Kegembiraan begitu nyata di dekat kita dan kesedihan begitu nyata dekat dengan kegembiran. Setidaknya itulah yang saya alami saat ini. Merasakan kegembiraan, bergurau, berbagi pengalaman lucu, dan tertawa bersama saya lalui bersama teman-teman hari kemarin. Terlalu gembira sampai tawa pun tak terelakkan. Namun sungguh kontras keadaannya beberapa jam kemudian. Saya mendapatkan 2 inbox yang dengan seketika menghentikan tawa saya. Sampai tulisan ini dibuat, saya masih belum bisa tertawa lagi, tersenyum pun tidak.
Hari Rabu, saya kebanyakan tertawa sampai tidak terkontrol. Betapa tidak, Mas Papen dengan pedenya masuk kelas hukum lingkungan dengan celana sobek. Hari Kamis, bercanda dengan Yuka, Indri, Mas Doni, Mbak Vina, Ika, Toni, Ridho, Suryana, Mbak Nanda, Nandya, dkk. Setelah itu, syuro RDF. Setelah itu, saya tidak sabar ingin pulang ke rumah di Bantul karena sudah sangat kangen. Sampai di rumah, saudara sepupu saya yang baru saja keliling dunia datang. Saya iri dengan pengalamannya naik kapal pesiar dari Italia, Turki, Terusan Suez, Indian Ocean dan kembali ke Indonesia. Meski hanya mampir sebentar ke beberapa kota di Italia seperti Napoli, Genoa, Roma, namun itu sangat membuatku bersemangat ingin mengikuti jejaknya. Setelah itu, saya makan malam bersama dua keponakan imut saya, Sasa (5) dan Corrine (2). Sungguh menyenangkan melihat anak kecil makan dengan lahap.
Kemudian, saya masuk kamar pada pukul 20.30. Saya buka hp, ada 5 SMS masuk, yang 1 adalah konfirmasi kehadiran survey THA untuk hari Sabtu, yang 1 adalah SMS minta dukungan dari teman SMP, yang 3 terakhir ini, cepat mengubah moodku.
“TLD09SISTERHOOD bsk Jumat 23 Juli10 qt jenguk P.Dion(guru bind) yuk, cz abis kecelakaan, bareng2 sama TLD09BROTHERHOOD. NGUMPUL @MURNI JAM15. Salam PRO LOVE. Sebarkan!” demikian SMS dari Nana, teman sekelas waktu SMA.
Kemudian, masih tersisa dua SMS lagi. Maaf, saya tidak sanggup menulis ulang SMS tersebut. Yang jelas, SMS yang ini paling dahsyat. Dua SMS yang isinya sama dari dua nomer yang berbeda, dari Aji dan Calvin. Kabar duka dialami seorang sahabat saya, Ika. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. I didn’t do anything. Yang bisa saya lakukan hanyalah memberinya support dan doa agar arwah ayahnya diterima di tempat terindah di sisi Allah, diampuni segala dosanya dan dilipatgandakan amal kebaikannya. Maaf Ika, aku nggak bisa nganterin kamu di stasiun. Yang sabar ya Ika. Allah tidak akan memberikan kesedihan terus berlarut pada hamba-Nya.
Namun inilah cobaan yang harus dihadapi oleh hamba Allah yang berpikir. Belum cukup sampai di situ, Allah masih ingin mengujiku. Bangun tidur, setelah shalat shubuh, saya menceritakan pada ibu saya bahwa saya sudah capek ngekos di Wirobrajan. Jauh dari kampus dan sekarang tidak aman. Cowok bebas dibawa masuk oleh teman kos saya. Malah, hari Senin kemarin saya menabrak sepasang bapak dan ibu yang naik sepeda karena saya terburu-buru berangkat ke kampus. Si bapak marah-marah dan minta ganti rugi. Saya sudah tidak betah!! Ibu pun akhirnya mengizinkan, namun putusan final dan mengikatnya tetap di tangan Ayah. Ayah orangnya memang disiplin, tegas, galak. Apapun yang diucapkan harus segera dilaksanakan. Tadi pagi, ayah sedang menyapu dan saya pelan-pelan mengatakan bahwa saya ingin pindah kos. Tapi jawabannya sangat tidak saya harapkan sampai membuat saya menangis. Saya seperti terdakwa yang baru saja diputus hukuman mati padahal dakwaan tidak terbukti sehingga saya minta banding. Namun, banding saya ditolak mentah-mentah oleh ayah.
What a tearful Friday. I started my sleep with grieving last night and I start this day with tears.
Akhirnya, saya merasakan sendiri pesan dari Mas Zubet ketika latihan MCC dulu. “Jangan kebanyakan ketawa”, karena musibah bisa saja datang setelah kita merasakan euforia kegembiraan. Apalagi, di bulan Juli ini, saya mengawali bulan ini dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur karena saya berulang tahun dan demam piala dunia. Namun, sehari menjelang berakhirnya Piala Dunia, ada kabar duka. Ayah dari partner Humas THA saya sewaktu SMA, Izzi, meninggal dunia. Beberapa hari kemudian, tepatnya 22 Juli, ada kabar duka lagi. Sungguh, suka cita dan duka cita bagaikan dua sisi dalam sebuah koin. Mereka sangat dekat, bahkan dua sisi itu akan cepat berbalik dan saling membalikkan keadaan. Kita ambil saja hikmah dari peristiwa tersebut.
Hikmahnya, jangan tertawa kebanyakan, jangan terlalu larut dalam kegembiraan. Ingat sabda Rasulullah tentang hal-hal yang bisa mematikan hati, yaitu: banyak tertawa, banyak makan, banyak tidur. Tertawa ada dosisnya sendiri. Setiap yang hidup pasti akan mati. Kita tidak pernah tahu kapan malaikat Izrail datang menghampiri kita dan orang-orang tersayang. Setelah berhasil mengambil hikmahnya, take an action. Sabar adalah kunci dari penyelesaian suatu masalah. Kemarin mas’ul RDF, Cholis, berkata, sabar adalah teknologi langit. Di Al Qur’an pun banyak ayat tentang kesabaran, menunjukkan betapa pentingnya sabar itu.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (QS Al Baqarah: 153).