Rabu, 16 Juni 2010

Euforia Piala Dunia 2010

Babak penyisihan Piala Dunia 2010 telah berlangsung satu putaran. Artinya, semua tim telah bertanding. Hasilnya? Hmmm...jauh dari harapan. Banyak kejutan yang terjadi. Hanya Jerman yang bisa membuat kejutan dengan kemenangan telaknya, 4-0 ketika melawan Australia. Yang lain hanya menang tipis. Kebanyakan, skor akhir adalah 1-1, 0-0, 1-0, 2-0. Sedangkan untuk kejutan yang lain adalah mengapa sampai tim-tim besar hanya menang tipis, bahkan ada yang kalah! Nanti akan saya ceritakan di akhir.

Entah mengapa, saya merasa kurang feel di gelaran piala dunia tahun ini. Entah karena tim-tim yang bertanding kurang seru, atau karena tempatnya di Afrika Selatan, saya tidak tahu. Namun, saya merasakannya ketika menonton pertandingan, saya masih belum merasakan aura piala dunia yang sesungguhnya. Pada Piala Dunia 2002 dan 2006, saya sangat bersemangat, sampai beli majalah Soccer atau Bola dari sebelum PD dimulai sampai selesai PD. Bahkan, saya juga membeli Soccer edisi poster. Agak mahal harganya, jadi saya menyisakan uang jajan saya untuk membelinya. Tuh, kamar ini penuh poster timnas-timnas yang berlaga di PD 2006 Jerman. Ada Inggris, Belanda, Spanyol, Klose, Joe Cole, Cech, Riquelme, Harry Kewel. Yang lain sudah saya copot. Tak disangka, ternyata sudah 4 tahun poster-poster itu menempel di dinding. Selain majalah, saya juga sampai beli album soundtracknya. Salah satu single-nya, Hips Don’t Lie by Shakira. Nah, di PD tahun ini, saya tidak beli majalah apa-apa khusus Piala Dunia. Untuk informasinya, paling cuma dari koran langganan ayah (saya malu menyebutnya), Koran Merapi, haha. Untuk mengisi feel, saya cuma beli mug Zakumi di Indomaret.

Kurangnya feel terhadap PD tahun ini mulai saya rasakan ketika pertandingan pembuka, Afrika Selatan vs Meksiko yang hanya berakhir imbang 1-1. Pertandingan kedua grup A juga imbang 0-0, antara Prancis vs Uruguay. Laga pembuka ini sangat kontras dengan laga pembuka PD 2006, yang diawali dengan banjir gol antara Jerman vs Polandia, 4-2. Diprediksi, karena laga pembuka miskin gol, kemungkinan gol akan menjadi fenomena langka di gelaran pertandingan selanjutnya. Ternyata memang benar. Demikian hasil lengkapnya:

Grup A: Afsel vs Meksiko: 1-1, Prancis vs Uruguay: 0-0
Grup B : Argentina vs Nigeria: 1-0, Korsel vs Yunani: 2-0
Grup C: Inggris vs AS: 1-1, Aljazair vs Slovenia: 0-1
Grup D: Jerman vs Australia: 4-0, Serbia vs Ghana: 0-1
Grup E: Belanda vs Denmark: 2-0, Jepang vs Kamerun: 1-0
Grup F: Italia vs Paraguay: 1-1, Selandia Baru vs Slowakia: 1-1
Grup G: Portugal vs Pantai Gading: 0-0, Brazil vs Korut: 2-1
Grup H : Honduras vs Chile: 0-1, Spanyol vs Swiss: 0-1

Dari hasil tersebut, terlihat bahwa rata-rata tim hanya menang tipis dan seri. Hal itu menimbulkan tanda tanya, strikernya kurang tajam atau pertahanannya memang bagus? Ya, inilah yang menarik dari gelaran piala dunia kali ini.

Setiap orang punya cara sendiri untuk menikmati permainan bola yang disuguhkan. Ada yang suka karena teknik bermainnya yang cantik, penyerangan bagus, pertahanan bagus, atau suka pemainnya yang ganteng-ganteng, dll. Saya lebih cenderung pada pilihan nomor 2. Yang saya sukai ketika menonton bola adalah ketika penyerangan sampai berbuah gol. Meskipun saya cewek, saya tidak seperti cewek-cewek lain yang lebih memperhatikan tampang daripada skill. Memang, saya suka Fabregas, tapi bukan karena tampangnya, melainkan skillnya juga bagus. Well, kembali ke awal paragraf. Karena orientasi menonton bola saya adalah ketika penyerangan yang berbuah gol, saya akan bosan jika pertandingan itu tidak segera menghasilkan gol. Saya lebih bersemangat ketika bola mendekati kotak penalti. Saya kurang begitu memperhatikan permainan indah sepakbola. Yang penting gol, hehe. Bisa disimpulkan, jika saya laki-laki dan bermain bola, saya akan bermain di posisi striker.

Nah, orientasi saya itu pun berujung kebosanan selama menonton PD 2010 ini. Saya pernah menulis status di FB ketika grup D akan bertanding: “Akankah GOAL menjadi fenomena yang langka lagi di pertandingan kali ini?” Ternyata tidak. Jerman berhasil memecahkan mitos itu. Yuhuuu, Jerman hebat! Namun, pecahnya mitos itu hanya sesaat. Gol kembali menjadi fenomena langka. Rata-rata, gol paling banyak di setiap pertandingan adalah 2. Namun pertandingan Brazil vs Korut, 3 gol. Maka, tak jarang ketika menonton, saya ketiduran di depan TV saking bosannya, hehe. Karena orientasi saya pada gol, saya memperhatikan betul pertandingan antara Belanda vs Denmark. Karena saya fans berat Arsenal, titik fokus saya adalah pada striker kedua tim itu yang merupakan striker Arsenal, yaitu Robin Van Persie dan Nicklas Bendtner. Saya berpikir, jika di Arsenal mereka kawan, di piala dunia mereka lawan, lalu siapa yang paling tajam di pertandingan itu? Oh, ternyata tidak keduanya. Malah yang menciptakan gol adalah Dirk Kuyt dan gol bunuh diri dari Denmark.

Perbedaan feel PD 2010 dan PD 2006 juga menyimpan cerita tersendiri bagi saya. Saat berlangsungnya PD 2006, keadaan Jogja waktu itu sedang pasca gempa dahsyat yang mengguncang pada tanggal 27 Mei 2006. Saya bersemangat menonton PD 2006 karena untuk memulihkan kondisi kejiwaan pasca gempa dan pasca ujian nasional SMP. Jadi, waktu itu saya sedang menganggur sambil menunggu pengumuman hasil UN. Yang menarik ketika menonton PD 2006 adalah selalu diliputi perasaan was-was jika terjadi gempa susulan. Saya sering mengalami hal ini. Kalau tidak salah, ketika sedang menonton tim favorit saya, Jerman, terjadi gempa susulan. Saya pun panik lalu keluar rumah, dan takut untuk meneruskan menonton. Hal ini juga terjadi ketika pertandingan lain. Hmmm, suasana pasca gempa memang menyeramkan. Saya dan keluarga hanya tidur di ruang tamu agar bisa cepat keluar jika terjadi gempa susulan. Gempa susulan ini sering terjadi pada malam hari dan baru berakhir setahun kemudian. Padahal, TV ada di ruang tengah dan pertandingan secara live berlangsung pada malam hari. Jadi, saya harus selalu waspada. Namun, justru di sinilah letak feel piala dunia-nya. Ada sesuatu yang bisa dikenang. Sedangkan sekarang, PD 2010 bersamaan dengan UAS. Saya harus pintar membagi waktu antara belajar dan nonton bola. Maka, saya tidak bisa mencurahkan pikiran sepenuhnya pada piala dunia.

Oya, untuk tim favorit, saya menjagokan Jerman dan Spanyol. Jerman karena dari tahun 2002 saya menyukainya, dan Spanyol karena ada ehem.. Fabregas!! Namun sayang, tadi Fabregas tidak diturunkan. Padahal, di Euro 2008, Fabregas adalah penentu kemenangan Spanyol untuk maju ke final Piala Euro itu. Saya masih kesal dengan pertandingan tadi, Spanyol vs Swiss yang berakhir dengan kemenangan Swiss, 1-0. Pertandingan ini adalah pertandingan terakhir di putaran pertama babak penyisihan sehingga pertandingan ini sangat dinanti pecinta sepak bola. Spanyol adalah salah satu tim unggulan, mengingat Spanyol adalah juara Piala Euro 2008. Maka, seharusnya, Spanyol bisa menang dengan mudah menghadapi Swiss. Ternyata tidak. Prediksi sebagian besar orang meleset. Spanyol kebobolan di awal babak kedua. Menit ke-60, Torres baru diturunkan. Sampai menit berakhir, sosok yang saya tunggu, Fabregas, tak kunjung diturunkan Del Bosque. Kekalahan ini membuat saya ingat pada pelatih Spanyol sebelumnya yang berhasil membawa Spanyol juara Euro 2008, Luis Aragones. Tak apalah, masih ada Jerman. Saya sangat puas dengan permainan Jerman kemarin. Atau ingin final PD kali ini seperti final Euro 2008 yang mempertemukan Jerman dan Spanyol? Bisa, tetapi sulit bagi Spanyol untuk bisa ke sana. Berkaca dari pertandingan tadi, jika Spanyol hanya sebagai runner up Grup H, akan berhadapan dengan juara Grup G di perdelapan final. Padahal kita tahu, grup G adalah grup neraka, berisi Brasil, Portugal, Pantai Gading, dan Korea Utara. Jangan remahkan Korut karena kemarin hanya kalah tipis dari Brasil.

Ya, piala dunia memang penuh kejutan. Siapa yang akan membawa pulang piala yang ada globe emasnya itu? Kejutan!!!

Nyanyi dulu yuk ..
Tsamina mina eh eh
Waka waka eh eh
Tsamina mina zangalewa
Anawa aa
Tsamina mina eh eh
Waka waka eh eh
Tsamina mina zangalewa
This time for Africa

4 komentar:

  1. spanyol lg g beruntung aja itu.hehehe.sebenarnya bola yang dipake bwt PD ini dgr2 terlalu ringan.banyak negara yang blm biasa.dampaknya pd laga2 awal pesta gol jarang.lyt aja torres ngontrol bola sering kejauhan.lampard bisa2nya salah ngoper n g bisa ngontrol bola pdhl g da pressure.
    jerman bisa menang banyak cos di liga jerman kmrn dah pake bola PD.jd mereka kebanyakan dah biasa.tp bwt liga inggris n italia,krn liga mrk pny kontrak dg nike,maka g bs pake bola ini.jadi untuk adaptasipun masi terlalu susah n sgt berpengaruh bgt bwt penampilan mereka di PD.
    Menurutku si gitu:-D

    BalasHapus
  2. Hmmm.. Begitu ya (nggak pernah nendang bola sih, haha)

    BalasHapus
  3. Hehe...bagus2 klo enurut ku itu perkmbangn boa, jadi kualitas pemain tidak selamanya menentukan hasil pertandingn.strategy jauh dan sangt lebih berpern pentiing dalam sebuah pertandingn.di PD kali ini strategy dari masing2 pelatih emng terbukti banyak tim2 ungguln seperti Italy dan lainya tumbang oleh tim kuda hitam.so menurutku di PD kali ini Strategy dari platih yg cool lh yg bisa menang hehe... ^_^y

    BalasHapus
  4. klo mnurut analisis saya

    kekuatan dri masing2 tim udah mulai merata
    italy tumbang karena skuad tua yang kurang kualitas fisiknya,,apalagi prancis,,

    ron: lampard ki salam lempar.hehhe
    lainyya stuju beut ron,,
    faktor pemain jangan lupa,,
    brapa banyak pemain barca yang maen,,

    kapan indonesia di piala dunia,,,
    sukur2 uda ada pemain keturunan...
    van bronckhorst,,
    itu suka makan brongkos ,,hgehheh

    BalasHapus