Imlek imlek imlek ..Baru nyadar setelah buka blog. Iya ya, layout blog-ku kan berbau Tionghoa. Saya memilih layout blog yang berbau Tionghoa ini bukannya tanpa sebab. Saya mengganti layout ini setahun yang lalu. Pertama kali melihat layout ini, saya langsung jatuh cinta. Langsung saya copy kodenya. Sejak kecil, saya memang suka kebudayaan China.
Hari ini, 3 Februaru 2011, adalah Tahun Baru Imlek bagi warga China. Sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, orang Tionghoa di Indonesia diperbolehkan untuk merayakan Imlek. Tahun baru China ini unik karena identik dengan hewan-hewan. Setiap tahun, pasti ada istilahnya, nama tahun hewan apa. Kali ini, adalah
tahun kelinci. Dan di setiap hewan yang mewakili tahun itu, ada ramalannya masing-masing. Orang China percaya, pada tahun hewan tertentu penuh rezeki, namun bisa juga penuh malapetaka. Berdoa saja, semoga tahun ini penuh rezeki. Namun yang saya sedihkan, saya sudah tidak punya kelinci lagi, padahal ini tahun kelinci. T_T Kelinci saya yang namanya Faris, kelinci jenis Rex, mati setelah lebaran lalu. Lalu kelinci jenis Persia berbulu hitam putih juga mati. Tak apa. Semoga besok dapet pengganti yang lebih bagus.
Okay, balik lagi ke kebudayaan China. Perayaan Imlek hampir sama seperti bangsa lain yang merayakan tahun baru, yaitu dengan pesta kembang api. Namun bedanya, perayaan tahun baru China selalu identik dengan warna merah, warna kebanggan orang China. Lalu, yang tidak pernah ketinggalan adalah: Barongsai dan angpau. Dulu, waktu saya masih SD, setiap tahun baru Imlek pasti ada barongsai di daerah saya. Yang memainkannya adalah orang keturunan China yang tinggal di Jogja. Tapi, kok tahun-tahun belakangan sepi-sepi aja ya? Nonton Barongsai sangat seru. Saya pernah hampir menangis karena takut dikejar si naga raksasa, hehe.
Saya kangen drama laga dari China, seperti: Putri Huang Zhu, Kera Sakti, Siluman Ular Putih, dan Yoko. Saya dulu rajin nonton itu. Sampai-sampai, saking gilanya pada Putri Huang Zhu, saya membuat replika topi Putri Huang Zhu dari kardus! Saya bersama teman-teman berpura-pura jadi para pemeran di film tsb. Aduh, saya lupa siapa aja namanya. Terus, kami membuat topi dari kardus itu persis seperti di film. Bunga besar yang ada di tengah itu kami ambil dari bunga sepatu yang besar. Lalu tali yang di samping itu saya buat dari rafia. Untuk salamnya, kami saling menyapa ala Kerajaannya Putri Huang Zhu, memakai tisu dan badan direndahkan sedikit. Haha, masa kecil yang indah. Tolong donk, TV swasta, daripada muter drama Korea yang menye-menye, mending puterin lagi drama China yang penuh fantasi, hehe.
Sewaktu SMA, ada mata pelajaran bahasa asing, yaitu Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang, dan Bahasa Arab. Ini tidak diambil semua, hanya boleh memilih salah satu. Maka, saya memilih bahasa Mandarin. Sebab, selain saya lebih suka kebudayaan China, bahasa Mandarin adalah bahasa yang paling banyak digunakan di dunia. Negara mana yang tidak ada orang Tionghoanya? Hmmm, belajar Bahasa Mandarin susah-susah gampang. Satu kata aja artinya udah bermacam-macam. Jika belajar Bahasa Mandarin memakai tulisan latin memang demikian. Makanya, lebih gampang belajar Bahasa Mandarin itu langsung memakai huruf Hanzi. Kalau memakai hurif latin, tidak ada bedanya antara arti yang satu dengan yang lain, tapi kalau memakai huruf Hanzi, terlihat jelas beda. Iya lah, makanya huruf Hanzi itu rumit. Satu huruf bisa terdiri dari banyak goresan, dan setiap goresan tidak boleh salah. Saya paling suka ketika dapet tugas membuat kaligrafi Hanzi. Berasa jadi Putri Huan Zhu gitu deh, haha. Ah, ngomongin kelas Bahasa Mandarin, jadi kangen Wiwi Laoshi yang baaaaiiik hati. Wo ai Wiwi Laoshi! Xie xie atas semua yang telah diajarkan. Tapi, dui puqi, saya banyak lupa ajaran bahasa Mandarin. Padahal, klo bisa menguasai Bahasa Mandarin keren loh! Banyak lapangan pekerjaan yang salah satu persyaratannya bisa berbahasa Mandarin.
Adapun negara China sendiri, saat ini sepertinya sedang dibenci oleh Amerika karena dianggap sebagai pesaingnya dalam ekonomi. Ya, bagaimana tidak, dari peniti, mainan, sampai mobil, banyak tulisan “Made in China”. Orang China pintar mengambil peluang bisnis. Meskipun hanya peniti yang seharga seratus perak bisa dapet sepuluh, tapi kalau diimpor dalam jumlah berkontainer-kontainer kan lumayan untuk devisa negara. Trik ini telah dilakukan orang China sejak dulu. Saat ini, China sedang ingin merebut pasar handphone. Berbekal contekan desain Blackberry, China telah membuat berbagai merk hp QWERTY. Tujuannya adalah pasar menengah bawah. Dan akhirnya, mereka pun berhasil melakukannya. Cakeeep, membidik pasar yang mudah dijangkau oleh siapa saja.
Nah, namun, yang tidak saya suka dari China adalah mereka juga ingin membidik pasar tekstil, yaitu batik. Batik sudah identik dengan Indonesia. Namun, beredar juga di pasaran, batik China. Motifnya hampir sama. Maka, kita harus jeli membedakannya. Tapi saya tetap optimis kok, kita pasti menang dalam pasar batik. Batik Indonesia (apalagi Batik Bantul, hehe) lebih bagus. Tenang saja, yang beda dari batik Indonesia adalah cara membuatnya, yaitu ditulis dengan ‘malam’.
Okay, selamat merayakan Tahun Baru Imlek. Mari ciptakan kerukunan dalam perbedaan.
GONG XI FAT CAI