Minggu, 28 Februari 2016

Kantong Plastik Berbayar, Mengapa dan Bagaimana? (Bag. 2)



1.      Jika objek yang harus dibayar adalah plastik, bagaimana dengan plastik kemasan makanan, mie, minyak goreng, sabun, dll?
Jika bungkus kemasan dikenakan bayar, tentu harga barang akan naik. Setiap orang pasti tidak mau hal tersebut terjadi. Jika Anda berpikir bahwa hal tersebut tidak masalah agar semua plastik yang dikenakan bayar dipukul rata sehingga terjadi pengurangan penggunaan plastik, pikirkan lebih dalam lagi.


seputarhargaterkini.com

Anda mau membeli minyak goreng tanpa pembungkus? Di desa, kita bisa menemukan penjual minyak goreng literan. Pembeli cukup membawa botol kosong yang akan diisi minyak goreng dengan volume sesuai yang diinginkan pembeli. Bagaimana dengan membeli minyak goreng di supermarket? Mana ada minyak goreng literan di sana. Pembeli di pasar modern pun pasti ogah membawa botol kosong. Untuk alasan praktis, pabrik minyak goreng telah mendesain refill package dengan bungkus plastik.

Hal tersebut juga berlaku untuk kemasan lain, seperti makanan, sabun, dan semua barang. Jika Anda secara total menolak plastik, beli saja barang tersebut dari pabriknya langsung dan bawa pembungkus sendiri.

Mengapa hanya tas kresek yang dikenakan bayar? Sebab, masih tersedia alternatif untuk mengganti tas kresek dengan tas yang lain sedangkan bungkus kemasan tidak. Gunakan cara praktis jika memang tidak ada alternatif solusi lain. Contohnya, food delivery service yang praktis cukup disukai oleh masyarakat akhir-akhir ini. Gunakan jasa pengiriman makanan dalam kondisi darurat misalnya jika memang di tempat Anda benar-benar tidak ada makanan lain atau cuaca sedang tidak bersahabat. Jika masih ada kantin yang lebih ramah di kantong, mengapa harus menggunakan jasa pengiriman makanan? Jangan biasakan hidup kita dengan kemanjaan.

Untuk mengganti bungkus kemasan dengan pembungkus lain, hal tersebut sangat mustahil dilakukan. Kita tidak dapat menolak sampah dari bungkus plastik kemasan tersebut. Maka, dibutuhkan ide cerdas untuk mengolahnya agar tidak menjadi sampah sia-sia, seperti menjadikannya kerajinan tangan, tas, pot tanaman, dan lain-lain. Jika tidak dapat melakukannya, kita dapat menabungnya di bank sampah atau diberikan kepada pemulung. Pastikan bungkus plastik jatuh pada orang yang tepat agar bungkus tersebut tidak menjadi sampah sia-sia, juga agar bungkus tersebut dapat menghidupi banyak jiwa. 

Instagram: @cipukoya

2.      Untuk apa uang hasil penjualan kantong plastik seharga @ Rp 200,00 tersebut?
Menurut seorang teman dari Direktorat Pengelolaan Sampah KLHK, perusahaan ritel minimarket, supermarket, dan hypermarket membeli tas kresek dari pihak lain. Sebelumnya, tas kresek tersebut diberikan secara gratis. Namun kini, tas kresek tersebut dijual dengan harga @ Rp 200,00. Maka, hasil penjualan dari tas kresek tersebut menjadi keuntungan perusahaan ritel. Kita dapat meminta pertanggungjawaban lingkungan kepada perusahaan ritel agar mereka dapat menggunakan uang hasil penjualan kantong plastik untuk kegiatan-kegiatan lingkungan. Pemerintah, terkhusus KLHK dengan Direktorat Pengelolaan Sampahnya harus terus mengawasi pelaksanaan kantong plastik berbayar ini dan mengevaluasinya.

Empat hal di atas adalah pertanyan-pertanyaan yang masih menjadi perbincangan di kalangan masyarakat. Sebenarnya, gol dari kebijakan ini bukan pada ‘denda’ agar masyarakat berkeberatan untuk memakai kantong plastik, namun agar masyarakat lebih mencintai lingkungan dengan sepenuh hati. Saatnya kita mengubah kebiasaan hidup praktis yang masih memiliki alternatif solusi demi bumi yang semakin renta ini. Semoga ‘Indonesia Bebas Sampah 2020’ bisa terwujud.

Yes! Less plastic, more (fun)tastic![1]  



[1] Jargon “Hari Peduli Sampah” 2016 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar