Minggu, 19 September 2010

Enaknya Jadi Anggota Dewan

Bagi yang ingin pergi ke luar negeri gratis, jadilah anggota dewan. Bagi yang ingin punya rumah mewah gratis, jadilah anggota dewan. Bagi yang ingin kerja di gedung full facility,jadilah anggota dewan. Anggota dewan, baik anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) maupun Dewan Perwakilan Daerah (DPD), sama enaknya.

Pramuka SMPN 1 Galur di Waduk Sermo.
Cipuk jaket item jongkok
Belum selesai merencanakan pembangunan gedung baru DPR berbentuk U terbalik yang dilengkapi dengan fasilitas spa dan kolam renang, DPR mengirimkan satu tim dari komisi X untuk melakukan studi banding kepramukaan ke Afrika Selatan untuk menyempurnakan RUU Kepramukaan pada hari Selasa (14/9). Sungguh tidak disangka, uang rakyat senilai 795 juta rupiah harus dikeluarkan demi membiayai anggota dewan yang terhormat ke Afrika Selatan untuk belajar pramuka. Kita tidak tahu apa yang mereka lakukan di sana, entah berkunjung ke Soccer City Stadium untuk mengenang kemenangan Spanyol di Piala Dunia 2010 atau ingin sowan ke rumah Nelson Mandela agar Indonesia selalu menghargai pluralisme. Sebagai rakyat, khusnudzon sajalah, mereka belajar pramuka dengan baik kok. Mungkin mereka lupa dasar-dasar kepanduan yang telah diajarkan sewaktu SD.

DPD pun tak mau kalah pelesir ke luar negeri dan memakai uang rakyat. Mereka mengirimkan timnya untuk studi banding tentang sistem parlemen ke Inggris pada hari Jumat (17/9). Mungkin mereka lupa tentang pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang telah diajarkan di SMA. Atau bagi yang lulusan fakultas hukum, mereka lupa tentang mata kuliah Hukum Tata Negara yang telah diajarkan oleh dosen mereka. Khusnudzon sajalah, demi parlemen Indonesia yang lebih baik, izinkan mereka pergi ke Inggris.


Adapun yang masih hangat untuk diperbincangkan adalah rencana pembangunan rumah aspirasi yang diusulkan oleh DPR, ditiru pula oleh DPD. DPR meminta uang untuk pembangunan rumah aspirasi di daerah pemilihan masing-masing sebesar 122 miliar. DPD meminta rumah aspirasi masing-masing sebesar 30 miliar untuk setiap provinsi. Namun, apakah lebih baik jika mereka merogoh kocek sendiri untuk membangun rumah aspirasi di daerah mereka, daripada membuang APBN? Mereka kan sudah kaya, sudah mempunyai penghasilan sendiri yang bahkan bisa digunakan untuk membangun puluhan rumah. Dan agar lebih hemat, mereka bisa membuka pintu rumahnya untuk mendengarkan aspirasi masyarakat. Namun khusnudzon sajalah, uang mereka sudah habis untuk kampanye pemilu legislatif 2009 lalu.


Sebagai rakyat, sekali lagi kita harus khusnudzon dengan rencana mereka membangun gedung baru senilai 1,6 T itu. Mereka telah bekerja keras memperjuangkan nasib rakyat. Berilah mereka waktu sebentar untuk relaksasi, merasakan nikmatnya spa dan segarnya berenang di kolam renang yang telah dibayar oleh rakyat.

Khusnudzon, khusnudzon, dan khusnudzon. Betapa pemaafnya bangsa ini. Anggota dewan sih enak, tinggal memakai APBN sesuka hati, toh mereka mempunyai fungsi budgeting. Namun, segampang itukah kita membiarkan anggota dewan bepergian ke luar negeri seenaknya dengan memakai uang rakyat dalam kemasan “studi banding”? Ingat, sebagian besar rakyat Indonesia bukan orang kaya yang berpajak tinggi. Banyak rakyat Indonesia yang masih berada di bawah garis kemiskinan. Mereka membayar pajak rendah. Namun, serendah apapun pajak mereka, jumlah pajak itu cukup tinggi bagi mereka.

Rencananya, gedung baru DPR seperti ini, gan!
Belajar kepramukaan di Afrika Selatan memperlihatkan betapa DPR tidak mempunyai urgensi agenda. DPR juga sering cuci tangan tentang rencana mereka membangun gedung baru. Kemarin mereka sangat menginginkan gedung yang lebih luas dan nyaman, sekarang mereka berkata bahwa mereka orang politik yang tidak tahu menahu tentang fungsi teknis dari gedung baru itu. Betapa pandainya mereka berkelit. Lagi pula, jika wacana pemindahan ibukota benar terjadi, bukankah membangun gedung parlemen baru senilai 1,6 T merupakan suatu pemborosan besar?

DPD pun seperti tak mau kalah menggunakan uang rakyat. Mereka latah pelesir ke luar negeri dan membangun rumah aspirasi di daerah. Seharusnya, anggota DPD yang baik adalah yang lebih banyak tinggal di daerah untuk mendengarkan aspirasi rakyat di daerah dan kembali ke pusat saat bersidang dan menyampaikan aspirasi rakyat dari daerah. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Mereka hanya ke daerah pada saat liburan. Mereka juga tak mau kalah memperebutkan kursi ketua MPR dan meminta kekuasaan lebih yang dimiliki oleh DPR. DPD merasa seperti anak tiri.


Wahai wakil rakyat, kalian sungguh beruntung mendapatkan yang kalian inginkan. Namun, bijak-bijaklah menggunakan uang!

2 komentar:

  1. tulisanmu apik, wes tau nulis opini surat kabar msti

    BalasHapus
  2. Makasih .. Ini siapa ya?
    Malah nggak pernah, hehe. Hanya untuk kalangan sendiri.

    BalasHapus