Siapakah orang yang membuatmu bahagia?
Siapakah orang yang membuatmu menangis? Siapakah orang yang paling dekat denganmu? Kalau
saya diberi pertanyaan semacam ini, jawabannya cuma satu: sahabat. Sahabat yang
mana? Tentu saja sahabat yang selalu membagi ceria ketika bahagia, menghibur
ketika duka, dan bertemu ketika rindu.
Kali ini, saya mau bercerita
tentang teman-teman setia saya sejak SMA, yaitu Teladan Hiking Association
(THA) 34. THA adalah organisasi Pecinta Alam di SMAN 1 Yogyakarta. Kami
dipersatukan sejak Bulan Desember 2006, saat kami masih duduk di bangku SMA kelas
X. Kami pun resmi diterima sebagai anggota THA angkatan 34, berjumlah 35 orang.
Jangan pikir macam-macam tentang
klub Pecinta Alam yang satu ini. Kami bukanlah klub Pecinta Alam seperti yang
biasa Anda lihat, yang urakan, suka mabuk-mabukan, gembel, atau tak berprestasi. Kami bisa membuktikan sebaliknya. Lihatlah kami J. Ketika naik gunung
pun, kami selalu memegang teguh 3 prinsip ini: tidak memburu sesuatu kecuali
waktu, tidak mengambil sesuatu kecuali foto, tidak meninggalkan sesuatu kecuali
jejak. Prinsip ini telah diajarkan kepada kami sejak diklat Desember 2006, dan
kami wariskan ke adik-adik angkatan kami.
Semasa SMA, suka duka kami lalui, mulai dari ketawa paling ngakak sampai nangis sedalam-dalamnya. Ketika
berkumpul, pem-bully-an pasti
terjadi. Tak satupun dari kami yang terlepas dari bully, haha. Kepanitiaan-kepanitiaan pun kami laksanakan sepenuh hati.
Kepanitiaan inilah yang menjadikan kami semakin erat.
Hal yang paling menarik dari THA
adalah alur kaderisasinya. Kami melalui berbagai macam alur dengan puncaknya
bernama diklat. Saat kelas 1, kami
menjadi peserta diklat. Kelas 2,
menjadi panitia diklat yang
berpartner dengan kelas 5 yang menjadi pendiklat.
Kelas 3 hanya menemani karena harus mempersiapkan Ujian Nasional dan tes-tes masuk Perguruan Tinggi. Maka, tugas di THA ketika sudah
kelas 3 tidak terlalu berat. Saat sudah masuk kuliah semester 1 alias kelas 4, kami bersiap-siap untuk menjadi pendiklat di tahun depan. Nah, masa-masa ini penuh
tanggung jawab. Kami juga harus meninggalkan wall untuk climbing karena
setiap tahun harus diganti. Sambil mencari sponsor untuk wall, kami harus mempersiapkan konsep diklat saat menjadi pendiklat
nanti. Kendala paling berat adalah jika anak2 THA seangkatan banyak yang kuliah
di luar Jogja. Namun, ketika sudah kelas 5, saat menjadi pendiklat, rasanya
semua usaha terbayarkan. Kami pun resmi menjadi EX. EX adalah tingkatan THA paling senior.
Saat kami menjadi Pendiklat. Muka songong, aslinya pelawak. |
Ke mana jalan-jalan kami? Tentu
saja alam, tempat nongkrong favorit kami. Gunung, bukit, pantai, caving Jembatan
Babarsari dan Goa Jomblang telah kami jelajahi. Bahkan, saking cintanya pada
alam, kami belum pernah sama sekali ngemall bareng, nonton bareng di bioskop
atau Moviebox, atau bahkan karaoke. Nanti saya akan apa yang terjadi 5 tahun
berselang. Saking akrabnya kami di THA, pacar kami pun cemburu. Saya pernah
hampir putus dengan pacar saya waktu itu gara-gara saya lebih mementingkan THA
daripada pacar. Hal ini pun dialami oleh anak THA yang lain. Ya sudah, daripada
punya pacar yang nggak bisa mendukung passion,
mending putus aja, ya nggak? Haha.
Survey Merapi |
Lawu |
Habis caving di Goa Jomblang |
Namun, di tengah-tengah
bahagianya kami, pasti ada ujian yang diberikan oleh Allah. Kami yang berjumlah
35 orang, harus merelakan kepergian satu orang teman kami, Wira Atmaja Tani. Pada bulan Ramadhan tahun 2007, di suatu sore
yang cerah, kami mendapatkan kabar bahwa Wira teman kami mengalami koma karena
kecelakaan lalu lintas. Kronologinya, Wira dan ayahnya sedang dalam perjalanan naik
sepeda motor berboncengan di Jalan Godean. Wira dan ayahnya membawa barang yang
cukup banyak. Wira yang membawa motor di depan, terserempet oleh kendaraan lain
dan akhirnya jatuh. Ayahnya langsung meninggal di tempat, sedangkan Wira koma,
kemudian dibawa ke rumah sakit. Namun, Allah begitu menyayangi Wira sehingga
memanggilnya lebih cepat. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Allahummaghfirlahu.
Wira, depan tengah, kaos hitam |
Bukan THA 34 namanya kalau tidak
bikin berita heboh. Salah satu anggota kami yang bernama Udin, menikah dengan Wati pada bulan Juni 2011. Wow,
ini adalah pasangan paling cetar membahana se-Teladan 2009. Mereka berdua
sama-sama Teladan angkatan 2009. Namun, karena Udin mengikuti AFS ke USA,
Udin baru masuk kuliah tahun 2010. Jadi, Udin menikah saat semester 2,
sedangkan Wati semester 4. Subhanallah, sebuah langkah besar dalam hidup
mereka, untuk segera menyempurnakan separuh agama di usia muda. Alhamdulillah,
saat ini, mereka telah dikaruniai seorang anak laki-laki, bernama Aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar