Kamis, 25 April 2013

Untuk Ayah Tercinta



Lelaki itu. Begitu kerasnya ia berjuang. Demi anak istri, demi dapur mengepul kembali. Setetes keringatnya bernilai pahala, semili aliran darahnya dijanjikan surga.

Pulang sekolah, senyum ceria itu menyambutku. Rangkulan dan genggaman tangannya seakan meluruhkan soal ujian yang sangat sukar untuk kukerjakan. Seporsi bakso sapi terlezat di kota dibelikan untuk putri tercintanya. Mana tatapan letihmu, ayah? Aku dengar kau baru saja kerja seharian.

Ayah, aku minta handphone. Ayah, aku minta baju baru. Ayah, aku minta mobil. Ayah, ayo liburan ke Bali!
Apa sih yang enggak buat putri tercinta?
Mana tatapan letihmu, ayah? Aku dengar kau baru saja kerja seharian.

Lelaki itu. Begitu sayangnya ia pada putrinya. Apapun yang putrinya minta, selalu tersedia untuknya. Tapi, apa yang diberikan si putri kepada ayahnya?




Agaknya, pertanyaan ini simpel, tapi jawabannya cukup berat. Ini pun menjadi tugas kita sebagai putri yang berbakti kepada ayah. Hijab ini, ya, hijab ini. Apa hubungannya hijab dengan berbakti kepada ayah? Ah, nggak konkret.

Oh, Ayah. Engkau akan menanggung dosa 4 orang perempuan di sekitarmu: istrimu, ibumu, anak perempuanmu, dan saudara perempuanmu. Itu jika masing-masing variabel hanya terdiri dari satu orang. Bagaimana jika engkau punya 2 istri, 1 ibu, 4 anak perempuan, dan 5 saudara perempuan? Berapa orang perempuan yang engkau tanggung dosanya, Ayah?

Sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai muslimah untuk menutup aurat. Saya sudah pernah membahasnya di artikel tahun lalu. Maka dengan menutup aurat, diri ini telah terbentengi untuk berbuat maksiat yang dapat mengantar kepada dosa. Dengan niat berhijab karena Allah ta’ala dan bukan karena tuntutan fashion, pintu maksiat telah tertutup. Sekarang, saatnya untuk menutup pintu ini rapat-rapat. Jangan biarkan pintu ini retak terlempari batu, terkikis oleh air hujan, dan terlubangi oleh rayap. Penghuni rumah tentu akan merasa aman dan nyaman jika pintu telah tertutup rapat. Harta benda di dalam rumah pun dalam keadaan aman karena pencuri tidak dapat mendobrak pintu tersebut.

Hanya dengan satu pintu bernama hijab. Ia akan mengantar kita ke surga dan membebaskan ayah kita dari tanggungan dosa.

Ayah, aku ingin mengurangi tanggungan dosamu. Tak akan kubiarkan kau tersiksa di neraka hanya karena anak perempuanmu ini belum berhijab. Betapa durhakanya aku jika membiarkan engkau terancam siksa di neraka, sementara aku masih sibuk berpacaran, sibuk mencari hiburan, dan sibuk pada urusan dunia yang melenakan. Semua itu karena aku belum berbenteng hijab, Ayah. Mereka menganggap aku sebagai orang yang bisa diajak bersenang-senang tanpa pernah punya waktu untuk memikirkan kehidupan nan abadi.

Ini, Ayah. Satu lagu dari penyanyi favoritmu, Broery Marantika, aku persembahkan untukmu:
Untuk Ayah tercinta
Aku ingin berhijab
Walau caci maki menerpaku

4 komentar:

  1. Keliru Mbak Cipuk Lagune. itu bukan lagu Koes Plus..ning bagus tulisane

    BalasHapus
  2. Iya, saya baru inget, itu lagunya Broery. Klo Koes Plus lagu ayahnya bukan yang ini, hehe.
    Makasih koreksinya :)

    BalasHapus
  3. coba ditambahin sumbernya puk. kayak Ayat Al Qur'an dan atau Hadistnya.. biar lebih greget hehe :)

    BalasHapus
  4. Justru tulisan ini emang mau aku bikin kayak narasi, Bi. Kalo aku kasih sumbernya, bisa lebih informatif, jadi harus ngubah gaya tulisan.
    Anyway, makasih masukannya :)

    BalasHapus