Kamis, 09 Mei 2013

THA, Rumah Kita (1)


Siapakah orang yang membuatmu bahagia? Siapakah orang yang membuatmu menangis? Siapakah orang yang paling dekat denganmu? Kalau saya diberi pertanyaan semacam ini, jawabannya cuma satu: sahabat. Sahabat yang mana? Tentu saja sahabat yang selalu membagi ceria ketika bahagia, menghibur ketika duka, dan bertemu ketika rindu.

Kali ini, saya mau bercerita tentang teman-teman setia saya sejak SMA, yaitu Teladan Hiking Association (THA) 34. THA adalah organisasi Pecinta Alam di SMAN 1 Yogyakarta. Kami dipersatukan sejak Bulan Desember 2006, saat kami masih duduk di bangku SMA kelas X. Kami pun resmi diterima sebagai anggota THA angkatan 34, berjumlah 35 orang.




Jangan pikir macam-macam tentang klub Pecinta Alam yang satu ini. Kami bukanlah klub Pecinta Alam seperti yang biasa Anda lihat, yang urakan, suka mabuk-mabukan, gembel, atau tak berprestasi. Kami bisa membuktikan sebaliknya. Lihatlah kami J. Ketika naik gunung pun, kami selalu memegang teguh 3 prinsip ini: tidak memburu sesuatu kecuali waktu, tidak mengambil sesuatu kecuali foto, tidak meninggalkan sesuatu kecuali jejak. Prinsip ini telah diajarkan kepada kami sejak diklat Desember 2006, dan kami wariskan ke adik-adik angkatan kami.

Semasa SMA, suka duka kami lalui, mulai dari ketawa paling ngakak sampai nangis sedalam-dalamnya. Ketika berkumpul, pem-bully­-an pasti terjadi. Tak satupun dari kami yang terlepas dari bully, haha. Kepanitiaan-kepanitiaan pun kami laksanakan sepenuh hati. Kepanitiaan inilah yang menjadikan kami semakin erat.

Hal yang paling menarik dari THA adalah alur kaderisasinya. Kami melalui berbagai macam alur dengan puncaknya bernama diklat. Saat kelas 1, kami menjadi peserta diklat. Kelas 2, menjadi panitia diklat yang berpartner dengan kelas 5 yang menjadi pendiklat. Kelas 3 hanya menemani karena harus mempersiapkan Ujian Nasional dan tes-tes masuk Perguruan Tinggi. Maka, tugas di THA ketika sudah kelas 3 tidak terlalu berat. Saat sudah masuk kuliah semester 1 alias kelas 4, kami bersiap-siap untuk menjadi pendiklat di tahun depan. Nah, masa-masa ini penuh tanggung jawab. Kami juga harus meninggalkan wall untuk climbing karena setiap tahun harus diganti. Sambil mencari sponsor untuk wall, kami harus mempersiapkan konsep diklat saat menjadi pendiklat nanti. Kendala paling berat adalah jika anak2 THA seangkatan banyak yang kuliah di luar Jogja. Namun, ketika sudah kelas 5, saat menjadi pendiklat, rasanya semua usaha terbayarkan. Kami pun resmi menjadi EX. EX adalah tingkatan THA paling senior.

Saat kami menjadi Pendiklat. Muka songong, aslinya pelawak.

Ke mana jalan-jalan kami? Tentu saja alam, tempat nongkrong favorit kami. Gunung, bukit, pantai, caving Jembatan Babarsari dan Goa Jomblang telah kami jelajahi. Bahkan, saking cintanya pada alam, kami belum pernah sama sekali ngemall bareng, nonton bareng di bioskop atau Moviebox, atau bahkan karaoke. Nanti saya akan apa yang terjadi 5 tahun berselang. Saking akrabnya kami di THA, pacar kami pun cemburu. Saya pernah hampir putus dengan pacar saya waktu itu gara-gara saya lebih mementingkan THA daripada pacar. Hal ini pun dialami oleh anak THA yang lain. Ya sudah, daripada punya pacar yang nggak bisa mendukung passion, mending putus aja, ya nggak? Haha. 

Survey Merapi

Lawu
Habis caving di Goa Jomblang

Namun, di tengah-tengah bahagianya kami, pasti ada ujian yang diberikan oleh Allah. Kami yang berjumlah 35 orang, harus merelakan kepergian satu orang teman kami, Wira Atmaja Tani. Pada bulan Ramadhan tahun 2007, di suatu sore yang cerah, kami mendapatkan kabar bahwa Wira teman kami mengalami koma karena kecelakaan lalu lintas. Kronologinya, Wira dan ayahnya sedang dalam perjalanan naik sepeda motor berboncengan di Jalan Godean. Wira dan ayahnya membawa barang yang cukup banyak. Wira yang membawa motor di depan, terserempet oleh kendaraan lain dan akhirnya jatuh. Ayahnya langsung meninggal di tempat, sedangkan Wira koma, kemudian dibawa ke rumah sakit. Namun, Allah begitu menyayangi Wira sehingga memanggilnya lebih cepat. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Allahummaghfirlahu.

Wira, depan tengah, kaos hitam

Bukan THA 34 namanya kalau tidak bikin berita heboh. Salah satu anggota kami yang bernama Udin, menikah dengan Wati pada bulan Juni 2011. Wow, ini adalah pasangan paling cetar membahana se-Teladan 2009. Mereka berdua sama-sama Teladan angkatan 2009. Namun, karena Udin mengikuti AFS ke USA, Udin baru masuk kuliah tahun 2010. Jadi, Udin menikah saat semester 2, sedangkan Wati semester 4. Subhanallah, sebuah langkah besar dalam hidup mereka, untuk segera menyempurnakan separuh agama di usia muda. Alhamdulillah, saat ini, mereka telah dikaruniai seorang anak laki-laki, bernama Aman.


Lanjutkan baca ... http://cipukoya.blogspot.com/2013/05/tha-rumah-kita-2.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar