malesbanget.com |
Memperingati “Hari Peduli Sampah” yang jatuh pada tanggal 21
Februari 2016, semua minimarket, supermarket, dan hypermarket mulai menerapkan
program kantong plastik berbayar. Hal tersebut adalah hasil kesepakatan dari
hasil pertemuan antara Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan
Bahan Berbahaya dan Beracun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen
PSLB3 - KLHK), Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI), dan Asosiasi Pengusaha Ritel Seluruh Indonesia
(APRINDO) pada tanggal 16 Februari 2016 di kantor KLHK, yang dituangkan dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal PSLB3 KLHK Nomor S.1230/PSLB3-PS/2016. Dalam
surat edaran tersebut, disebutkan bahwa telah disepakati harga jual kantong
plastik seharga Rp 200,00 per lembar selama masa uji coba 3 bulan.
Kebijakan tersebut memang terdengar sangat sepele dan kurang populer,
namun berdampak luar biasa terhadap kehidupan kita. Fakta bahwa sampah plastik hanya
dapat terurai setelah 20 tahun bukanlah isapan jempol belaka. Indonesia juga
merupakan negara dengan peringkat kedua di dunia yang membuang sampah plastik ke laut. Masih ingat kan, berita
tentang kura-kura yang hidungnya harus dibedah karena memakan sampah plastik? Meskipun peristiwa itu tidak terjadi di
Indonesia, ada salah satu spot selam di Nusa Lembongan yang seharusnya
instagenic, tercemar oleh sampah plastik.
Maka, sudah seharusnya kebijakan tersebut layak diapresiasi dan
didukung. Namun, namanya juga makhluk sosial, manusia tidak pernah absen untuk saling
berinteraksi, termasuk mengkritik dan menasihati. Beberapa kritik yang saya
temukan di media sosial di antaranya adalah:
1.
Harga kantong plastik masih
terlalu murah, Rp 200,00. Hal tersebut tidak akan memberikan efek jera bagi
para pemakai kantong plastik.
Memang, Rp 200,00 means
nothing jika kita berbelanja di hypermarket. Masyarakat pun akan mengambil
cara praktis, yaitu cukup mengeluarkan Rp 200,00 untuk membayar kantong plastik.
Menurut saya, ini bukan soal mampu atau tidak mampu kita membeli kantong
plastik. Ini soal kesadaran setiap orang untuk menumbuhkan cinta terhadap
lingkungannya.
Bagaimana caranya menumbuhkan cinta terhadap lingkungan? Caranya
adalah dengan membuang sikap selfish atau
egois. Setiap orang yang merasa dirinya mampu membeli sesuatu tanpa memikirkan
efek selanjutnya, padahal benda tersebut memiliki pengaruh terhadap orang lain
dan lingkungan sekitarnya, berarti dia egois. Contohnya, ketika seseorang malas
membawa tumbler, dia akan dengan gampangnya membeli air minum kemasan sekali
pakai seharga Rp 3.000,00 untuk ukuran 600 mL. Apakah cukup hanya dengan minum
air putih 600 mL sehari? Tidak. Untuk bekerja di kantor yang membutuhkan
konsentrasi penuh, setidaknya kita membutuhkan lebih dari 1 L air putih. Jika
tidak, nanti kita akan dikatakan “kurang Aqua”. Baik, di kantor, dia telah
membeli 2 botol air mineral ukuran 600 mL. Sampai di kos, dia pasti akan
membutuhkan lagi air minum lebih dari 2 L. Maka, dia akan membeli 2 botol air
mineral ukuran 1,5 L, seharga Rp 10.000,00. Oh iya, tadi pagi ketika makan nasi
kuning, dia juga membeli 1 botol air mineral ukuran 600 mL karena seret.
Jika dihitung, dalam sehari dia telah membeli:
3 botol ukuran 600 mL = 3 x Rp 3.000,00 = Rp 9.000,00
2 botol ukuran 1,5 L = 2
x Rp 5.000,00 = Rp 10.000,00
Total dalam sehari, dia telah menghabiskan Rp 19.000,00 dan
menghasilkan 5 botol sampah plastik. Bagaimana jika kebiasaan tersebut
dilakukan selama 1 bulan?
30 hari x Rp 19.000,00 = Rp 570.000,00
30 hari x 5 botol = 150 botol.
Dalam setahun:
12 bulan x Rp 570.000,00 = Rp 6.840.000,00
12 bulan x 150 botol = 1.800 botol.
Yeah, untuk level pekerja dengan gaji 2 digit juta per bulan, mengeluarkan
Rp 570.000,00 per bulan dan Rp 6.840.000,00 per tahun tidak masalah baginya.
Namun, untuk menghasilkan sampah 150 botol per bulan dan 1.800 botol per tahun,
siapa yang mau menampungnya? Yakin, botol-botol sebanyak itu dia kumpulkan dan
setorkan ke pemulung? Apa sih yang
biasanya kita lakukan setelah minum air mineral? Membuangnya ke tempat sampah, kan? Beruntung jika tempat sampah di
kantor atau lingkungan perumahan dibedakan ke dalam sampah organik dan
anorganik sehingga pemulung dapat memilah botol-botol plastik. Jika tidak,
botol plastik tersebut hanya akan berakhir di tempat pembuangan sampah akhir
dan dibakar. Asap pembakarannya tersebar ke seluruh penjuru RT. Hati-hati, asap
hasil pembakaran sampah itu berbahaya.
Kembali lagi ke kantong plastik. Berapa lembar sampah kantong
plastik yang kita hasilkan setiap hari? Pagi ini, saya sarapan bubur take away. Si abang bubur membungkuskan
bubur ke dalam styrofoam dan
memasukkannya ke dalam kantong plastik. Siang hari makan di kantin, tetapi
setelah makan saya inget kalo deterjen dan sabun mandi di kos saya habis.
Masuklah saya ke minimarket kantor. Eh, ngemil-ngemil kayaknya enak nih,
sekalian program penggemukan badan. Maka, dibelilah Chitato rasa Indomie goreng
yang lagi ngehits itu. Sampai di kassa, Mbak Kasir membedakan kresek untuk
deterjen dan untuk makanan. Keluar dari minimarket, saya membawa 2 bungkus tas
kresek. Sore hari, saya malas memasak. Beli aja lah pecel lele depan kosan. Si
abang pecel lele pun membungkuskan lele ke dalam kertas minyak dan
memasukkannya ke dalam kantong plastik. Jika dihitung, saya telah menghasilkan
4 kantong plastik per hari, 120 kantong per bulan, 1.440 kantong per tahun. Itu
belum termasuk jika saya berbelanja sayur di Pasar Benhil. Penjual dari setiap
kios yang saya datangi pasti akan membungkuskan belanjaan saya ke dalam kantong
plastik.
Ah Cipuk nih kepanjangan mikirnya. Hey, brosist, menjadi makhluk
sosial bukan berarti kita hanya bisa saling mengkritik, tetapi juga saling
peduli karena kita saling membutuhkan.
2. Mengapa pemerintah hanya mengenakan plastik berbayar pada tas kresek
saja? Bukankah sekarang banyak tas kresek dari minimarket atau supermarket yang
dapat didaur ulang?
Sama saja, brosist. Menggunakan degradable plastic sekali pakai tetap
saja dapat dikatakan “nyampah”.
Prinsip 3R yang harus selalu kita tanamkan dalam hati dan laksanakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah: reduce, reuse, recyle. Bagaimana
mungkin kita akan mengamalkan prinsip ‘reuse’
jika menggunakan kantong plastik sekali pakai saja?Lanjutkan baca: "Kantong Plastik Berbayar, Mengapa dan Bagaimana? (Bag. 2)"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar