Selasa, 08 Juni 2010

Tentang Cinta

Apa yang biasa dilakukan orang ketika sedang dirudung cinta? Biasanya, mereka tidak bisa menahan rasa cinta itu untuk kemudian diungkapkan kepada orang tersebut. Jika ‘target cinta’ itu menyukainya juga, maka terjadilah kata sepakat untuk mengadakan hubungan lebih lanjut yang disebut ‘pacaran’. Peristiwa pengungkapan rasa cinta ini disebut dengan ‘penembakan’. Jika sudah merasa tidak cocok lagi, maka kata ‘putus’ lah yang tercetus. Pasti ada pihak yang tersakiti, entah dari pihak yang diputus atau pihak yang memutus, atau dua-duanya. Kalau tak ada yang sakit hati, mustahil. Pasti ada yang merasa tersakiti.

Dari sepenggal peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari ini membuatku tidak mau berpacaran. Bukannya aku sok alim mentang-mentang anak KMFH, atau anti cowok. Masya Allah, tidak. Tapi, hal ini untuk menghindari korban perasaan selanjutnya dan karena aku memang mempunyai trauma masa lalu tentang pacaran. Selain itu, aku punya alasan khusus mengapa tidak mau berpacaran. Tentu saja, alasanku bisa diterima semua pihak, jadi aku memandang pacaran tidak hanya dari sudut pandang agama saja, tetapi juga dari sudut pandang secara umum. Akan tetapi, jika aku tidak mau berpacaran, bukan berarti aku melarang pembaca berpacaran. Terserah, itu hak pembaca. Alasan-alasanku nanti mungkin bisa dijadikan pertimbangan.

Baik, sebelum mengemukakan alasanku, terlebih dahulu aku akan bercerita tentang kisah cintaku dulu yang berakhir dengan tangis. Begini... Sewaktu SMA, aku disukai oleh seorang cowok, sebut saja namanya Momon. Diam-diam, aku juga suka padanya. Pada suatu hari, dia mengajakku makan, dan di tempat makan itu penembakan pun terjadi. Aku menerima cintanya. Akhirnya, kami resmi disebut berpacaran. Memang, dia adalah pacar pertamaku karena dari cowok-cowok yang pernah menembakku, hanya dia yang kusuka. Pacaranku dengan Momon awalnya baik-baik saja, dia sangat menyayangiku. Bahkan, dia pernah menemaniku di rumah sakit di Solo, dan pernah juga berjanji akan melamarku kelak. Wanita mana yang tidak mau dilamar oleh kekasihnya? Tentu saja aku sangat mempercayai kata-katanya. Saking sayangnya, dia cemburu jika aku lebih sering bersama teman-teman daripada bersamanya. Akhirnya, aku lebih banyak meluangkan waktu untuknya daripada teman-teman. Hal ini membuat hubunganku dengan teman-teman merenggang.

Seiring berjalannya waktu, dia berkata bahwa dia sebenarnya masih mencintai mantan-mantannya. Aku cemburu. Dia berusaha untuk memendamnya, tetapi tidak bisa. Bayangan mantan-mantannya terus bersamanya. Hubungan kami pun kandas, dia yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini dan mencabut semua janjinya untuk menikahiku. Selain alasan itu, katanya dia sudah tidak cocok denganku, banyak sifatku yang tidak disukainya. Sakit sekali hati ini mendengarnya. Air mata pun keluar. Aku coba flash back, mengevaluasi diri, sifat apakah yang membuatnya tidak nyaman denganku. Padahal, aku masih sangat mencintainya. Apalagi, posisiku saat itu adalah dalam tahap pemulihan dari sebuah penyakit. Tentu saja, aku membutuhkan banyak dorongan spiritual untuk mensugesti diri agar cepat sembuh. Seminggu kemudian, aku telepon dia, aku coba untuk bertanya, apakah keputusannya itu tepat. Akan tetapi, dia menjawab pertanyaanku dengan ketus, “Aku udah punya cewek baru.” Air mata mengalir deras membasahi pipiku. Segampang itukah dia menyakiti hati seorang perempuan? Aku tidak bisa tidur, makan, shalat dengan khusyuk memikirkan hal ini. Sedemikian besarnya cinta kuberikan padanya sampai aku merasakan sakitnya karena cintaku sendiri. Ketika aku kembali pada teman-teman, berharap agar mereka mau mendengar curhatku, ternyata mereka sudah tidak seperti yang dulu. Sikap mereka telah berubah terhadapku. Atau mungkin karena aku dulu melupakan mereka sehingga sekarang mereka melupakanku? Aku terus berdoa, ya Allah jangan Kau biarkan karma ini terus menyengsarakanku. Sungguh aku merasa telah kehilangan orang yang aku percaya. Dua bulan, aku baru bisa bangkit dari penderitaan ini karena aku telah masuk ke kelas 3 SMA, saatnya belajar dengan serius agar lulus UN dan bisa masuk Hukum UGM.

Sungguh Maha Besar cinta Allah yang Dia berikan pada hamba-nya. Buktinya, sewaktu pacaran itu, aku sering menunda shalat karena sedang SMS-an, sering malas belajar, dan yang paling parah adalah melupakan teman-teman, yang seharusnya lebih bisa aku perhatikan daripada pacarku, tetapi Allah masih menyayangiku. Allah menunjukanku bahwa pacaran bukan langkah yang baik untuk ditempuh dalam menjalin cinta. Mbak mentor dan ustadz yang sering mengisi kajian di SMA tak pernah lelah untuk berkata bahwa pernikahan adalah cara yang paling halal untuk merajut cinta. Allah memberikanku kebahagiaan bersama pacar karena Dia memberikanku kesempatan untuk merasakan kebahagian dan Dia memberikanku cobaan agar aku bisa mengambil hikmah dari cobaan itu. Setelah itu, aku pasrahkan semuanya pada-Nya, lebih mendekatkan diri kepada-Nya karena hanya Dialah cinta sejatiku, yang tidak pernah memberikanku janji-janji palsu, tidak pernah berselingkuh, dan tidak pernah menyakiti hatiku.

Banyak hikmah yang bisa kupetik dari peristiwa ini. Hikmah terbesar adalah bahwa ternyata, pacaran mempunyai banyak kerugian daripada keuntungan. Rugi waktu, tenaga, pikiran, uang. Adapun keuntungannya, hanya bahagia. Bahagia karena ada yang memperhatikan dan bahagia karena tidak jomblo lagi. Padahal, dengan waktu yang kita habiskan untuk pacaran, sebenarnya bisa kita manfaatkan untuk kegiatan yang lebih penting. Jika kita membutuhkan waktu untuk beristirahat, bagi yang mempunyai pacar pasti akan merasa terganggu dengan SMS dari pacar. Jika tidak mempunyai pacar, bisa beristirahat dengan nyaman.

SEBAIK-BAIK MANUSIA ADALAH YANG PALING BERMANFAAT BAGI ORANG LAIN (HR Qudhy dari Jabir). Kalimat ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Mario Teguh juga sering mengucapkannya. Jika kita berpacaran sampai kita habiskan waktu untuknya, berarti, kita hanya bermanfaat untuk pacar saja. Padahal, masih banyak di luar sana yang lebih membutuhkan bantuan kita. Orang miskin dan gelandangan banyak yang belum tersentuh oleh uluran tangan kita. Baik, tidak perlu jauh-jauh memikirkan duafa dulu. Coba lihat teman yang ada di sampingmu. “Apa yang pernah aku berikan padanya?” “Seberapa besar prioritas waktuku untuknya?” Pertanyaan simpel, tapi sulit untuk dijawab. Bagi yang mempunyai pacar, tentu pacar adalah prioritas karena jika tidak, takut diputus. Sebenarnya bisa saja menyeimbangkan pacar dan teman-teman. Akan tetapi, jangan kaget ketika pacar bertanya, “Bagimu, lebih penting mana sih aku sama temen-temenmu?” Dengan dua opsi itu, tentu saja kita harus memilih salah satu. Semua pasti ada konsekuensinya. Tetapi cobalah dipikirkan, lebih sakit mana, ditinggalkan oleh 1000 teman atau 1 pacar?

Kemudian untuk kampus. “Apa yang telah kuberikan untuk kampus ini tercinta?” “Akan jadi apa aku setelah lulus dari sini?” “Apa yang akan orang ingat tentang aku jika aku lulus dari sini?” Malu donk kalau orang akan mengingat kita karena kita hobinya berdua-duaan dengan pacar. Berbeda jika kita menjadi seorang aktivis, apalagi penuh prestasi. Pasti kita merasa bangga, lulus dengan meninggalkan nama yang harum. Adapun untuk keseharian kita di kampus, tentu lebih senang jika waktu kita habiskan bersama teman-teman untuk berorganisasi. Misalnya, menjadi anggota sebuah organisasi atau komunitas, atau menjadi panitia sebuah event. Dari situ, kita bisa belajar bersosialisasi dengan sesama teman, saling membantu, bertukar pikiran, bertukar pendapat, dan esensi yang paling penting dari organisasi adalah : BERMANFAAT UNTUK ORANG LAIN. Dengan lebih seringnya kita berkumpul berorganisasi bersama teman-teman itu, secara tidak langsung kita telah membantu mereka karena di organisasi itu ada hubungan timbal-balik, yaitu saling menolong. Apalagi, jika organisasi yang diikuti banyak, semakin banyak pula teman yang kita punyai. Coba dihitung, ada berapa banyak teman yang telah kita bantu?

Pernahkah pembaca menghitung berapa rupiah pulsa yang dihabiskan dalam sebulan? Pulsa itu habis untuk siapa? Bersyukurlah jika kebanyakan dihabiskan untuk menyebarkan SMS propaganda, SMS undangan diskusi, rapat, perkumpulan, atau SMS menyebarkan kata-kata mutiara pembangkit semangat. Berbeda kasusnya jika pulsa habis hanya untuk SMS atau telepon pacar yang isinya hanya bertanya, “udah makan belom say?” sepertinya hanya akan membuat kantong kita semakin tipis tetapi kantong pemilik operator semakin tebal.

Siapa jodoh kita? Everyone hasn’t known yet. Jangan terlalu percaya bahwa pacar kita adalah jodoh kita nanti sehingga kita mudah menyerahkan segalanya untuknya. Kasihan pasangan kita nanti jika sebelumnya telah ada seseorang di hati kita yang telah kita beri segalanya. Jangan sampai pasangan kita nanti hanya kita beri ‘sisa’. Saya berkata demikian karena trenyuh dengan banyaknya kasus kehamilan tidak diinginkan (KTD) yang menimpa remaja putri. Angka KTD selalu meningkat setiap tahun. Dari kasus-kasus itu, tidak sedikit cowok dari remaja yang mengalami KTD itu tidak bertanggung jawab. Mereka lari begitu saja tanpa memperhatikan kondisi pacarnya yang sedang hamil. Hal ini terjadi karena si cewek terlalu percaya pada cowoknya segala ‘harta’ paling berharga pun diberikannya. Untungnya, dulu saya tidak pernah sampai ke situ. Alhamdulillah.

Apakah jatuh cinta dilarang? Tentu saja tidak. Perasaan jatuh cinta pada lawan jenis adalah proses alamiah yang dimiliki oleh setiap orang yang normal. Perasaan ini akan meningkat ketika seseorang telah menginjak remaja seiring dengan masa pubertasnya. Saya pernah mendengar sebuah perkataan bijak dari kakak senior. Usia remaja seperti saya sekarang adalah masa menilai orang lain. Jika kita menaruh perasaan spesial kepada seseorang, pasti kita akan mengamati kesehariannya, kesukaannya, dan yang paling penting adalah kepribadiannya. Secara tidak langsung, kita menilai atau menyeleksinya. Jika ada sesuatu yang tidak kita senangi, pasti kita tidak jadi jatuh cinta padanya. Berkaca dari fakta ini, tentu lebih baik jika perasaan jatuh cinta pada lawan jenis hanya kita pendam dalam hati saja. Sebab, jika kita tidak suka lagi terhadapnya, tidak akan ada korban perasaan, tidak ada yang tersakiti. Berbeda halnya dengan orang yang berpacaran. Sekali jatuh cinta pada seseorang, langsung ditembak sampai jadian. Jika merasa tidak cocok lagi karena ada hal yang tidak disukai atau ada hal yang disukai tetapi ada pada orang lain sehingga menyebabkannya selingkuh, pasti kata putus yang terlontar. Tentunya, ada korban perasaan. Kembali ke kalimat pembangkit semangat yang saya ucapkan di awal. BERMANFAATLAH UNTUK ORANG LAIN. Jika kita menyakiti hati orang lain, apakah tindakan kita itu bisa disebut bermanfaat untuk orang lain?

Menyimpan cinta dalam hati memang indah. Selain bisa menjaga perasaan orang lain, kita juga akan terhindar dari fitnah. Tentang suka atau tidak suak kita terhadap orang lain, biarlah hanya diri kita dan Allah saja yang tahu. Atau, jika ingin sedikit curhat, carilah teman yang benar-benar bisa dipercaya. Jika tidak, siapa tahu teman itu aka membocorkan rahasia cinta kita kepada umum sehingga fitnah pun menyebar. Hati-hati jika ternyata ada orang lain yang juga menyukai orang yang kita sukai. Bisa saja, dia akan menggunakan berbagai cara untuk mengenyahkan kita. Selama setan masih hidup, dunia ini kejam dan penuh fitnah.

Saya jadi terinspirasi pada kisah cinta Ali ibn Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah SAW. Ali dan Fatimah saling memendam perasaan cinta masing-masig. Fatimah menolak khitbah Abu Bakar dan Umar bin Khatab karena sebenarnya, dia mencintai Ali. Cinta dalam diam ini berakhir indah ketika khitmah Ali diterima Fatimah. Sungguh, cinta sejati karena Allah akan indah pada waktunya.

Semoga uraian panjang saya tentang cinta ini bisa menginspirasi pembaca untuk mempertimbangkan kembali penting atau tidaknya pacaran. Dua pesan terakhir dari saya tentang cinta:
You can’t make someone love you, all you can do is be someone who can be loved.
Cintailah orang yang bisa mendatangkan cinta pada Allah.

4 komentar:

  1. Wah, ternyata banyak banget ya, total ada 1717 kata. Kalo gitu, mending bikin buku tentang cinta aja kali ya .. hehe

    BalasHapus
  2. 1 prnsip yg dsuka..
    Khairunnasi anfa'uhum linnas

    trus brkarya y chipuk.. :)

    BalasHapus
  3. bner puk,,

    telat comment neh,,

    BalasHapus
  4. subhannallah,,sunguh terpuji tulisan ini...

    _______giovani___________

    BalasHapus