Lelaki itu. Begitu kerasnya ia
berjuang. Demi anak istri, demi dapur mengepul kembali. Setetes keringatnya
bernilai pahala, semili aliran darahnya dijanjikan surga.
Pulang sekolah, senyum ceria itu menyambutku. Rangkulan dan genggaman
tangannya seakan meluruhkan soal ujian yang sangat sukar untuk kukerjakan.
Seporsi bakso sapi terlezat di kota dibelikan untuk putri tercintanya. Mana
tatapan letihmu, ayah? Aku dengar kau baru saja kerja seharian.
Ayah, aku minta handphone.
Ayah, aku minta baju baru. Ayah, aku minta mobil. Ayah, ayo liburan ke Bali!
Apa sih yang enggak buat putri tercinta?
Mana tatapan letihmu, ayah? Aku dengar kau baru saja kerja seharian.
Lelaki itu. Begitu sayangnya ia
pada putrinya. Apapun yang putrinya minta, selalu tersedia untuknya. Tapi, apa
yang diberikan si putri kepada ayahnya?
Agaknya, pertanyaan ini simpel,
tapi jawabannya cukup berat. Ini pun menjadi tugas kita sebagai putri yang
berbakti kepada ayah. Hijab ini, ya, hijab ini. Apa hubungannya hijab dengan
berbakti kepada ayah? Ah, nggak konkret.
Oh, Ayah. Engkau akan menanggung
dosa 4 orang perempuan di sekitarmu: istrimu, ibumu, anak perempuanmu, dan
saudara perempuanmu. Itu jika masing-masing variabel hanya terdiri dari satu
orang. Bagaimana jika engkau punya 2 istri, 1 ibu, 4 anak perempuan, dan 5
saudara perempuan? Berapa orang perempuan yang engkau tanggung dosanya, Ayah?
Sudah menjadi kewajiban bagi kita
sebagai muslimah untuk menutup aurat. Saya sudah pernah membahasnya di artikel
tahun lalu. Maka dengan menutup aurat, diri ini telah terbentengi untuk berbuat
maksiat yang dapat mengantar kepada dosa. Dengan niat berhijab karena Allah ta’ala
dan bukan karena tuntutan fashion,
pintu maksiat telah tertutup. Sekarang, saatnya untuk menutup pintu ini
rapat-rapat. Jangan biarkan pintu ini retak terlempari batu, terkikis oleh air
hujan, dan terlubangi oleh rayap. Penghuni rumah tentu akan merasa aman dan
nyaman jika pintu telah tertutup rapat. Harta benda di dalam rumah pun dalam
keadaan aman karena pencuri tidak dapat mendobrak pintu tersebut.
Hanya dengan satu pintu bernama
hijab. Ia akan mengantar kita ke surga dan membebaskan ayah kita dari
tanggungan dosa.
Ayah, aku ingin mengurangi tanggungan dosamu. Tak akan kubiarkan kau
tersiksa di neraka hanya karena anak perempuanmu ini belum berhijab. Betapa
durhakanya aku jika membiarkan engkau terancam siksa di neraka, sementara aku
masih sibuk berpacaran, sibuk mencari hiburan, dan sibuk pada urusan dunia yang
melenakan. Semua itu karena aku belum berbenteng hijab, Ayah. Mereka menganggap
aku sebagai orang yang bisa diajak bersenang-senang tanpa pernah punya waktu
untuk memikirkan kehidupan nan abadi.
Ini, Ayah. Satu lagu dari penyanyi favoritmu, Broery Marantika, aku persembahkan
untukmu:
Untuk Ayah tercinta
Aku ingin berhijab
Walau caci maki menerpaku
Keliru Mbak Cipuk Lagune. itu bukan lagu Koes Plus..ning bagus tulisane
BalasHapusIya, saya baru inget, itu lagunya Broery. Klo Koes Plus lagu ayahnya bukan yang ini, hehe.
BalasHapusMakasih koreksinya :)
coba ditambahin sumbernya puk. kayak Ayat Al Qur'an dan atau Hadistnya.. biar lebih greget hehe :)
BalasHapusJustru tulisan ini emang mau aku bikin kayak narasi, Bi. Kalo aku kasih sumbernya, bisa lebih informatif, jadi harus ngubah gaya tulisan.
BalasHapusAnyway, makasih masukannya :)