Mesir kini bergejolak lagi.
Setelah tragedi Shubuh berdarah tanggal 8 Juli 2013, ada lagi pembantaian 27
Juli 2013. Namun kemarin, 14 Agustus 2013, pembantaian terhadap demonstran pro
Mursi lebih sadis!
14 Agustus 2013, hanya ada darah dan asap |
Adalah Rabu pagi, 14 Agustus
2013, jutaan demonstran pro Mursi di Lapangan Rab’ah Adawiyah terkejut bukan
main. Tidak pernah mereka sangka, militer antek-antek Jenderal As Sisi akan
bertindak kekejam ini. Dimulai dari serangan gas air mata, peluru, dan
buldozer. Para sniper berpencar ke segala penjuru medan jihad Rab’ah Adawiyah,
menembak siapapun yang berani melawan militer.
Sungguh disayangkan, militer yang
seharusnya menjaga keamanan negara dan rakyatnya dari serangan musuh luar,
justru membantai rakyatnya sendiri. Masyarakat sipil yang tak bersenjata harus
menjadi korban kebrutalan militer. Tak ada rasa kemanusian apalagi rasa iba. Tidak
hanya menembaki dengan sniper saja. Militer juga melindas para demonstran
dengan buldozer layaknya kecoa. Militer juga tidak peduli lelaki, perempuan, anak-anak, wartawan, bahkan dokter. Semua menjadi korban. Tidak tanggung-tanggung, jumlah korban
meninggal sampai saat ini telah lebih dari 6000 orang, puluhan ribu lainnya
luka-luka.
Satu orang rakyat sipil tanpa senjata diserang gerombolan militer bersenjata lengkap |
Para korban luka-luka Rab’ah
Adwiyah itu tidak tahu harus berobat ke mana lagi. Rumah Sakit dibakar.
Padahal, ada ribuan pasien dan jenazah di dalam Rumah Sakit tersebut. Akibatnya,
semua orang yang terjebak di dalam Rumah Sakit tersebut terbakar hangus. Banyak
jenazah yang sudah dikafani dan siap
untuk dikuburkan, akhirnya menjadi gosong.
Kebebasan beragama mereka juga
terancam. Mereka tidak tahu harus mencari masjid mana yang aman dari serangan
militer. Ada sebuah masjid yang dibakar hangus oleh militer. Al Quran yang
selalu mereka pegang juga disita oleh militer. Namun, mereka hanya mempunyai
satu keyakinan yang tidak akan bisa dirampas oleh militer, bahwa mereka masih
memiliki Allah.
Masjid yang dibakar militer |
Masjid yang sama setelah pembakaran |
Al Quran demonstran yang disita militer |
Satu kata kunci dalam artikel ini
adalah: “Rab’ah Adawiyah”. Wilayah ini merupakan titik utama para demontran Pro
Mursi menyuarakan aspirasinya untuk menentang pemerintah hasil kudeta. Ketika
para pengkudeta mengumumkan jajaran kabinet baru hasil kudeta, mereka pikir
rakyat Mesir akan menerima. Ternyata tidak. Ikhwanul Muslimin dibantu oleh
semua golongan untuk menentang kudeta tersebut dan menggelar demonstrasi di
lapangan Rab’ah Adawiyah. Hampir 30 juta orang memadati wilayah itu. Kemudian,
diikuti juga oleh wilayah lain yang menggelar aksi serupa.
Lautan manusia di Rab'ah Adawiyah |
Shalat jamaah terbesar ketiga di dunia, ada di Rab'ah Adawiyah |
Di Rab’ah, tidak ada ketakutan
sedikitpun. Mereka tetap beribadah dan berpuasa Ramadhan seperti umat Muslim
lainnya. Mereka menggelar sajadah dan selalu shalat berjamaah. Yang paling
membuat kita takjub adalah ketika mereka berjamaah shalat tahajud dan tarawih.
Saking banyaknya, jamaah di Rab’ah Adawiyah ini menjadi jamaah shalat terbanyak
ketiga di dunia setelah Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Berhari-hari, berminggu-minggu,
hingga lebih dari sebulan para demostran tetap tegar di medan jihad. Mereka
akan tetap menduduki kota-kota strategis di Mesir hingga presiden sah mereka,
Muhammad Mursi kembali menduduki kursi presiden. Majalah sekaliber TIME bahkan
sampai meliput mereka dan menjulukinya sebagai “The World’s Best Protesters”. Bayangkan, bagaimana caranya mengatur
jutaan demonstran dengan tertib dan damai, serta bisa membuat mereka kompak
dalam beribadah.
TIME edisi Juli 2013 |
Mungkin karena keteguhan hati
para demonstran Rab’ah Adawiyah itulah, militer sampai bosan melihatnya. Berkali-kali
militer melancarkan ancaman-ancaman untuk membubarkan demonstrasi, sampai meledak
pembantaian tanggal 27 Juli 2013. Namun, para demonstran tidak juga takut.
Akhirnya, dipilihlah jalur paling nakal, yaitu melakukan pembantaian kembali
yang lebih sadis, pada hari Rabu pagi, 14 Agustus 2013.
Teriakan-terikan takbir terus
menggema. Yang paling membuat merinding adalah teriakan “Dengan jiwa dan darah, kami membela Islam. Dengan jiwa dan darah, kami
membela Mesir.” Allahu akbar! Musuh-musuh Islam akan takut mendengarnya.
Ya, itulah kekaguman saya pada
para demonstran Pro Mursi. Militer boleh saja merampas Al Quran mereka,
membakar masjid mereka, rumah sakit mereka, bahkan melindas anak-anak tak
berdosa. Tetapi, militer tidak akan bisa mencabut keyakinan dari dada mereka.
Allah akan selalu bersama mereka, insya Allah. Mereka hanya mempunyai dua
pilihan: menang atau syahid.
Para demonstran menyusun paving bertuliskan "Laa ilaaha illallah" |
Allahummanshur ikhwanal muslimina wal mujahidina fii Mishr.
Ya Allah, lindungilah para
pejuang kebenaran itu. Sembuhkanlah yang luka. Jikalau mereka harus mati,
matikan mereka dalam keadaan syahid khusnul khatimah. Pertemukanlah aku dengan
mereka kelak di surga-Mu. Aamiin.
Lihat video ini, seorang wanita yang sedang merekam kebrutalan militer, akhirnya ditembak dan terjatuh -->
https://www.facebook.com/photo.php?v=684656594882932&set=vb.261641917248915&type=2&theater
Lihat video ini, seorang wanita yang sedang merekam kebrutalan militer, akhirnya ditembak dan terjatuh -->
https://www.facebook.com/photo.php?v=684656594882932&set=vb.261641917248915&type=2&theater
kalo emang bener2 peduli atas nama kemanusiaan, kenapa kamu TIDAK PEDULI pada teman2 n sodara2 kita korban Lapindo, sodara2 kita korban bencana alam, dan rekan2 lain saudara sebangsa dan setanah air yang kesusahan?? mesir bergolak baru di tahun2 ini, sedang Lapindo sudah bergolak sejak lama.. kenapa kamu tidak peduli?
BalasHapusSoal peristiwa lain, biar Allah saja yang mencatat apa yang sudah saya lakukan untuk mereka. Sepertinya Anda belum terlalu ma'rifat sama saya.
BalasHapusKalo soal Lapindo, sampe saya bawa ke lomba debat. Adapun soal pertanggungjawabannya, bukan urusan saya karena itu urusan Bakrie.