“Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, adalah orang yang beruntung. Bila hari ini sama dengan kemarin, berarti orang yang merugi, dan jika hari ini lebih jelek dari kemarin, adalah orang yang celaka.”
Agaknya, hadist Rasulullah SAW tersebut cocok dialamatkan pada Timnas Jerman atas pencapaian di Piala Dunia kali ini. Betapa tidak, Piala Dunia 2002 runner up, dikalahkan Brasil di final. Piala Dunia 2006 juara 3, dikalahkan Italia di semifinal. Piala Eropa 2008 runner up, dikalahkan Spanyol di final, dan Piala Dunia 2010 kembali juara 3, dikalahkan Spanyol di semifinal. Hasil tersebut memang kurang begitu memuaskan jika target kita hanya tertuju pada hasil, yaitu juara pertama. Namun, lihatlah betapa solidnya permainan timnas Jerman. Penyerangan demi penyerangan mereka lakukan, peluang demi peluang mereka ciptakan, kokohnya defender mereka pertahankan.
Penyerangan yang terstruktur berpola 4-2-3-1, diandalkan oleh Timnas Jerman dalam Piala Dunia 2010 ini. Pesta gol mereka rayakan di tiga pertandingan. Sepanjang turnamen, Timnas Jerman menjadi tim yang paling produktif, dengan torehan 16 gol. Top skorer Piala Dunia 2010, menyumbangkan 5 gol, dicetak oleh 4 orang, yaitu David Villa, Thomas Muller, Diego Forlan, dan Wesley Sneijder. Namun, yang berhak mendapatkan Golden Boot adalah bomber muda dari Jerman, Thomas Muller karena assist-nya paling banyak di antara 4 topskorer tersebut. Adapun bomber senior Jerman yang lain, Miroslav Klose, menjadi top skorer Piala Dunia sepanjang masa kedua setelah Ronaldo, dengan torehan 14 gol. Nama Klose pun bisa disandingkan dengan Gerd Muller, topskorer Jerman sebelumnya.
Jerman Sang Raja Turnamen. Setiap kali mengikuti event Piala Dunia, Jerman selalu bertahan lama, paling tidak, lolos sampai perdelapan final. Pernah sekali tidak lolos penyisihan grup, itupun terjadi puluhan tahun lalu, 1938. Selain raja turnamen, Jerman juga dikenal sebagai Raja Penalti, karena setiap adu penalti, Jerman selalu menang. Terakhir, Jerman beradu penalti dengan Argentina di perempat final Piala Dunia 2006. Jerman Barat memenangkan drama adu penalti di Piala Dunia pertamanya dengan mengalahkan Prancis 5-4 di semifinal 1982 setelah kedua tim bermain imbang 3-3 di waktu normal. Mereka juga mengalahkan Meksiko 4-1 lewat adu penalti di perempat final 1986 setelah bermain imbang 0-0. Kemudian mereka mengalahkan Inggris 4-3 di semifinal 1990 setelah kedua tim bermain imbang 1-1. Kekalahan mereka dari drama adu penalti hanya satu kali yaitu saat melawan Cekoslovakia di final Piala Eropa 1976. Jadi, bersiaplah tim yang harus berhadapan dengan Jerman dalam adu penalti. Saking hebatnya mereka, sepertinya gelar juara 3 atau yang lebih tinggi, runner up, tidak pantas untuk mereka.
Tim Jerman yang berangkat ke Afrika Selatan berisi para pemain muda hebat. Setidaknya, mereka berusia antara 20-30 tahun. Yang berusia lebih dari 30 tahun hanya Miroslav Klose dan Arne Friedrich. Seperti Piala Dunia 4 tahun lalu, gelar Pemain Muda Terbaik kembali jatuh ke tangan pemain Jerman. Jika sebelumnya adalah Lukas Podolski, kali ini adalah Thomas Muller. Namun dia lebih hebat dari Podolski karena berhasil menyabet dua gelar sekaligus, yaitu Sepatu Emas, seperti yang telah saya utarakan di atas. Muller adalah pemain Jerman ketiga yang pernah meraih gelar Best Young Player. Yang pertama kali meraihnya adalah Franz Beckenbauer di Piala Dunia tahun 1966. Joachim Loew berhasil membentuk embrio pemain terbaik Jerman masa depan. Para pemain muda Jerman ini bisa dimainkan kembali setidaknya sampai Piala Dunia 2018.
Apapun prestasi yang mereka dapatkan di setiap ajang sepakbola, sangat sangat bangga pada Timnas Jerman. Saya mulai menyukai timnas ini sejak Piala Dunia 2002. Waktu itu, Miroslav Klose dan Michael Ballack masih baru pertama kali tampil di Piala Dunia. Piala Eropa 2004, saya tidak terlalu mengikuti. Piala Dunia 2006, muncul nama-nama baru yang hebat, ada Philipp Lahm, Lukas Podolski, Bastian Schweinsteiger, dan Per Mertesacker. Piala Eropa 2008, Jerman bermain sangat bagus, namun Spanyol lebih unggul. Piala Dunia 2010, timnas Jerman “berganti rupa”, tidak lagi didominasi oleh orang asli Bavaria, tetapi sekitar 40%-nya adalah keturunan imigran, seperti Mesut Ozil (Turki), Sami Khedira (Tunisia), Jerome Boateng (Ghana), dll. Yang paling terkenal adalah duet Podolski dan Klose yang sesama keturunan Polandia. Tak peduli berasal dari manapun mereka, yang penting adalah kehebatan mereka di lapangan. Jerman zaman sekarang bukan Jerman zaman Hitler yang sangat etnosentris sehingga membunuh siapapun yang bukan Bangsa Aria di tanah Bavaria. Karena berasal dari keturunan berbagai macam negara itulah, agama mereka juga bermacam-macam. Kali ini, ada dua orang muslim di tubuh timnas Jerman, yaitu Ozil dan Khedira. Diberitakan, Ozil selalu membaca Al Qur’an sebelum bertanding. Hal ini membuat saya semakin mencintai Timnas Jerman.
Karena menyukai timnasnya, diam-diam saya menyukai negaranya. Ada keinginan dari dalam hati untuk ke sana, go to Deutschland. Semoga impian sejak SMA untuk bisa kuliah di Jerman bisa terwujud. Amin Ya Allah.
Amin semoga terwujud karna saya juga pecinta sepakbola jerman :)
BalasHapussemoga kita bertemu disana :)