota yang
memang layak menyandangnya, tidak hanya sebatas memilih anak tertua. Kompetisi
antara Daeso, Youngpo, dan Jumong semakin sengit. Jumong sebenarnya tidak
terlalu menginginkan posisi putra mahkota. Bahkan, ketika diancam oleh Youngpo
untuk menarik diri dari kompetisi pun, Jumong mau. Jumong baru benar-benar bersedia
berkompetisi setelah melihat sendiri para tawanan Gojoseon yang menderita.
Apalagi, dia mulai menyadari bahwa ayah kandungnya adalah seorang pahlawan bagi Gojoseon.
Dia pun bertekat untuk mewujudkan mimpi ayahnya yang belum terwujud. Saking
gilanya Daeso pada kekuasaan, saat Jumong dipercaya oleh Raja Geumwa untuk
memimpin perang melawan Bangsa Han untuk merebut kota JinBon dan YimDoon, Daeso
berkhianat. Dia takut jika Buyeo menang perang, otomatis Jumong akan diangkat
sebagai putra mahkota.
Soal idealisme
sepanjang serial ini, hanya Jumong dan pengikut-pengikutnya yang tetap berpegang
teguh menjaga idealisme untuk berperang melawan Bangsa Han. Raja Geumwa mulai
kehilangan idealismenya ketika diimingi-imingi oleh Perdana Menteri Bu Deukbul
untuk tetap bertahan menjadi raja Buyeo. Hal itu diambilnya untuk menghindari
kerugian yang lebih besar, yaitu kerugian yang ditimbulkan oleh Daeso.
Sayangnya, syarat yang diajukan oleh Perdana Menteri menyebabkan Buyeo semakin
lemah terhadap Bangsa Han. Geumwa menyuruh Jumong untuk membubarkan Damul Army dan kembali ke Buyeo,
namun Jumong tetap berpegang teguh pada prinsipnya untuk mendirikan kerajaan
baru dan merebut kembali kejayaan Gojoseon. Hal itu menyebabkan Geumwa memusuhi Jumong dan Yuhwa, meski sebenarnya
dalam hatinya tidak demikian. Geumwa harus tunduk kepada Perdana Menteri Bu
Deukbul karena janjinya.
Perebutan
kekuasaan yang lain juga terjadi dalam internal suku Jolbon yang terdiri dari
klan Gyehru, Biryu, dan lain-lain (saya lupa hehe). Klan-klan Jolbon
tercerai-berai. Setelah So Seo No menolak lamaran Daeso, grup dagang Klan
Gyehru dalam masalah. Yuntabal menyerahkan kepercayaannya untuk menggantikannya
memimpin Gyehru kepada So Seo No. Adik Yuntabal Chae Ryeong dan temannya, Yang
Tak, tidak menyukai hal ini. Mereka ingin mengangkat Chan Soo, anak Chae
Ryeong, sebagai ketua Klan Gyehru agar mereka bisa mengendalikan Gyehru. Mereka pun meminta bantuan Song
Yang, ketua Klan Biryu yang jahat dan bekerja sama dengan Bangsa Han. Song Yang
juga mengangkat dirinya sebagai Grand
Chief dari Jolbon secara keseluruhan. Menyadari bahwa dirinya hanya dijadikan boneka oleh ibunya, Chan Soo menyerahkan kekuasaannya kembali pada So Seo No. Mereka pun bekerja sama
untuk membunuh Song Yang meskipun selalu gagal. Pada akhirnya, Song Yang menyerah
dan membela So Seo No dan Jumong untuk mendirikan kerajaan baru.
Ketika
Kerajaan Goguryeo hampir berdiri, Chae Ryeong dan Yang Tak membujuk
pemimpin-pemimpin dari klan-klan Jolbon untuk memilih So Seo No sebagai
ratunya. Lust of power mereka juga
masih tetap ada ketika Kerajaan Goguryeo telah berdiri selama 15 tahun. Dengan
hadirnya Yuri, mereka mempengaruhi Pangeran BirYu untuk menyingkirkan Jumong
dan Yuri agar kelak yang menjadi raja Goguryeo berasal dari klan Jolbon.
Akibatnya, So Seo No mengusir mereka dari Goguryeo.
Yang paling
menarik adalah ketika Yuntabal menasihati Chae Ryeong yang ketahuan berkhianat:
“kekuasaan itu seperti butiran pasir. Semakin kau mengambil banyak, semakin
banyak yang hilang. Lihatlah apa yang telah hilang darimu.”
Strategi perang
Strategi
perang dalam serial ini cukup menarik untuk diikuti. Intinya, jangan sampai
strategi perang yang telah dirancang sedemikian teraturnya, bocor ke telinga musuh. Contohnya, ketika Hae
Mo Su ingin menyerang Bangsa Han, Raja Hae Bu Ru, raja Buyeo saat itu, bekerja
sama dengan Bangsa Han untuk menjebaknya.
Jumong berperang melawan Bangsa Han |
Jumong sangat pintar
dalam strategi perang. Ketika berencana menyerang JinBon dan LinDoon, Daeso
yang masih sakit hati dengan Jumong membocorkannya pada Gubernur Hyeon To.
Jumong mempunyai insting dan akhirnya mengubah rute rombongan melewati jalur
lain. Namun, Jumong lengah ketika berencana membunuh Gubernur LinDoon. Daeso
memerintahkan tentara Bangsa Han untuk mencegat Jumong. Jumong pun dinyatakan
hilang. Namun, ketika sudah menjadi Jenderal Damul Army, Jumong lebih cerdas. Dia
bisa menentukan kapan saatnya melakukan surprise
attack dan bagaimana caranya
mencegah surprise attack dari lawan.
Yang menarik
juga dari perang mereka adalah ketika pasukan Damul Army menemukan senjata baru
‘sotan’, yaitu benda seperti batu yang bisa meledak ketika dilemparkan ke api,
terbuat dari urine. Damul Army menggunakannya dengan cara menembak perapian markas lawan dengan bantuan layang-layang. Mo Pal Mo juga terus memaksimalkan usahanya membuat steel sword dan baju baja.
Politik
Serial ini
mengajarkan kita tentang cara bersikap kepada musuh atau bangsa lain. Seharusnya,
posisi Buyeo berhadapan dengan Bangsa Han karena banyak rakyat Gojoseon disiksa
oleh Bangsa Han. Bersahabat dengan
Bangsa Han bahkan mau menuruti semua keinginan Bangsa Han adalah kesalahan
politik terbesar yang diambil oleh Daeso dan Youngpo. Dengan kekuasaan
ilegalnya, Daeso menyingkirkan pejabat kerajaan yang pro kepada Raja Geumwa.
Keadaan Buyeo semakin menderita. Raja Geumwa juga akhirnya harus tunduk pada
Bangsa Han karena terpengaruh oleh Perdana Menteri Bu DeukBul.
Ketika
kompetisi perebutan putra mahkota pun, telah terjadi politisasi tokoh agama. Ratu
Wonhu mengangkat Mao Ryeong sebagai High
Priestess untuk memuluskan jalan Daeso menjadi putra mahkota. Mao Ryeong
tidak sesakti Yeo Mi Eul, pendeta sebelumnya. Dia hanyalah boneka.
Jumong dan Damul Army |
Jumong diramalkan oleh teman sesama pendetanya Ye Mi Eul bahwa Jumong harus meninggalkan Buyeo. Jika tidak, dia akan mati. Maka, Jumong mendirikan kerajaan baru bersama tawanan perang Gojoseon, dimulai dengan membentuk kembali Damul Army. Kerajaan barunya nanti akan menjadi rumah bagi para tawanan perang Gojoseon karena Buyeo telah gagal melindungi mereka.
Poin menarik selanjutnya, kisah cinta. Klik di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar