Jangan tidur dulu malam ini. Ada
sesuatu yang sayang untuk tidak ditulis.
Yap! Hari yang sangat
menyenangkan! Alhamdulillah, acara Talkshow “Kekuatan Sebuah Pena” dari Kementrian PSDM BEM KM UGM telah selesai
dilaksanakan dengan lancar. Para peserta yang datang sangat banyak sekitar 600
orang, memenuhi ruang utama Grha Sabha Pramana UGM. Mereka datang
berbondong-bondong, menyempatkan diri untuk hadir, meskipun entah bagaimana
skripsi atau laporan praktikum mereka. Saking banyaknya peminat, panitia
membuka tiket on the spot. Wow, sold out. Memangnya, siapa sih tamu
istimewa di Talkshow itu?
Ini dia. Penulis favorit saya
setelah Asma Nadia, yaitu Darwis Tere
Liye. Siapa sih yang tidak kenal Tere Liye? Karya novelnya cukup banyak.
Sungguh, saya ketagihan membaca satu buku darinya sehingga terus membaca
karyanya yang lain. Ingin sekali saya membaca semua bukunya. Gaya bahasa yang
digunakan oleh Tere Liye dalam mencipta novel cukup lugas, dapat dimengerti,
dan sarat akan ilmu. Hanya dengan membaca “Negeri Para Bedebah”, kita cukup
mendapatkan ilmu ekonomi, politik, dan hukum. Meskipun begitu, saya mempunyai
sedikit catatan tentang proses hukum yang diceritakan dalam novel tersebut. Namun,
bukan ini yang ingin saya tulis di sini. Insya Allah, lain waktu saya akan
membahasnya.
Dalam talkshow tadi, Bang Tere
Liye membagi sedikit tips agar kita rajin menulis. Beliau mencontohkan beberapa
kisah yang cukup inspiratif tentang kekuatan sebuah pena.
Kisah pertama, tentang 3 dokter
perempuan yang cantik hatinya. Mereka diwisuda bersama, kemudian membuat
perjanjian akan bertemu 10 tahun mendatang. Mereka juga bersaing secara sehat untuk
mencari pasien sebanyak-banyaknya. Siapakah di antara mereka yang mempunyai
pasien paling banyak? Dokter pertama telah menolong 10.000 pasien. Dokter kedua
telah menolong 100.000 pasien karena menjadi dokter dalam bencana alam Tsunami
di Aceh. Dokter ketiga bingung karena nasib buruk menimpanya. Tiba-tiba, ibunya
sakit keras sehingga membutuhkan pertolongan khusus. Maka, dengan pengalamannya
mengenyam pendidikan dokter, dokter ketiga ini merawat ibunya dengan sepenuh
hati. Kemudian, di sela waktu senggangnya, dia menulis di blog tentang segala
hal yang berhubungan dengan dunia medis. Blognya ini telah dikunjungi oleh
banyak orang. Sampai akhirnya, seorang editor sebuah penerbitan membaca
blognya. Kemudian, tulisannya dibuatkan buku yang ternyata laris di pasaran. Kesimpulannya,
ternyata dokter ketiga ini lah yang mempunyai paling banyak pasien dibandingkan
dengan dokter pertama dan kedua.
Kisah kedua, tentang seorang ibu
rumah tangga yang bingung ingin menulis apa. Sebab, ibu ini selalu disibukkan
dengan rutinitas kerumahtanggaannya setiap hari. Kemudian, ibu ini
berkonsultasi ke Bang Tere Liye. Bang Tere pun bertanya tentang hal yang paling
disukainya. Ibu ini menjawab bahwa hal yang paling disukainya adalah memasak.
Lalu, bang Tere meminta ibu ini untuk menulis tentang resep masakan saja.
Setiap hari, ibu ini memasak tiga kali. Setiap selesai memasak, ibu ini menulis
di blog tentang resep masakan yang baru saja dimasak. Tak terasa, sudah lebih
dari 3000 resep masakan telah diterbitkan di blognya. Pengunjung pun
berdatangan membaca blog ibu tersebut. Sampai akhirnya, seorang editor melihat
blog tersebut dan membuatkannya buku tentang resep masakan ibu ini. Sama
seperti si dokter ketiga di atas, buku ibu ini juga laris di pasaran. Sebab,
resep yang ditulis oleh ibu ini mudah dibuat dan bahan-bahannya mudah dicari,
tidak seperti buku resep masakan yang lain. Dalam setahun, ibu ini mendapatkan
royalti sebesar Rp 300 juta.
Luar biasa bukan, kekuatan sebuah
pena? Kadang kita menganggap remeh hal-hal kecil yang kita sukai. Tetapi siapa
tahu, ternyata tulisan kita dibutuhkan oleh banyak orang.
Agaknya, kisah ibu rumah tangga
yang pandai memasak itu juga pernah saya alami. Tetapi, bukan berarti saya
pandai memasak, lho. Saya pernah menerbitkan satu resep masakan yang pernah
saya praktikkan. Saya memberinya judul yang menarik: “Ikan Nila Asam Manis ala Chef Cipuk Quinn”. Sejak diterbitkan pada tanggal 26 Januari 2011, resep
tersebut telah dilihat sebanyak 1011 kali. Artikel ini masuk dalam daftar “Popular
Post” di blog saya di urutan nomer 2.
Itulah hal-hal yang menginspirasi
saya hari ini. Saya suka menulis, meskipun tidak tahu ingin menulis apa.
Setidaknya, jika sedang tidak ada inspirasi, Twitter tetap jalan. Bang Tere
Liye berkata, “tulis-tulis aja”. Artinya, apa saja yang ingin kita tulis, tulis
saja apa adanya. Lama-kelamaan, tulisan akan mengalir dan semakin banyak huruf
yang kita ketik.
Maka dari itulah, saya bergabung
dengan Writing Mentorship, sebuah
komunitas menulis di UGM yang dimentori oleh Mas Ribud. Bersama komunitas
tersebut, kami ingin menginspirasi semua orang dengan tulisan kami.
Yeah, just write what you want to write!
Menulis mendunia: ease
the world by the words!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar