Kamis, 30 Desember 2010

Remember December

Bulan ini sangat luar biasa bagiku. Aku mengalami 3 peristiwa besar yang membuatku mengambil banyak pelajaran. Mungkin, hanya aku yang beruntung mendapatkan ketiganya, 3 peristiwa besar sekaligus dalam satu bulan, di akhir tahun 2010.
Ketiga peristiwa itu adalah:
1. Pemira 2010 FH UGM (3 – 28 Desember)
2. Diklat 32 THA (26 – 29 Desember)
3. Musyawarah Besar KMFH (26 – 30 Desember)

Nanti, akan kuuraikan satu per satu tentang ketiganya (kalo mood, hehe). Saat ini, aku sedang mempersiapkan diri menghadapi UAS, setelah sekian hari aku sedikit melupakan materi kuliah. Fokus, fokus, dan fokus, demi IP cumlaude di setiap semesterku. Amin ..

Demi Lovato - Remember December

Jumat, 24 Desember 2010

Ibuuuu

Iwan Fals - Ibu
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah

Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu

Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
powered by lirik lagu indonesia

Masih dalam suasana Hari Ibu ..

Jumat, 26 November 2010

Merapi: Antara Mitos dan Iman Kepada Allah

Alhamdulillah, Jogja telah kembali aman. Gunung Merapi tidak lagi mengamuk. Jarak aman diturunkan, dari 20 km menjadi 10 km. Sebagian pengungsi sudah kembali ke rumah masing-masing. Namun, yang rumahnya hancur terkena awan panas, masih ada di barak pengungsian, belum bisa pulang. Duka Merapi ini tidak hanya mengundang trenyuh kasihan pada para korban dan pengungsi, tapi juga trenyuh pada kondisi keimanan umat Islam. (Ulasan di bawah telah dibuat penulis 3 minggu yang lalu, namun baru kali ini sempat diposting)

Allahu Akbar... Ya Allah, Engkau Maha Perkasa, Engkaulah pemilik alam raya ini. Merapi beraksi, mengeluarkan isi perutnya, membumihanguskan Desa Kinahrejo dan sekitarnya, menghujani abu sampai Samudera Hindia, bahkan sampai Jawa Barat! Penulis hanya percaya bahwa semua ini, tidak lain dan tidak bukan, adalah kehendak Allah SWT. Penulis tidak percaya mitos-mitos yang berkembang, entah karena Kerajaan Merapi sedang hajatan atau sedang berselisih paham dengan Keraton Yogyakarta sehingga Merapi ingin mengobrak-abrik Keraton dengan cara hujan abu.

Memang, sudah menjadi kepercayaan orang Jawa, khususnya Yogyakarta, bahwa Yogyakarta ini dikuasai oleh 3 kerajaan, yaitu Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X sebagai sultannya saat ini, Kerajaan Laut Selatan dengan ratunya Nyi Roro Kidul, dan Kerajaan Merapi dengan rajanya Mbah Petruk. Adapun juru kuncinya yaitu Mbah Maridjan, kini telah tewas terserang awan panas Merapi saat letusan pertama, 26 Oktober 2010. Saat ini, Merapi sedang menunjukkan ‘hobi’nya, yaitu erupsi. Masyarakat yang sangat percaya mitos Jawa, menganggap bahwa aktivitas Merapi ini karena Keraton Merapi sedang mempunyai masalah dengan Keraton Yogyakarta sehingga ingin membalas dendam pada Sultan HB X. Banyak yang mengatakan bahwa Sultan HB X ini bukanlah Sultan, karena yang dianggap sebagai Sultan Yogyakarta adalah hanya sampai Sultan HB IX. Sultan kali ini bukan orang sakti karena tidak bisa memiliki anak laki-laki yang bisa dijadikan sebagai penerusnya kelak. Maka dari itu, Mbah Maridjan tidak mau tunduk pada Sultan HB X. Dia lebih tunduk pada Sultan HB IX karena yang mengangkatnya sebagai juru kunci Gunung Merapi adalah Sultan HB IX. Jika kondisi Gunung Merapi sudah membahayakan, Sulatan HB X mengingatkan Mbah Maridjan untuk segera turun mengungsi, namun Mbah Maridjan tidak menggubrisnya karena belum ada permintan dari Sultan HB IX. Padahal seperti yang kita ketahui, Sultan HB IX sudah meninggal. Jadi, Mbah Maridjan menunggu bisikan gaib dari Sultan HB IX. Can it? Mbah Maridjan pun hanya berdiam di rumahnya meski petugas-petugas tim SAR, TNI, relawan, dll mengingatkannya untuk segera mengungsi karena sebentar lagi Merapi akan meletus. Akibatnya, Mbah Maridjan pu tak dapat berbuat apa-apa saat awan panas menerjang daerah rumahnya. Saat ditemukan, dia sedang dalam posisi sujud di dapur rumahnya.

(Bersambung, akan diteruskan dengan tulisan yang lebih update)

Rabu, 27 Oktober 2010

Hai Mahasiswa, Bergeraklah!


                Menjadi mahasiswa idealis, oportunis, atau pragmatis, adalah pilihan. Menjadi mahasiswa kupu-kupu, kunang-kunang, atau kura-kura, juga pilihan. Semua pilihan tersebut mempunyai tujuan masing-masing.
                Ketika seseorang telah memasuki bangku kuliah dan meninggalkan bangku sekolah, nama yang disandangnya pun telah berubah, dari siswa menjadi mahasiswa. Artinya, tugas yang disandangnya telah berubah. Masa sekolah adalah masa yang penuh dengan kesenangan. Yang ada di pikiran hanya belajar untuk menjadi juara kelas, olimpiade, dan suksesnya acara yang diorganisasi bersama teman-temannya. Namun, setelah menjadi mahasiswa, aktivitas tersebut harus lebih dikembangkan lagi.
Ambarukmo Plaza, selalu
jadi tempat favorit mahasiswa
untuk menghabiskan waktu, tenaga,
dan uang
                Tipe mahasiswa ada tiga, yaitu mahasiswa kupu-kupu, kunang-kunang, dan kura-kura. Kupu-kupu, berarti kuliah pulang, kuliah pulang. Setelah jam kuliah selesai, langsung pulang ke kos atau mampir dahulu ke perpustakaan meminjam buku. Yang ada di pikirannya adalah berbagai macam cara supaya IP-nya selalu cumlaude setiap semester dan lulus cepat dengan nilai istimewa. Ketika ada seorang mahasiswa memutuskan untuk menjadi mahasiswa bertipe ini, pilihan tersebut tidaklah salah karena dia mempunyai tujuan hidup yang jelas, yaitu lulus cepat dan langsung mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun, mahasiswa seperti ini cenderung tertutup, tidak ingin melihat dunia luar, tidak peka terhadap situasi, dan hanya berjuang untuk dirinya sendiri tanpa pernah memberikan kontribusi yang berarti untuk kampusnya. Adapun mahasiswa bertipe kunang-kunang atau kuliah nangkring, kuliah nangkring, adalah mahasiswa yang suka bersenang-senang. Setelah jam kuliah selesai, dia langsung pergi ke mall, bioskop, nge-game, dan aktivitas hiburan lainnya. Yang ada dalam pikirannya adalah hanya ingin refreshing setiap hari karena kuliah yang dijalaninya terasa berat sehingga mencari pelampiasan pada hiburan dan konsumerisme. Mahasiswa yang bertipe seperti ini tidak peka terhadap situasi yang sedang terjadi dan sangat sukar untuk dinasehati. Kuliah hanya dianggap sebagai aktivitas harian yang tanpa makna. Terakhir, mahasiswa bertipe kura-kura atau kuliah rapat, kuliah rapat, adalah mahasiswa yang sangat peka terhadap situasi. Setelah jam kuliah selesai, dia menyempatkan diri untuk beroganisasi. Misalnya, berbagi pikiran dengan teman-temannya tentang isu yang sedang hangat, bermusyawarah untuk mengadakan sebuah acara yang bermanfaat, atau bergabung dengan pers mahasiswa untuk mengkritik kebijakan yang kurang bersahabat sekaligus menyuarakan kebenaran. Mahasiswa seperti ini lebih mudah untuk bersosialisasi dengan siapapun, tidak mementingkan dirinya sendiri karena merasa bahwa dia tidak hidup sendiri di dunia ini dan masih banyak problema yang harus dipikirkan bersama teman-teman.
                Saat ini, Indonesia sedang dalam kondisi terpuruk. Sebagai generasi muda pengubah bangsa, sudah menjadi tugas mahasiswa untuk lebih peka terhadap situasi. Generasi penerus bangsa sudah tidak dibutuhkan lagi oleh bangsa ini. Sebab, penerus bangsa berarti meneruskan keterpurukan bangsa ini. Aksi yang dibutuhkan adalah sebuah perubahan. Hal ini berarti harus lahir generasi pengubah bangsa.
                Usia mahasiswa adalah usia muda yang sangat potensial untuk melakukan perubahan karena dipenuhi oleh ide-ide cemerlang. Langkah konkret yang bisa dilakukan adalah dimulai dari perannya dalam kehidupan kampus. Anggap saja, kampus adalah bangsa yang harus dibenahi. Setiap kebijakan yang keluar dari pihak rektorat harus dikaji lebih dalam agar tidak terjadi kesalahpahaman dari berbagai pihak karena tidak setiap kebijakan pasti baik untuk mahasiswanya. Ketika ada sebuah kebijakan yang tidak menguntungkan banyak pihak apalagi masyarakat luas, mahasiswa harus berani memberikan masukan kepada rektoratnya untuk meninjau kembali kebijakan yang telah dikeluarkan tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan melakukan kajian dan membuat sebuah tulisan kritikan di media kampus atau media di luar kampus. Jika masalah tersebut sudah mencapai tingkat di atas ambang kewajaran, aksi turun ke jalan bisa dilakukan.
                Kampus yang memiliki mahasiswa dari berbagai penjuru negeri, pasti mempunyai pengaruh yang besar tehadap daerah sekitar, bahkan sampai negara. Maka, jika kampus tersebut mengeluarkan sebuah kebijakan yang tidak bisa diterima oleh masyarakat sekitar, mahasiswa harus bergerak, jangan hanya diam. Masyarakat luar kampus tidak mungkin bisa memprotes kebijakan tersebut, tetapi hanya terkena dampaknya. Jika bukan mahasiswa dan civitas akademika yang memperjuangkan nasib masyarakat, siapa lagi? Secara tidak langsung, masyarakat menitip pesan pada mahasiswa untuk melakukan suatu perubahan yang bisa berpengaruh pada masyarakat luas.
                Sangat disayangkan apabila mahasiswa hanya menghabiskan waktunya di bangku kuliah dan mall tanpa pernah merasakan serunya diskusi bersama teman-teman dan panasnya terik matahari saat aksi. Mahasiswa yang hanya berjuang untuk dirinya sendiri tidak mempunyai sesuatu yang bisa dipersembahkan untuk kampusnya. Maka, ketika memasuki dunia kerja, dia akan terkejut karena tidak mempunyai pengalaman organisasi. Berbeda dengan mahasiswa yang mempunyai pengalaman organisasi, pasti akan terbiasa menghadapi masalah dalam dunia kerja dan bisa berpikir lebih dewasa. Jangan biarkan usia yang potensial ini berlalu begitu saja. Mahasiswa dianugerahi intelektual yang luar biasa yang harus digunakan untuk kemajuan bangsa. Banyak hal yang harus dibenahi di sekitar kita. Jadilah mahasiswa ideal bertipe kura-kura, yang tidak hanya pintar berorganisasi, tetapi juga berprestasi.

Aksi pertamaku: 090909 di Gedung DPRD DIY, menuntut DPR segera menyelesaikan UU Pengadilan Tipikor
Jangan tanya apa yang diberikan oleh kampus untukmu, tetapi tanyalah apa yang kamu berikan untuk kampusmu!

Sabtu, 09 Oktober 2010

Dari Praktisi Menjadi Akademisi (Part 2)

Menjadi dosen yang pintar secara akademis saja tidak cukup. Seorang dosen yang pintar secara materi ilmu namun tidak pintar menyampaikan ilmunya kepada mahasiswa, pasti akan banyak mahasiswanya yang mengeluh dan tidak ingin diajar oleh dosen yang seperti ini lagi. Maka, kemampuan secara emosional sangat dibutuhkan. Dosen favorit saya adalah ketika bisa menguasai kelas dengan baik, ngedhongi, selalu memancing diskusi, tidak membuat ngantuk dan bosan, dan memberi tugas yang mendidik. Contohnya, Bu Sandradini (PIH), Mas Eddy OS Hieriej (Hukum Pidana), Bu Enny Nurbaningsih (HTN), Pak Yulkarnain (Hukum Islam), Bu Eka (HI), dll yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Gaya mengajar mereka bisa saya contoh kelak. Selain itu, ilmu agama seorang dosen juga harus kuat. Jangan sampai materi yang kita sampaikan atau gaya penyampaian kita bertentangan dengan kaidah agama.

Memang, secara finansial, pendapatan seorang dosen masih kalah jauh jika dibandingkan dengan advokat, konsultan hukum di perusahaan, atau pejabat eselon di instansi tertentu. Namun, saya lebih senang bekerja dengan hati. Saya tidak suka diperbudak, maka saya tidak ingin bekerja di sebuah departemen atau perusahaan. Saya lebih senang bekerja bebas. Orang tua saya menyuruh saya untuk menjadi PNS. Pekerjaan PNS untuk orang hukum adalah dosen, pegawai Depkumham dan departemen lain, jaksa, polisi, dll. Maka, saya memutuskan untuk menjadi dosen. Semoga tidak ada alasan bagi orang tua saya untuk melarang keinginan saya, karena dosen adalah PNS. Sebelumnya, orang tua saya pernah melarang saya untuk menjadi advokat karena swasta sehingga menyuruh saya untuk mendaftar tes CPNS Depkumham. Sekali lagi, saya tidak ingin diperbudak, bekerja di bawah tekanan atasan. Dosen memang punya atasan, yaitu dekan dan rektor, namun tidak bekerja untuk mereka. Dosen bekerja untuk mahasiswa, demi tercapainya mahasiswa yang cerdas dan hebat. Tidak perlu khawatir akan menjadi dosen miskin. Asalkan menjadi dosen yang aktif, seperti melakukan penelitian, ikut legal drafting, ikut sebuah organisasi tertentu, menjadi pembicara di berbagai seminar, atau ditambah dengan berwirausaha, insya Allah kebutuhan sehari-hari akan tercukupi, bahkan bisa surplus. Tidak apa-apa bekerja dengan gaji pas-pasan asalkan sesuai passion kita, daripada gaji besar tetapi penuh tekanan dan kebosanan, dari pagi hingga malam bekerja itu-itu saja. Dan, kalaupun memang Allah menakdirkan saya untuk menjadi miskin, yang penting jiwa ini kaya amal dan kaya ilmu.

Cita-cita awal saya untuk menjadi ketua Komnasham juga mempunyai peluang untuk terlaksana. Siapa tahu, jika saya bisa menjadi seorang dosen yang hebat, banyak dukungan untuk menjadi ketua Komnasham. Pokoknya, menjadi apa saya nanti, saya mulai karir saya dari akademisi. Banyak petinggi suatu instansi negeri ini yang memulai karirnya dari akademisi, seperti: Budiono (Wakil Presiden RI), Sri Mulyani (Mantan Menteri Keuangan, anggota World Bank), Jimly Assiddiqie (Staf ahli Presiden, mantan Ketua MK), Busyro Muqoddas (Mantan Ketua KY), Amien Rais (Mantan Ketua MPR), dan masih banyak lagi, termasuk nama-nama yang telah saya sebutkan di paragraf sebelumnya. Metro TV, TV One, dan beberapa media lain sering mengundang akademisi untuk menguak suatu kasus yang sedang hangat. Saya ingin seperti mereka!

Lingkungan belajar saya saat ini pun ikut mempengaruhi cita-cita saya. Saya kuliah di UGM, di kota pelajar, Yogyakarta. Namanya juga kota pelajar, pasti pendidikan akademik sangat dikejar di kota ini. FH UGM pun selalu menguatkan mahasiswanya pada asas-asas hukum. Jadi, teori sangat diperdalam di sini. Berbeda dengan FH UI, yang berada di Jakarta. Memang sudah kultur Jakarta yang penuh persaingan sehingga praktik lebih dikejar. Maka, banyak lulusan FH UGM yang menjadi akademisi, sedangkan lulusan FH UI menjadi praktisi.

Saat ini, saya sudah memasuki semester 3. Semester 5 nanti, insya Allah saya akan mengambil konsentrasi Hukum Tata Negara (HTN) karena saya suka hal-hal yang berhubungan dengan ketatanegaraan. Apalagi, saya senang mengikuti perkembangan berita terkini. Berita yang berhubungan dengan HTN sering menjadi headline di berbagai media. Selain itu, hanya HTN yang bisa membuat saya semangat belajar. Maka, saya ingin menjadi dosen HTN di tempatku menggali ilmu hukum, FH UGM.

Jika saya menjadi dosen nanti, saya akan menanamkan semangat anti korupsi pada mahasiswa. Saya akan menerapkan aturan yang tegas pada setiap pelanggar ‘titip absen’ dan ketidakjujuran ujian karena menurut saya, kedua perilaku itu berpotensi pada tindakan haram korupsi di masa depan. Jika sekarang berani tidak jujur ketika kuliah, 10 tahun lagi berani korupsi berapa miliar?

Sekian cerita singkat tentang passionku. Semoga Allah meridhoi cita-citaku ini. Amin ..

Dari Praktisi Menjadi Akademisi (Part 1)

Waktu MCC, jadi Penasehat Hukum
Mengapa saya ingin masuk Fakultas Hukum? Karena saya ingin menjadi jaksa. Demikian asa saya ketika SMA, saat sedang dalam medan perjuangan untuk lulus UN dan lolos UM UGM. Beberapa bulan menjalani kuliah di Fakultas Hukum UGM, pikiran saya berubah, menjadi advokat dan Ketua Komnasham. Apalagi ketika menjalani MCC (Moot Court Competition), saya mendapat ‘tugas mulia’ untuk berperan sebagai penasehat hukum. Cita-cita saya untuk menjadi advokat semakin menjadi-jadi. Saya ingin menjadi advokat karena trenyuh pada nasib rakyat kecil yang masih buta hukum sehingga banyak yang menjadi korban dari mafia hukum dan para penegak hukum bodong. Di MCC itu, peran penasehat hukum yang saya mainkan adalah penasehat hukum probono, membela seorang tukang ojek yang terpaksa membunuh seseorang karena membela diri. Sikap seperti inilah yang ingin saya tunjukkan  ketika menjadi advokat nanti. Adapun cita-cita ingin menjadi ketua Komnasham adalah karena saya tidak begitu suka dengan Komnasham saat ini yang hanya seperti ‘macan ompong’. Komnasham tidak punya kewenangan untuk menuntut seorang pelanggar HAM di pengadilan. Berbeda halnya dengan KPK yang bisa menjadi penuntut umum di pengadilan tipikor. Maka dari itu, saya punya misi khusus di Komnasham untuk menjadikan Komnasham lebih baik lagi. Apalagi, masih banyak kasus pelanggaran HAM yang belum terselesaikan.


Orang-orang sekitar pun berpikir demikian. Ketika mereka bertanya tentang jurusan yang saya ambil, mereka pasti menebak saya akan menjadi jaksa, hakim, atau advokat. Memang, tiga profesi itu sangat identik dengan hukum. Mendengar kata hukum, pikiran masyarakat pasti tertuju kepada tiga profesi penegak hukum itu. Jika tiga profesi itu dijalankan oleh orang yang jujur, tegaklah keadilan. Sebaliknya, jika dijalankan oleh orang yang korup, runtuhlah keadilan. Jadi, orang hukum adalah penegak keadilan. Namun, seiring dengan maraknya kasus korupsi dan mafia peradilan, serta berkurangnya kepercayaan masyarakat pada para penegak hukum, saya mulai berpikir, sebaiknya hindari tiga profesi itu. Cita-cita saya pun beralih menjadi profesi yang sering dipandang sebelah mata karena tidak menguntungkan secara finansial. Namun, di tangan orang yang berprofesi inilah, calon-calon sarjana hukum dikembangkan. Ya, dia adalah: DOSEN!

Menurut saya, dosen adalah tugas yang sangat mulia karena bisa berbagi ilmu dengan mahasiswa dan bisa lebih memperdalam ilmu lagi. Saya adalah orang yang haus akan ilmu, selalu ingin tahu, dan ingin terus mengisi otak ini dengan wawasan. Saya tidak ingin ilmu yang saya dapatkan menguap begitu saja tanpa pernah saya tularkan ke orang lain. Selain itu, insya Allah dosen bersih dari korupsi. Bandingkan antara praktisi dan akademisi. Seorang praktisi sering lupa asas-asas hukum, namun seorang akademisi masih mengingat asas-asas hukum dan mata kuliah yang pernah diajarkan. Maka, ketika mengerjakan berkas MCC, kami lebih sering bertanya pada akademisi, bukan praktisi.

Saya kagum pada dosen-dosen FH UGM yang telah malang-melintang di media, seperti Denny Indrayana (Staf ahli Presiden), Fajrul Falakh (Pansel Ketua KPK), Sigit Riyanto (Anggota PBB), Zainal Arifin Mochtar (sering nongol di TV), Eddy OS Hiariej, Aminoto (proyek membuat undang-undang), dan masih banyak lagi bapak dan ibu dosen FH UGM yang mengawali karirnya dari akademisi menjadi orang yang hebat dan terkenal. Pendapat mereka sering diliput media, sering mengisi di berbagai seminar dan diskusi, dan yang menyenangkan adalah mendapatkan tiket untuk studi banding ke luar negeri. Namun, studi banding dosen dan anggota DPR berbeda. Dosen mengikuti studi banding ke luar negeri dengan terpercaya karena selain untuk kepentingan diri sendiri sebagai pemerkaya ilmu, juga untuk kepentingan kampus, mahasiswa, dan masyarakat luas. Adapun DPR, mengaku studi banding untuk kepentingan rakyat, namun laporan studi banding sama hasilnya seperti mencari data dari google. Rasanya, sia-sia mengeluarkan APBN untuk memberangkatkan anggota DPR ke luar negeri.

Freie Universitat Berlin
Untuk menjadi seorang dosen, haruslah pintar dari segi akademis, psikologis, dan emosional. Minimal, harus menempuh pendidikan sampai S2 dan menguasai bahasa Inggris aktif. Saya suka ini. Memang sudah menjadi cita-cita saya sejak kecil untuk bisa bersekolah sampai setinggi-tingginya, minimal S2. Syukur, jika lebih dari itu. Saya sering menulis nama impian saya: Hj. Cipuk Wulan Adhasari, S.H., LL.M. Artinya, saya harus bisa mendapatkan beasiswa untuk kuliah S2 di luar negeri. Target saya, Jerman, Belanda, atau Perancis. Di sana, pendidikan hukumnya sangat bagus. Untuk kuliah S2, sudah bukan zamannya lagi masih meminta uang orang tua. Biarlah mereka bekerja untuk hari tua mereka, tidak perlu memikirkan biaya kuliah saya lagi. Adapun dosen-dosen di FH UGM, banyak yang telah menempuh pendidikan lebih dari S1. Maka, gelar pun bertebaran di depan dan belakang nama mereka. Syarat lain untuk menjadi dosen yang pintar secara akademis yaitu harus lulus cumlaude. Okay, saya merasa tertantang. Pokoknya, tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina.

Minggu, 03 Oktober 2010

Ketika Rakyat Bercermin

Ketika kita bercermin, bayangan yang tampak di cermin pastilah sama dengan diri kita. Seburuk, secantik, dan setampan apapun diri kita, seperti itulah yang tampak di cermin. Jika tidak, berarti bayangan yang tampak di cermin itu adalah hantu.

Demikian juga dengan anggota dewan. Dewan Perwakilan Rakyat seharusnya mencerminkan rakyat karena mewakili seluruh rakyat Indonesia di Senayan. Sebagian rakyat Indonesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan dan penuh dengan kesederhanaan sangat jauh berbeda dengan yang ditunjukkan oleh para wakil rakyat itu. Bukannya merakyat, mereka malah meminta pembangunan gedung DPR baru yang penuh fasilitas, terlalu sering pergi ke luar negeri dangan istilah "studi banding", terlalu mementingkan kepentingan golongan daripada rakyat, dan masih banyak kejelekan lain.

Karena bayangan rakyat berbeda, berarti DPR adalah.....HANTU!!



1 tahun pertama sejak pelantikan anggota DPR, DPD, MPR. Masih ada 4 tahun tersisa bagi mereka untuk mengubah diri mereka dari hantu menjadi manusia.

Minggu, 19 September 2010

Enaknya Jadi Anggota Dewan

Bagi yang ingin pergi ke luar negeri gratis, jadilah anggota dewan. Bagi yang ingin punya rumah mewah gratis, jadilah anggota dewan. Bagi yang ingin kerja di gedung full facility,jadilah anggota dewan. Anggota dewan, baik anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun Dewan Perwakilan Daerah (DPD), sama enaknya.

Pramuka SMPN 1 Galur di Waduk Sermo.
Cipuk jaket item jongkok
Belum selesai merencanakan pembangunan gedung baru DPR berbentuk U terbalik yang dilengkapi dengan fasilitas spa dan kolam renang, DPR mengirimkan satu tim dari komisi X untuk melakukan studi banding kepramukaan ke Afrika Selatan untuk menyempurnakan RUU Kepramukaan pada hari Selasa (14/9). Sungguh tidak disangka, uang rakyat senilai 795 juta rupiah harus dikeluarkan demi membiayai anggota dewan yang terhormat ke Afrika Selatan untuk belajar pramuka. Kita tidak tahu apa yang mereka lakukan di sana, entah berkunjung ke Soccer City Stadium untuk mengenang kemenangan Spanyol di Piala Dunia 2010 atau ingin sowan ke rumah Nelson Mandela agar Indonesia selalu menghargai pluralisme. Sebagai rakyat, khusnudzon sajalah, mereka belajar pramuka dengan baik kok. Mungkin mereka lupa dasar-dasar kepanduan yang telah diajarkan sewaktu SD.

DPD pun tak mau kalah pelesir ke luar negeri dan memakai uang rakyat. Mereka mengirimkan timnya untuk studi banding tentang sistem parlemen ke Inggris pada hari Jumat (17/9). Mungkin mereka lupa tentang pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang telah diajarkan di SMA. Atau bagi yang lulusan fakultas hukum, mereka lupa tentang mata kuliah Hukum Tata Negara yang telah diajarkan oleh dosen mereka. Khusnudzon sajalah, demi parlemen Indonesia yang lebih baik, izinkan mereka pergi ke Inggris.


Adapun yang masih hangat untuk diperbincangkan adalah rencana pembangunan rumah aspirasi yang diusulkan oleh DPR, ditiru pula oleh DPD. DPR meminta uang untuk pembangunan rumah aspirasi di daerah pemilihan masing-masing sebesar 122 miliar. DPD meminta rumah aspirasi masing-masing sebesar 30 miliar untuk setiap provinsi. Namun, apakah lebih baik jika mereka merogoh kocek sendiri untuk membangun rumah aspirasi di daerah mereka, daripada membuang APBN? Mereka kan sudah kaya, sudah mempunyai penghasilan sendiri yang bahkan bisa digunakan untuk membangun puluhan rumah. Dan agar lebih hemat, mereka bisa membuka pintu rumahnya untuk mendengarkan aspirasi masyarakat. Namun khusnudzon sajalah, uang mereka sudah habis untuk kampanye pemilu legislatif 2009 lalu.


Sebagai rakyat, sekali lagi kita harus khusnudzon dengan rencana mereka membangun gedung baru senilai 1,6 T itu. Mereka telah bekerja keras memperjuangkan nasib rakyat. Berilah mereka waktu sebentar untuk relaksasi, merasakan nikmatnya spa dan segarnya berenang di kolam renang yang telah dibayar oleh rakyat.

Khusnudzon, khusnudzon, dan khusnudzon. Betapa pemaafnya bangsa ini. Anggota dewan sih enak, tinggal memakai APBN sesuka hati, toh mereka mempunyai fungsi budgeting. Namun, segampang itukah kita membiarkan anggota dewan bepergian ke luar negeri seenaknya dengan memakai uang rakyat dalam kemasan “studi banding”? Ingat, sebagian besar rakyat Indonesia bukan orang kaya yang berpajak tinggi. Banyak rakyat Indonesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Mereka membayar pajak rendah. Namun, serendah apapun pajak mereka, jumlah pajak itu cukup tinggi bagi mereka.

Rencananya, gedung baru DPR seperti ini, gan!
Belajar kepramukaan di Afrika Selatan memperlihatkan betapa DPR tidak mempunyai urgensi agenda. DPR juga sering cuci tangan tentang rencana mereka membangun gedung baru. Kemarin mereka sangat menginginkan gedung yang lebih luas dan nyaman, sekarang mereka berkata bahwa mereka orang politik yang tidak tahu menahu tentang fungsi teknis dari gedung baru itu. Betapa pandainya mereka berkelit. Lagi pula, jika wacana pemindahan ibukota benar terjadi, bukankah membangun gedung parlemen baru senilai 1,6 T merupakan suatu pemborosan besar?

DPD pun seperti tak mau kalah menggunakan uang rakyat. Mereka latah pelesir ke luar negeri dan membangun rumah aspirasi di daerah. Seharusnya, anggota DPD yang baik adalah yang lebih banyak tinggal di daerah untuk mendengarkan aspirasi rakyat di daerah dan kembali ke pusat saat bersidang dan menyampaikan aspirasi rakyat dari daerah. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka hanya ke daerah pada saat liburan. Mereka juga tak mau kalah memperebutkan kursi ketua MPR dan meminta kekuasaan lebih yang dimiliki oleh DPR. DPD merasa seperti anak tiri.


Wahai wakil rakyat, kalian sungguh beruntung mendapatkan yang kalian inginkan. Namun, bijak-bijaklah menggunakan uang!

Minggu, 12 September 2010

Pembakaran Al Quran: Sebuah Tindakan Tidak Beradab

Tragedi 9/11
Awal Ramadhan, dunia digemparkan oleh wacana pembakaran Al Quran yang sedang direncanakan oleh sebuah gereja di Florida, Amerika Serikat, Dove World Outreach Center. Mereka akan melaksanakan aksinya pada tanggal 11 September 2010, sebagai peringatan tragedi 9/11. Lalu apa hubungannya dengan Al Quran, kitab suci agama Islam? Mereka menganggap bahwa Islam adalah biang dari tragedi 9/11 itu. Menurut mereka pula, Islam adalah agama teroris. Selain itu, mereka juga tidak setuju dengan pembangunan pusat Islam di Ground Zero, dua blok dari bekas WTC.

Miris, mendengar pernyataan mereka. 11 September 2010 adalah hari kedua Idul Fitri 1431H, hari raya bagi umat Islam. Mereka akan menodainya! Mereka akan merusak hari bahagia kita! Lebih parah adalah ketika bulan Ramadhan hampir berakhir, berita itu semakin kencang beredar. Terry Jones, pastor dari Gereja Dove World Outreach Center semakin mantap dengan rencananya. Dia dan jamaahnya akan memulai aksinya pukul 18.00 waktu setempat. Bahkan fakta juga menyebutkan, aksi mereka ini didukung oleh donatur yang pro-Israel. Jadi, sudah jelas siapa yang menjadi dalang acara ini. Reaksi dunia pun bermunculan. Kecaman, hujatan, kritikan, demonstrasi membanjiri Terry Jones dan umatnya. PBB dan Presiden AS, Barack Obama pun mengimbau mereka agar tidak melanjutkan rencana itu. Namun, Jones tetap tak bergeming. Dia akan membatalkan rencananya, asalkan Imam Feisal Abdul Rauf, pemrakarsa proyek pembangunan pusat Islam mau memindahkan lokasi proyeknya, jauh dari New York.

Imam Abdul Rauf dan Terry Jones
Ya Allah, setan jenis apakah yang meracuni pikiran mereka sampai mereka berani menentang-Mu? Mereka sepertinya ingin merasakan penderitaan pasukan Abrahah yang dihujani kerikil dari neraka oleh Allah karena ingin menghancurkan ka’bah. Sekarang versi yang lebih modern, pembakaran kitab suci Al Quran, kitab yang turun pada bulan Ramadhan. Ketika bulan Ramadhan 1431H berakhir, orang kafir Amerika ingin membakarnya. Namun, Allah telah berjanji bahwa Dia akan melindungi Al Quran sampai hari kiamat. Dan ternyata benar. Sungguh berita gembira, Jones membatalkan aksinya! Serta, tak ada kesepakatan antara Jones dan Imam Abdul Rauf tentang proyek pembangunan pusat Islam. Jadi, pembangunan pusat Islam tak akan pindah. Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Namun, umat Islam sedunia belum bisa tersenyum sepenuhnya. Ada lagi kelompok lain yang lebih ekstrem, menyobek beberapa lembar Al Quran di depan Gedung Putih! Hanya ada 6 orang yang ikut dalam demonstrasi itu, namun mereka sangat radikal dalam memerangi Islam. Mereka tidak suka ayat Al Quran yang ingin memerangi Yahudi dan Nasrani. Mereka sebenarnya hanya salah paham terhadap Al Quran dan hanya ingin mencari sensasi. Tak ada yang menduga memang, akan ada serangan terhadap Islam dalam bentuk selain pembakaran Al Quran. Ya, kita telah kecolongan. Tidak ada yang mencegah mereka, polisi yang menjaga saja hanya mengawasi jika terjadi kerusuhan.

Sungguh itu suatu tindakan yang tidak beradab. Tindakan mereka justru membuat Amerika Serikat semakin buruk di mata dunia. Mungkin mereka sok benar. Mereka pintar memainkan  emosi para korban tragedi 9/11 agar memusuhi Islam. Dengan aksi pembakaran dan penyobekan Al Quran itu, akan membuat dunia terbuka dan memandang Islam adalah agama teroris. Tapi lihatlah, yang mereka lakukan itu justru membuat mereka sendiri dibenci dunia. Hal ini sesuai dengan yang terdapat dalam Surat Baqarah 11-12:
Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar

Bayangkan! Amerika Serikat, negara yang menjadi kiblat demokrasi dan penghargaan penuh terhadap Hak Asasi Manusia (HAM), tidak dapat melindungi HAM kaum muslim di sana. Amerika Serikat, negara yang sangat menjujung tinggi toleransi antarumat beragama. Dove World Outreach Center adalah representasi dari kelompok yang menentang perbedaan dalam agama. Mereka hanya men-generalisasi keburukan dari Islam, padahal dalam Islam tidak pernah diajarkan tentang keburukan. Mereka menganggap bahwa semua orang Islam adalah teroris, padahal tidak demikian. Islam adalah agama yang cinta damai, menjaga penuh hubungan antarumat beragama. Namun, ketika Islam dinodai, wajib bagi umat muslim untuk terus membelanya hingga titik darah terakhir.
“Sesungguhnya semua muslim itu bersaudara”, demikian sabda Rasulullah SAW. Ketika kaum muslim di AS berteriak, reaksi kaum muslim di seluruh dunia pun hadir.

Al Quran adalah kitab yang maha sempurna karena menyempurnakan kitab-kitab yang telah diturunkan oleh Allah sebelumnya. Seperti asas perundang-undangan: “Lex posteriori derogat legi priori” (Undang-undang yang baru mengalahkan undang-undang yang lama). Maka, sejatinya, kita harus percaya kepada isi Al Quran. Juga, tetap harus percaya pada kitab-kitab sebelumnya, Zabur, Taurat, dan Injil. Namun, yang wajib kita laksanakan adalah perintah dari Al Quran, sebagai konsekuensi dari membaca dua kalimat syahadat. Jika mengakui Muhammad sebagai rasul Allah, kita wajib mengimani Al Quran, kitab yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Kita juga wajib menjaganya, jangan sampai ada oknum tertentu yang menodainya.

Menanggapi aksi penghinaan terhadap Al Quran di Amerika itu, wajib bagi kita untuk mengecamnya. Namun, cukup dari sini saja, tidak perlu terbang ke Amerika untuk menghalau aksi mereka. Saat ini pun bisa kita lakukan, yaitu dengan berdoa kepada Allah agar mereka menyadari bahwa tindakan mereka salah dan jika benar terjadi, semoga Allah memberi mereka hukuman. Yakinlah, Allah telah berjanji bahwa Dia akan melindungi Al Quran sampai hari kiamat. Namun, kelompok radikal seperti mereka sangat sulit untuk dinasihati. Biarlah Allah saja yang menghakimi mereka. Manusia vs Allah SWT????? Berani??? Wallahu’alam bissawab.

Jumat, 10 September 2010

Idul Fitri Seru 1431H (part 2)


Rute takbir keliling kali ini lebih jauh daripada biasanya. Maka, para orang tua harus bersedia untuk menggendong anak-anaknya. Kami, panitia, juga lumayan repot. Kami harus membagikan makanan, apalagi untuk anak-anak kecil yang suka rewel, ada tantangan tersendiri. Setelah takbiran, kami membersihkan masjid dan bersiap untuk takbir keliling yang lebih seru untuk pertama kalinya, ikut takbiran sampai Bantul naik pick up rame-rame. Memang untuk pertama kalinya, karena pada takbiran sebelumnya, kami hanya takbir keliling jalan kaki keliling kampung. Namun kali ini, kami naik kendaraan sampai Bantul, tapi yang ikut hanya yang mau saja, karena waktu sudah pukul 22.00. Karena ini kesempatan langka, saya pun ikut. Kami membawa 2 pick up. Yang satu untuk membawa anak-anak perempuan, yang satu untuk membawa anak laki-laki dan alat-alat tetabuhan. Yang tidak ingin naik pick up, naik motor sendiri. Kami berangkat beramai-ramai seperti pawai. Kami seolah bersaing dengan rombongan kampung lain yang juga membawa alat-alat tetabuhan sambil bertakbir. Jalan Srandakan sangat ramai ketika malam takbiran. Semua berlomba mengagungkan asma Allah. Juga ada pesta kembang api.

Yang paling lucu sepertinya rombongan dari Srandakan. Betapa tidak. Rombongan lain bertakbirnya dengan rebana atau tabuh yang bernuansa islami. Namun, bukan  orang Srandakan kalau tidak nyeleneh. Kami malah membawa tetabuhan reog. Mau bagaimana lagi, hanya ini yang kami punya, haha. Mungkin orang berpikir, ini mau takbiran apa nge-reog? Yah, yang penting esensi dari takbiran tidak hilang, yaitu mengagungkan asma Allah. Sepanjang perjalanan, antara rombongan satu dengan yang lain saling bersaing. Jalanan sangat ramai, begitu meriah. Kendaraan pun membawa kami menuju Lapangan Paseban, Bantul. Namun, kami tidak berhenti di Lapangan Paseban karena penuh sesak. Jadi, kami hanya berhenti di lapangan parkir depan Kantor Polres Bantul. Kami berpesta kembang api di sini. Dar-der-dar-der!!!!! Pletok-pletok-pletok!!!!! Dari tempat kami berhenti, kami menikmati fireworks yang dinyalakan orang-orang yang ada di Lapangan Paseban. Subhanallah, indahnya...... Kami pun tak mau kalah, kami juga punya fireworks sendiri meski tak sebagus mereka, hehe .. Semua orang larut dalam kegembiraan. Moment ini memang seperti perayaan tahun baru. Namun bedanya, sebagian besar orang  berbaju koko dan berjilbab, atau setidak-tidaknya berbaju yang bernuansa Islam sambil bertakbir. Malam ini adalah malamnya umat Islam. Setelah capek, kami pulang, pukul 24.00.

Pagi harinya, saya sempat kecewa karena harus menghadapi kenyataan bahwa saya tidak bisa ikut shalat Ied di Lapangan Kedungbule karena ‘berhalangan’. Ya sudah, saya pun membantu anak perempuan Srandakan yang bernasib sama untuk menyiapkan makanan untuk syawalan se-Srandakan. Memang sudah kesepakatan bersama, siapapun yang berhalangan tidak bisa ikut shalat Ied, harus mempersiapkan makanan dan minuman untuk syawalan di Balai Desa, agar ketika orang-orang datang dari shalat Ied, suguhan makanan dan minuman sudah siap. Miris memang, bayang-bayang shalat Ied di Lapangan Kedungbule yang penuh kegembiraan berkumpul bersama warga kampung lain, yang sudah di depan mata, harus pupus. Mengutip kata-kata dari buku Dalam Dekapan Ukhuwah, “Kami tidak tahu ini rahmat atau musibah, kami hanya berprasangka baik kepada Allah.” Saya pun mengambil sisi positifnya. Memang benar. Ketika Jalan Srandakan sangat sepi, saya mempunyai kesempatan untuk foto di Bundaran Srandakan. Asyik, nambah koleksi foto profil Facebook, hehe. Jarang sekali Bundaran Srandakan sesepi ini.

Syawalan ini sangat menyentuh hati siapapun yang punya salah. Namun, hanya dianggap ritual tahunan biasa bagi yang sombong dan merasa tidak punya salah. Kami jarang berpelukan sambil meminta maaf pada sesama tetangga (perempuan dg perempuan dan laki-laki dg laki-laki tentunya). Warga Srandakan dari semua golongan, pria-wanita, muda-tua, kaya-miskin, ndhuwuran-ngisoran, dari RT 01-08, juga jarang berkumpul dalam satu tempat dan satu waktu, meninggalkan segala aktivitas sehari-hari. Namun di sini, kami disatukan Allah SWT dalam sebuah acara bernama SYAWALAN WARGA SRANDAKAN.

Setelah Syawalan Srandakan, saya sekeluarga ke rumah simbah kakung. Di sana, kami berkumpul dengan keluarga besar. Namun, ini hanya halal bihalal biasa, bukan syawalan. Syawalannya besok tanggal 5 Syawal. Setelah itu, kami nyekar ke makam Mbah Putri, simbah yang sangat kucintai, hiks .. Kemudian, kembali halal bihalal ke rumah simbah yang di Kulon Progo. Ada yang menarik untuk diperhatikan. Dari rumah simbah-simbah yang kami kunjungi, suguhan yang pasti ada adalah: sirup dan wafer stick yang sering disebut astor. Setelah sampai di rumah sekitar pukul 11.30, saya langsung tepar tidur karena kecapekan. Ini juga untuk refill energi karena pasti malam hari rumah saya kedatangan tamu. Dan ternyata benar.
ki-ka: Mbak Ria, Dek Niken, Cipuk, Mbak Catur

Cipuk Wulan Adhasari, dengan seluruh jiwa dan perasaan, memohon maaf atas segala kesalahan, kesombongan, kealpaan, dll yang zhahir maupun batin, yang disengaja maupun tidak.
Taqabalallahu minna wa minkum, ja’alallahu minal aidin wal faizin.
Selamat Idul Fitri 1431H.

Idul Fitri Seru 1431H (part 1)


Yogyakarta, 1 Syawal 1431 H

Allahuakbar..Allahuakbar..Laa illaha ilallahu allahuakbar. Allahuakbar walillaahilmamdu.
Sebuah kalimat takbir yang agung dan penuh makna. Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar. Allah Maha Besar, untuk Allah segala pujian. Takbir yang memecah keheningan malam. Takbir yang menggema indah di setiap sudut kota yang berpenduduk mayoritas muslim, diserukan oleh orang-orang yang ikut menjadi pelaku peraih kemenangan besar. Kemenangan hakiki atas segala yang telah diusahakan selama satu bulan penuh. Kemenangan yang membuat manusia suci kembali, seperti bayi yang baru dilahirkan.

Sebulan penuh kita berpuasa, menjaga nafsu, menjaga perut, mulut, mata, telinga, hati, dan pikiran dari hal-hal yang tidak dibolehkan.  Sebulan penuh kita merasakan prihatin dengan berlapar-lapar dan berhaus-haus. Sebulan penuh kita meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah serta  aqidah kita. Sebulan penuh kita bertadarus karena Bulan Ramadhan identik dengan turunnya Al Qur’an untuk pertama kali. Sebulan penuh kita menyucikan harta dengan berzakat. Sebulan penuh kita beristigfar karena ada kesempatan bagus untuk mendapatkan ampunan-Nya. Sebulan penuh kita belajar untuk menjadi lebih arif. Kini kita mendapatkan award kita.

Setelah berbuka puasa pada tanggal 30 Ramadhan, rasa syukur yang tidak terkira terus dilantunkan kepada Allah swt, atas kemenangan yang telah Dia berikan. Begitu sayangnya Allah pada umat-Nya, sehingga Dia memberikan pelatihan khusus selama sebulan dengan bonus pahala di sana-sini. Jika Dia tidak sayang pada umat-Nya, pasti tidak ada bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Bulan Ramadhan yang sangat identik dengan bulan puasa adalah bulan untuk berlatih menghadapi segala tantangan di dunia nyata. Rasakan, ketika kita berlapar-lapar, apakah kita mempunyai tenaga untuk marah? Ketika kita diiming-imingi surga, apakah kita akan menghancurkan puasa kita dengan nafsu? Rasakan juga, betapa mereka yang tidak bisa makan enak setiap hari, bahkan untuk mencari sesuap nasi 1x sehari saja susahnya minta ampun. Dengan berpuasa, kita belajar prihatin memahami keadaan mereka. Tantangan selanjutnya adalah penerapan dari rutinitas selama bulan Ramadhan untuk diterapkan kembali di bulan-bulan setelah Ramadhan. Tentu saja, godaan yang akan dihadapi pasti lebih berat.

Ibarat kuliah, Idul Fitri adalah wisuda. Dalam kuliah, kita diberi  materi dan berbagai macam pembelajaran yang akan sangat berguna di dunia kerja nanti. Setelah belajar selama 3 tahun, 4 tahun, atau 5 tahun dst, kita akan diwisuda. Setelah itu, kita akan mandiri, menerapkan ilmu yang telah didapat ketika kuliah. Peranan idealisme pada kuliah dan bulan Ramadhan sangat penting. Jangan sampai kedua momen itu hanya sebagai sebuah peristiwa angin lalu saja. Kuliah tidak hanya masa belajar untuk mendapatkan IP cumlaude, lalu setelah memasuki dunia kerja, lupa pada ilmu yang telah didapat, atau yang lebih parah, ingat ilmunya namun sengaja menyimpang dari ilmu yang telah didapat. Untuk bulan Ramadhan, jangan sampai bulan ini hanya dianggap sebagai ritual tahunan yang terdiri dari 30 hari. Selama sebulan menjadi anak sholeh, namun setelah Ramadhan berakhir, maksiat kembali dilakukan. Semoga kita tidak termasuk orang yang seperti ini. Maka, idealisme sangat penting untuk kita jaga.

Saya seorang muslim, maka saya termasuk orang yang berhak mendapatkan kemenangan jika saya telah melaksanakan pelatihan khusus-Nya selama sebulan. Memang, ibadah saya selama sebulan masih jauh dari sempurna. Untuk besarnya pahala yang saya dapat, wallahualam, saya hanya berprasangka baik kepada Allah.

Perjuangan paling terasa adalah ketika tanggal 30 Ramadhan kemarin. Saya bangun pukul 03.30 untuk bersantap sahur terakhir di bulan Ramadhan 1431 H. Setelah subuhan di masjid, bersih-bersih rumah (kegiatan yang jarang saya lakukan, hehe), mengantar makanan ke tempat simbah kakung, menjaga tempat pengumpulan zakat bersama anak-anak muda Srandakan lain. Kegiatan bersama anak muda Srandakan ini sangat sibuk tapi mengasyikkan. Kegiatan kami akan padat ketika hari raya Islam. Selain menjadi panitia zakat, kami juga mengurusi takbiran, serta syawalan se-Srandakan yang berlangsung setelah shalat Ied. Menjaga zakat cukup repot juga. Kami dibagi dalam dua kelompok, untuk putri tugasnya adalah menampung beras zakat, mencatat, dan yang lebih repot, jika yang diberi bukan beras melainkan uang. Kami sering bingung uang ini untuk zakat maal atau zakat fitrah. Kemudian, menimbang beras zakat ke dalam ukuran ½ kg, 1 kg, dan 2 kg. Tugas untuk anak laki-laki adalah membagikan beras-beras itu kepada warga Srandakan yang kurang mampu. Mereka membagikannya dengan keser (kendaraan seperti gerobak kecil). Ketika anak laki-laki membagikan, anak perempuan masih ada tugas, membungkusi makanan untuk syawalan, menghitung-hitung jumlah makanan dan minuman, bersih-bersih masjid, dan mempersiapkan perlengkapan yang digunakan untuk takbiran. Setelah anak laki-laki selesai membagi zakat, mereka bersih-bersih balai desa Trimurti yang akan digunakan untuk syawalan. Pokoknya sibuk bin sibuk.

Saya sendiri selesai mengurusi zakat dan makanan sekitar pukul 15.00. Sampai di rumah langsung membantu ibuk masak rendang dan tongseng yang akan menjadi pendamping ketupat untuk lebaran. Karena masakan belum matang, saya pun tidak berangkat takjilan (buka bersama dg anak-anak kecil di masjid Srandakan) terakhir Ramadhan 1431 H. Saking sibuknya, saya tidak sempat membantu ortu  membagikan parcel untuk kerabat. Nah, ketika adzan maghrib terdengar, rasa syukur, senang, haru, lega, bangga, campur aduk menjadi satu, menghilangkan capek bekerja seharian. Berkumandanglah takbir Allahuakbar..Allahuakbar..Laa illaha ilallahu allahuakbar. Allahuakbar walillaahilmamdu dari berbagai masjid. Ya Allah, alhamdulillah, terima kasih atas segala nikmat dan kemenangan yang telah Kau berikan. Semoga kami berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan. Saya pun berbagi kebahagiaan ini dengan teman-teman melalui SMS, sekaligus memohon maaf pada mereka, atas segala khilaf yang telah saya lakukan. Setelah itu, saya bersiap-siap takbir keliling dengan anak-anak Srandakan yang akan dimulai setelah isya’.


Bersambung di Idul Fitri Seru 1431H (part 2)

Rabu, 08 September 2010

Selamat Idul Fitri 1431 H

 

                      Lihat Kartu Ucapan Lainnya
                      (KapanLagi.com)
                     

Senin, 06 September 2010

Doa di Kala Jatuh Cinta

Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku

Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya…

Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....

Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik untukku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat

Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh 

Amin... Ya Rabbal 'Alamin


(Diambil dari message Facebook  Para Pecinta yang Cinta Syari'at Islam )

Rabu, 11 Agustus 2010

BAGAIMANA MASA DEPAN KPK DI BAWAH PEMIMPIN BARU?


Proses pemilihan Ketua KPK telah memasuki tahap III. Dalam tahap ini, diadakan tes psikologi. Telah ada 7 nama yang lolos. 7 orang ini berhasil menyisihkan 5 orang kandidat yang sebelumnya lolos 12 besar atau tahap II. 7 kandidat tersisa itu adalah Bambang Widjojanto (advokat),   Chairul Rasyid (purnawirawan polisi), DR. Fachmi (jaksa pada Kejaksaan Agung), Busyro Muqodas (Ketua Komisi Yudisial), Jimly Asshiddiqie (mantan Ketua Mahkamah Konstitusi), I Wayan Sudirta (Anggota DPD), dan Melli Darsa (Advokat). Selanjutnya nama-nama di atas akan mengikuti tes wawancara pada 19 Agustus mendatang. Ketua Pansel KPK Patrialis Akbar menyatakan, ketujuh orang ini akan diwawancarai oleh pansel.    
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi. Jabatan sakral yang sangat didambakan oleh masyarakat Indonesia yang bersemangat memberatas korupsi. Namun, ada juga koruptor dan pembelanya yang menginginkan jabatan tersebut karena ingin menghancurkan internal KPK. Maka, proses pemilihan Ketua KPK ini harus selalu kita pantau agar tidak jatuh pada orang yang salah.
Siapapun bisa menjadi seorang ketua KPK. Tidak peduli dia berasal dari mana, kalangan praktisi, akademisi, pengusaha, dll, yang penting bisa membawa KPK dalam perjalanan pemberantasan korupsi dengan lebih baik, demikian yang diharapkan masyarakat. Selain itu, seorang ketua KPK harus BBB (Bersih, Berani, Berintegritas). Bersih artinya jujur, tidak pernah melakukan korupsi dan membela koruptor. Berani artinya tidak takut terhadap ancaman, berani membongkar kasus Century, dan kasus korupsi lain yang belum terselesaikan, dan berani mempertahankan idealisme. Berintegritas artinya memiliki pengetahuan yang baik tentang hukum, tidak mudah terintervensi oleh pihak manapun termasuk partai politik, beridealisme tinggi, amanah, dan bertanggung jawab.
Musuh KPK sangat banyak, yaitu para koruptor. Koruptor sangat lihai memainkan perannya dalam dunia mafia peradilan. Bahkan, dua pimpinan KPK, Bibit Samat Riyanto dan Chandra M Hamzah, saat ini masih belum bisa lepas dari tuduhan seorang koruptor. Berbagai cara dilakukan oleh sang koruptor agar kedua pimpinan KPK tersebut dijebloskan ke penjara sehingga KPK kehilangan pemimpin terbaiknya dan para koruptor bisa berlega hati melakukan segala aktivitas jahatnya. Cara ini pun bisa dilakukan oleh koruptor lain untuk menjatuhkan KPK. Seperti yang kita tahu, sebagian besar koruptor adalah orang kaya yang bisa membayar pengacara pintar untuk membelanya, berapapun harganya. Jika jabatan Bibit dan Chandra dicopot dari pimpinan ketua KPK, KPK hanya bertumpu pada dua pimpinan yang masih tersisa, yaitu Haryono Umar dan M Jasin. Maka, masa depan KPK akan sangat ditentukan oleh ketua KPK yang terpilih nanti.
KPK adalah sebuah lembaga independen yang bergerak di bidang pemberantasan korupsi. Independen, berarti bekerja secara bebas, tidak dapat dicampuri oleh lembaga lain, seperti lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Memang, dua nama kandidat tersisa akan menjalani fit and proper test di DPR. Namun, ini hanyalah sebagai pelaksanaan cheks and balances antarlembaga negara, bukan berarti ada proses campur tangan dari DPR ke KPK dalam memilih ketua KPK. Sehingga, “titipan politik” tidak boleh terjadi dalam proses pemilihan Ketua KPK ini. Maka, dibutuhkan seseorang yang independen, tidak ikut partai politik manapun agar posisi KPK sebagai lembaga independen tetap bisa dipertahankan.
7 kandidat ketua KPK di atas memang baik. Namun, hanya yang terbaik dari yang baik lah yang  layak menjadi ketua KPK. Ingin tahu lebih banyak tentang para kandidat serta proses pemilihannya? Bagaimana kita sebagai mahasiswa menyikapi hal ini?


Hadirilah diskusi yang diselenggarakan oleh KASTRAT DEMA JUSTICIA FH ft BEM KM UGM,MENEROPONG MASA DEPAN KPK PASCA TERSELEKSI 7 CALON PIMPINAN KPK. Jumat, 13 Agustus 2010 pukul 13.30 di FAKULTAS HUKUM UGM dengan pembicara Zaenal Arifin Mochtar (Ketua PUKAT FH UGM), Fajrul Falakh (Dosen FH UGM sekaligus Panitia Seleksi Pimpinan KPK), Perwakilan KPK, dan Perwakilan ICW.