Minggu, 17 Januari 2010

Jiwa Kepahlawanan dalam Diri Kita

Ngopy paste dari notesku di fesbuk. Notes ini aku buat waktu hari pahlawan.

Gadjah Mada ..
Dg Sumpah Palapamu, Nusantara bersatu.
Bahkan Kau rela tidak akan bersenang-senang sebelum Nusantara dipersatukan di bawah kekuasaan Majapahit.
Tp maafkan kami, Maha Patih yang bijak.
Kerusuhan dan pertikaian antargolongan, antardaerah, bahkan antarlembaga sering menghiasi headline berita di media-media.
Pemimpin-pemimpin kami belum mampu mengucapkan sebuah sumpah sepertimu.

Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Sultan Hassanudin, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan Nuku ..
Dengan kebangsawananmu, Kau mampu memimpin rakyatmu untuk mengusir penjajah.
Tapi maafkan kami, Pangeran dan Sultan yang agung.
Pejabat-pejabat kami belum mampu memimpin kami untuk melawan penjajah internal negeri ini.

Dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo.
Dg keprihatinanmu thd kondisi akibat penjajahan, organisasi kebangsaan pertama berdiri.
Tapi maafkan kami, Bapak Dokter.
Kami belum mampu membangkitakan rasa persatuan lewat organisasi.
Kami cenderung individual dan dan malas berkumpul berorganisasi, menutup diri dari keadaan yg terjadi di luar sana.

RA Kartini, Dewi Sartika, Nyi Hajar Dewantara ..
Dg ketangguhanmu meski Kau adalah wanita, Kau perjuangkan emansipasi wanita agar wanita tidak mudah kalah dengan pria dan menjadi wanita yang suci.
Tapi maafkan kami, wahai wanita mulia.
Sebagai wanita, kami belum mampu menjaga kehormatan dan harga diri kami di hadapan pria.
Kami seolah senang jika pria menjajah kami.

Moh Yamin, Moh. Tabrani, Prof. Mr. Sunario ..
Dg jiwa mudamu, Sumpah untuk menyatukan pemuda-pemuda Indonesia lahir.
Tapi maafkan kami, pemuda yg penuh semangat.
Kami belum mampu memanfaatkan masa muda kami, malah kami habiskan untuk bersenang-senang tanpa tahu bahwa amanah besar untuk membangun bangsa yang baik di kemudian hari ada di pundak kami.

Bung Karno, Bung Hatta ..
Dg semangatmu untuk memerdekaan bangsa ini, lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tapi maafkan kami, Sang Proklamator .
Nilai-nilai kemerdekaan semakin luntur dg adanya kultur dan investasi asing yg secara tidak langsung kembali menjajah negeri ini.

RS Soekanto ..
Mungkin Kau tak pernah membayangkan lembaga yang Kau pimpin pada awal berdirinya akan menghadapi persoalan yang sedemikian ruwet di kemudian hari.
Tapi inilah kenyataannya, Bapak Kepolisian Indonesia.
Integritas moral polisi mulai dipertanyakan.
Mereka malah menuduh maling pd orang lain, padahal mereka sendiri malingnya, mengejek lembaga lain spt binatang kecil dan mereka binatang yg jauh lebih besar, padahal mereka mungkin tidak lebih baik dari binatang itu.

Dan Mr. Gatot Taroenamiharja ..
Kau pimpin lembaga ini dg bijak untuk menegakkan hukum di Indonesia.
Atas permintaanmu sendiri, Kau diberhentikan dg hormat oleh presiden karena ini yg terbaik.
Tapi sekarang berbeda, Bapak Jaksa Agung perdana.
Penerusmu dan bawahan-bawahnnya diberhentikan atas permintaan rakyat karena terlibat sebuah konspirasi keruh.

Maafkan kami, pahlawan, bukannya kami ingin mengganggu tidur nyenyakmu.
Tapi kami hanya menyayangkan keadaan yang terjadi di negeri ini.
Sungguh pelik, tuan-tuan, yang diharapkan bisa mengatasi masalah malah membuat masalah, bermain di belakang rakyat bersama uang-uang kotor, membuat sinetron yang lebih tragis dari Titanic untuk melemahkan instansi yang dianggap bisa membinasakan mereka.

Tapi kami ingin bangkit, pahlawan.
Kami yakin kami mampu dan kami tahu betul artinya kalimat ini : BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MAU MENGHARGAI JASA-JASA PAHLAWANNYA.
Akan kami lanjutkan perjuanganmu dan akan kami kobarkan kembali api semangatmu.
Akan kami ubah kata BELUM MAMPU menjadi MAMPU.
Dan jika kelak malaikat Izrail datang menjemput kami, semoga kami telah melakukan sesuatu yg terbaik untuk Indonesia.

HIDUP RAKYAT INDONESIA!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar