Minggu ini,
netizen sedang ramai membicarakan kabinet baru Jokowi – JK yang bernama Kabinet Kerja. Pro-kontra berdatangan.
Ada yang meragukan, ada pula yang berharap banyak. Namun, ada seorang menteri
yang cukup nyentrik dan menjadi the most
wanted woman minggu ini. Beliau adalah Susi Pujiastuti, Menteri Kelautan
dan Perikanan.
Yang
membuatnya ramai digunjingkan adalah perilakunya yang dipandang kurang sopan
sebagai pejabat negara. Saya pun merasa demikian. Saya langsung menganggap
sebelah mata kepada perempuan yang merokok dan bertato, meskipun beliau pernah
bersekolah di SMA yang sama dengan saya. Namun, ternyata di balik itu semua, Bu
Susi adalah perempuan yang kuat. Beliau memimpin maskapai penerbangan perintis Susi Air. Susi Air adalah pesawat yang
telah berkontribusi banyak untuk Indonesia. Kisah membanggakan dari Bu Susi
adalah ketika beliau dengan pesawatnya mampu mendistribusikan bantuan untuk
korban tsunami Aceh 2004 silam. Hanya pesawat Susi Air yang bisa mencapai Aceh
waktu itu karena kondisi Aceh akibat tsunami cukup parah. Beliau juga langsung
membuat gebrakan baru pada hari pertama masuk kerja di Kementrian Kelautan dan
Perikanan, yaitu mengubah jam kantor menjadi pukul 07.00 – 15.00 dengan alasan
agar para pegawai tidak terkena macet dan bisa mempunyai waktu lebih untuk
keluarga di sore hari.
Atas aksinya
itulah, netizen mengapresiasi Bu Susi. Mereka menganggap bahwa merokok dan
bertato itu urusan pribadi, sementara yang kita butuhkan saat ini adalah
profesionalismenya menjadi seorang menteri. Banyak yang membandingkan, lebih baik
merokok dan punya tato, daripada berwajah soleh tapi korupsi. Sampai-sampai,
ada yang membuat meme seperti ini:
Apa yang Anda
pikirkan dengan gambar di atas? Sepakat? Saya berang. Pasalnya, pembuat meme
tersebut secara tidak langsung telah melecehkan jilbab. Bahkan, ada teman
Facebook saya yang juga membuat meme dengan kata-kata sama, namun gambar Ratu
Atut yang ditampilkan tidak berjilbab. Saya pun memberi komentar bahwa jika
seorang perempuan telah berjilbab, terlepas dari bagaimana perilakunya,
sebaiknya foto-fotonya yang belum berjilbab jangan ditampilkan lagi. Namun, dia
berdalih bahwa dia tidak mempunyai foto Ratu Atut yang berjilbab. Plis deh Mas,
google-nya ngga konek ya?
Saya takut,
dengan pendapat masyarakat yang seperti itu, akan menyebabkan muslimah-muslimah
ogah memakai jilbab. Banyak teman saya yang pernah berpendapat kepada saya
bahwa mereka mau menjilbabi hatinya dulu, baru menjilbabi kepala. Tapi sampai
kapan? Berjilbab memang kewajiban seorang muslimah yang sangat susah untuk
dijalankan. Jika berjilbab itu mudah, pasti semua muslimah di dunia tanpa
terkecuali akan memakai jilbab.
Jilbab memang
identik dengan keshalihan. Ia adalah simbol ketaqwaan kepada Sang Penguasa. Sekarang,
bukan lagi bilang akan menjilbabi hati dulu baru kepala, karena tidak ada yang
dapat mengontrol perilaku kita. Jilbab, sejak turunnya Al Ahzab ayat 59 dan An
Nur ayat 31, merupakan perintah Allah kepada setiap muslimah. Jilbab itu
melindungi. Rasakan betapa Allah sangat menyayangi kaum muslimah. Dia tidak
ingin kaum muslimah terancam jiwa, harta, bahkan kehormatannya. Allah tidak
ingin muslimah menjadi korban pandangan syahwat laki-laki yang akhirnya
berujung pada hal-hal yang tidak diinginkan. Beginilah cara Allah meninggikan
derajat kaum perempuan. Berjilbab juga sebagai pembeda antara wanita Islam
dengan yang bukan. Maka banggalah menjadi wanita muslimah. Pakailah jilbab.
Jangan sampai ada orang yang meragukan keislaman kita karena kita tidak
berjilbab dan tidak menunjukkan perilaku yang Islami.
Baik, jika ada
seorang muslimah yang memakai jilbab, apresiasilah. Setidaknya, dia selangkah
lebih maju dibandingkan dengan yang belum berjilbab. Namun, apa jadinya jika
perilaku pemakai jilbab itu tidak mencerminkan sikap islami? Jangan salahkan
jilbabnya, tapi perilakunya. Setidaknya, dia telah menjalankan salah satu
kewajiban agama.
Lama-kelamaan,
kalimat bernada “ah, dia berjilbab, tapi nggak sopan”, “dia berjilbab tapi kok
pacarannya parah”, “dia berjilbab tapi kok korupsi” menjadi hal yang lumrah. Sekarang,
coba dibalik. Apakah jika tidak berjilbab, boleh berperilaku tidak sopan?
Apakah jika tidak berjilbab, boleh pacaran parah? Apakah jika tidak berjilbab,
boleh korupsi? Hancur sudah negara ini karena tiangnya hancur.
Sekarang, coba
kita ubah mindset kita. Jika
berjilbab merupakan pengingat untuk berakhlak baik, maka seharusnya ketika
seorang wanita memutuskan untuk bersyahadat, harus berakhlak baik pula dia. Jilbab
merupakan kewajiban setiap muslimah. Maka, tidak peduli dia mempunyai keinginan
untuk berjilbab atau tidak, tetap haruslah berjilbab. Kemudian, disertai dengan
perilaku yang baik sebagai seorang muslimah. Nah, dengan logika ini, bukankah
berperilaku baik merupakan kewajiban dari setiap muslimah?
Misalnya, ada
dua orang muslimah, yang satu berjilbab, yang satu tidak berjilbab. Keduanya
sama-sama berperilaku buruk. Siapa yang paling disalahkan? Pasti yang berjilbab,
bukan? Jangan. Seharusnya, salahkan keduanya, karena keduanya adalah muslimah.
Kesalahan
stigma tentang jilbab inilah yang membuat para muslimah masih ragu-ragu untuk
memakainya. Mereka takut tidak bisa berperilaku baik jika sudah memakai jilbab.
Padahal, jika dia telah mengucapkan dua kalimat syahadat, sejak itu pula dia
harus menjalankan segala aturan Allah: berjilbab dan berperilaku baik. Jangan
pula berikan stigma teroris kepada pemakai jilbab. Ini semakin mengecilkan
nyali para muslimah yang belum berjilbab.
Maka, saya
sepakat pada orang yang menyindir meme di atas dengan meme seperti ini:
Kedua gambar
di atas lebih adil, saya rasa. Namun, sesungguhnya, hanya Allah lah yang berhak
memberikan penilaian. Allah lebih adil dalam menilai. Siapa tahu kan, besok
pagi Bu Susi dan Nikita Mirzani menghapus tatonya? Hehe. All we can do is hanya mendoakan mereka, para muslimah yang belum
berjilbab agar segera menutup auratnya dengan baik. Juga, jangan berikan pada
mereka stigma yang negatif. Siapa tahu, di balik itu semua, mereka mempunya
hati yang lembut, yang jauh lebih lembut daripada hati kita. Siapa tahu dia
hanya mempunyai satu keburukan yang tampak, sementara kita mempunyai 50
keburukan yang tidak tampak. #BNTMS alias Big Note to My Self, hehe.
Terakhir,
ingat ya, al mar’atu ‘imadul bilad, idza
sholuhat sholatul bilad. Wanita adalah tiang negara. Apabila wanitanya
baik, maka baiklah negara. Apabila wanitanya jelek, maka jeleklah negara.
Pengen
berjilbab tapi takut ngga modis? Check out
my old post, baby! di sini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar